JAKARTA (POSBERITAKOTA) ■ Sudah semestinya kita harus bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT. Sekecil apapun nikmat itu, karena golongan orang yang sedikit jumlahnya yaitu orang-orang yang pandai bersyukur atas segala nikmat Allah SWT. Dan, hal ini disebabkan oleh kecenderungan manusia yang selalu ingin lebih dan selalu merasa kurang. Barangkali di satu sisi hal itu baik.
Namun di sisi yang lainnya akan menyebabkan manusia menjadi kurang bersyukur, sehingga hati menjadi gelap, karena salah satu faktor yang menyebabkan
hati menjadi buta adalah lantaran kuatnya atau mendominasinya sifat-sifat ‘addzulmaaniyah‘ yaitu sifat-sifat kegelapan di dalam diri manusia seperti; sombong, riya, kikir, dengki, ‘ujub, mengadu domba, bohong dan sifat tercela lainnya. Itu semuanya dikenal di dalam kitab-kitab ulama klasik termasuk dalam kitab Tasawuf, seperti Kitab Sirrul Asror‘ merujuk kepada Kitabnya Syekh Abdul Qodir Al-Jailani.
Demikian ringkasan ceramah Prof Dr Hj Sri Mulyati MA dalam program ‘Hikmah‘, di Masjid Istiqlal Jakarta, 27 Dzulqa’dah 1444 Hijriyah/16 Juni 2023 Masehi. Mengawali pemaparan ceramahnya, kemudian melontarkan pertanyaan bagaimana solusinya? Dan, apa pula solusi yang tepat untuk membersihkan kalbu dari sifat tercela ini?
“Adapun solusi untuk menghilangkan sifat-sifat tercela ini yaitu dengan membersihkan cerminan qolbu dengan empat hal.
Pertama adalah dengan berdzikir kepada Allah SWT. Mengingat Allah SWT dengan kekuasaannya yang besar yang agung karunianya yang amat banyak kepada kita. Lantas, menjadikan kita ini banyak sekali kekurangannya sehingga dengan mengingat Allah SWT, maka kita akan senantiasa membersihkan diri kita, terutama tauhid kita dari hal-hal yang mengganggunya,” katanya.
Sedangkan yang kedua, lanjut dia, adalah dengan ilmu. Dalam ajaran Islam itu sesungguhnya akan selalu tercerahkan apabila kita ingin mengetahui solusi dari masalah yang kita hadapi itu. Semuanya terdapat di dalam Al-Qur’an dan di dalam sunnah Rasulullah SAW. Dan, ilmu ini dapat dipelajari dapat dibaca, boleh kita bertanya dan insya Allah ada petunjuknya.
Untuk yang ketiga dengan amal shaleh yaitu karya yang berujung kepada kabaikan dan maslahat. Keempat dengan almujahadah alqowiyyah yaitu perjuangan yang sungguh kuat baik lahir dan batin. Keseluruhannya tidak cukup kita gunakan rasio atau akal pikiran, dengan tidak melibatkan Tuhan, tidak melibatkan Allah SWT, tidak melibatkan upaya secara batin, sebagaimana dalam kitab yang sama dijelaskan untuk menghasilkan dan mencapai kehidupan hati. Hingga hati menjadi hidup dengan cahaya tauhid, kalbu menjadi hidup. Tentunya dengan cahaya Allah SWT, karena ada orang yang jasadnya hidup, badannya sehat, akan tetapi hatinya mati, kenapa?Karena tidak mengingat kepada Allah SWT, sebelum hatinya mati akan melalui kebutaan hati yang tadi sifat-sifatnya sudah disebutkan diawal.
Selaras dengan hadis Rasulullah SAW :
النبي – صلى الله عليه وسلم – ، أنه كان يقول : لكل شيء صقالة
عن
وصقالة القلوب ذكر الله ( رواه الطبرانی)
Artinya: Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya segala sesuatu ada pembersihnya dan pembersih qalbu dari penyakit – penyakit yang ada di dalamnya adalah dzikrullah’ mengingat Allah“.
“Sedangkan masalah kita yang lainnya adalah melawan hawa nafsu dan menolak keinginannya, mengendalikannya. Dalam hukum Islam disebut sebagai fardhu ain dan bukan fardhu kifayah. Kewajiban setiap individu yang harus kita laksanakan untuk melawan. Untuk mengendalikan hawa nafsu dan ini adalah sebagai jihad yang agung dan sesuatu yang mulia,” urainya, panjang lebar.
Sebagai penutup, dikatakan Prof Dr Hj Sri Mulalyati MA, menyebutkan bahwa dalam ajaran Islam yang terkait bagaimana mengelola hati, bagaimana menjauhkan diri dari sifat-sifat yang tercela, bagaimana kita bisa menentramkan diri kita, bagaimana kita bisa bersyukur kepada Allah SWT, bagaimana kita bertambah ilmu yang bermanfaat, bagaimana kita bisa untuk terus menerus di dalam jalan Allah SWT itu ada solusinya. “Maka, kita harus dan mau belajar. Baik itu yang terdapat di dalam Al-Qur’an maupun di dalam Hadist Nabi kita,
Muhammad SAW,” katanya, menutup ceramah. ■ RED/AGUS SANTOSA