Dalam Khutbah Jum’at, DR. KH. A. NUR ALAM BAKHTIR, MA : “Hati Menjadi Komando Perbuatan Manusia”

JAKARTA (POSBERITAKOTA) □ “Dalam perspektif Islam, ada tiga komponen penting pada diri manusia. Yaitu fisik/jasad, akal (aql) dan hati (qalb). Namun semua perbuatan manusia, pada akhirnya ditentukan oleh hati,” ucap Dr. KH. A. Nur Alam Bakhtir, MA membuka khutbahnya sebelum pelaksanaan sholat Jum’at, di Masjid Istiqlal, Jakarta, 7 Syawal 1444 H/28 April 2023 M.

Selaku khotib dan imam, KH Nur Alam sebelumnya menyebutkan bahwa dalam salah satu hadits shahih Nabi Muhammad/Rasulullah SAW bersabda yang artinya : “Ketahuilah sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal daging, manakala segumpal daging itu baik maka baik pula seluruh jasad, namun manakala segumpal daging rusak maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa segumpal daging yang mutlak itu adalah hati” (HR. Muttafaq ‘alaih).

Melanjutkan khutbahnya, Ibnul Qayyim menyatakan bahwa posisi hati dalam badan ibarat Raja yang berkuasa mengatur pasukannya. Semua perilakunya berasal dari perintahnya dan Sang Raja menggerakkannya sesuai dengan kehendaknya, maka semua perilaku badan dibawah komando hati dan kekuasaannya. Dari hati itulah diproduk kebaikan dan penyimpangan. Perilaku badan mengikuti tekad kuat hati atau menuruti sesuatu yang tidak dikehendaki oleh hati.

“Oleh karenanya, sudah barang tentu pentingnya menata hati. Dan, hati yang tertata bukan saja melahirkan perilaku dan tindakan positif atau amal shalih di dunia. Akan tetapi dapat pula melahirkan hati yang selamat (qalbun salim), hati yang damai, hati yang penuh iman, hati yang mukhlis dan hati yang menjauhkan shahibnya dari perilaku syirik dan jahat. Hati inilah hati yang bermanfaat di akhirat di saat pertemuannya dengan Sang Khaliq. Saat harta dan anak-anak sedikit pun tidak dapat menolong kita,” urainya.

Menurut KH Nur Alam bahwa di dalam Al-Qur’an tidak sedikit ayat-ayat terkait penataan fisik agar senantiasa sehat secara jasmani. Seperti adanya ayat-ayat terkait makanan, ayat-ayat minuman dan ayat-ayat perbuatan contoh surah QS. al-A’raf ayat 31 dan QS. al-Maidah ayat 88.

Bahkan, ada pula ayat-ayat terkait larangan berjudi, berzinah dan minuman khamar, karena semua itu berbahaya bagi kesehatan fisik. Demikian halnya terkait ayat-ayat akal. Akal ditata oleh ayat-ayat qauniyah agar kita mentadabburi alam semesta beserta istrinya. Karena, semua makhluk diciptakan Allah SWT untuk kepentingan sebagaimana diisyaratkan dalam QS. al-Jatsiyah.

Sedangkan terkait ayat-ayat penata hati, Allah SWT, menyediakan ayat-ayat ibadah shalat (QS. al-Ankabut : 45), ibadah puasa (QS. al-Baqarah : 183), ayat-ayat zakat (QS. at-Taubah : 103), ayat haji (QS. al-Baqarah : 179), ayat qurban (QS. al-Haj : 37), ayat-ayat zikir (QS. al-Ra’du: 28). Semua ayat-ayat ibadah tujuan utamanya adalah penataan hati.

“Kenapa hati kita senantiasa ditata melalui ayat-ayat ibadah secara istimar dan mudawamah. Karena di dalam hati kita, selain bersemayam jiwa muthmainnah yang senantiasa mendorong manusia berbuat yang positif konstruktif. Selalu taat pada Allah SWT, seperti diisyaratkan dalam al-Qur’an surah al-Fajar ayat 27-30. Di dalam hati kita bersemayam nafsu ammarah seperti diisyaratkan dalam Qur’an surah Yusuf ayat 53,” kata KH Nur Alam.

Dalam perspektif Imam al-Ghazali, lanjut khutbah KH. Nur Alam seraya menukil dalam kitab Nadhratun Na’im Fi Makarimi Akglaki Ar-Rasul al-Karim SAW, disebutkan bahwa Nafsu Ammarah Bissu yang selalu mengajak pada perbuatan fujur terbagi pada empat bagian.

Pertama, Nafsu Syaithaniyah yang mendorong berperilaku syethan dan selalu menghalang-halangi manusia dari jalan Allah. Selalu mendorong manusia untuk berbuat sihir, fusuq, bid’ah dan mengajak pada kesesatan. Karena itu, kita diperintahkan Allah SWT untuk berlindung kepada-NYA dari bisikan syethan Jin dan syethan Manusia,” tuturnya.

Yang kedua, lanjutnya, yaitu Nafsu Mulkiyah atau Rububiyyah yang mendorong manusia berperilaku sombong, melampaui batas, bughat, murka, keras hati seperti Firau La’natulahi alaihi. Sedangkan yang ketiga, Nafsu Bahamiyah yang mendorong manusia berperilaku seperti hewan, bakhil, serakah, musyrif, zinah, berbuat fahsya. Dalam posisi ini, manusia selevel dengan hewan ‘ulaika kal-an’am‘ seperti yang diisyaratkan dalam Qur’an surah al-A’raf : 179.

“Untuk keempat, Nafsu Sabu’iyyah yang mendorong manusia berbuat jahat, bermusuhan (‘udwaan), serakah (thama‘), melampaui batas (baghyu), membunuh (qatl). Sungguh ironis jika di dunia ini dipimpin oleh manusia-manusia yang hatinya tidak tertata dan tidak terbina dengan ayat-ayat ibadah, maka sungguh mengerikan. Karena, manusia tidak saja sebatas selevel dengan hewan, tapi bisa menjadi lebih sesat dan lebih jahat daripada hewan (bal hum adhal). Terlihat tampak lahiriyah manusia, tapi hatinya serigala yang jahat,” ucap KH. Nur Alam menutup khutbahnya. RED/AGUS SANTOSA

Related posts

KKN di Rumah Ibadah, UNIVERSITAS IBNU CHALDUN JAKARTA Bikin Seminar Tema ‘Manajemen Keuangan Masjid’

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ‘RELASI TUHAN & HAMBA’

Program ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal Jakarta, SELAMAT BERTUGAS Para Pemimpin Negeri