Khutbah Jum’at, DR KH SOETRISNO HADI Bahas Refleksi Qurban dalam Tauladan Ketaatan & Taqarrub bagi Keluarga

JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Hanya dalam hitungan beberapa hari kedepan, kita akan menyongsong Hari Raya Idhul Adha 1444 Hijriyah. Hari Agung yang dirayakan oleh seluruh umat Islam dunia. Hari kita semua kembali berqurban. Hari dimana yang mengingatkan kita semua, apa yang terjadi pada empat ribu tahun silam. Suatu pengorbanan agung yang penuh dengan keteladanan, ketaatan dan kedekatan (taqarrub) bagi keluarga kita semua.

Demikian pembuka khutbah Jum’at Dr KH Soetrisno Hadi selalu khotib di Masjid Istiqlal Jakarta, 4 Dzulhijjah 1444 Hijriyah/23 Juni 2023 Masehi kemarin, di hadapan puluhan jamaah yang datang dari segala penjuru Jakarta. Bertemakan ‘Refleksi Qurban dalam Tauladan Ketaatan dan Taqarrub bagi Keluarga‘, setidaknya banyak memberikan cerahan pemikiran terkait pelaksanaan ibadah qurban.

Masih dalam khutbahnya menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim lahir di Uhr, Babylonia, Iraq Selatan (1997-1822 SM). Diutus sebagai Nabi dan Rasul pada 1990 SM, sebutan kaumnya Bangsa Kalian (Calendonia). Disebut namanya dalam Al-Qur’an : 69 kali. Keturunannya : 13 orang. Bukti dan peninggalan ke-Nabian Ibrahim terdapat dalam Qur’an Surat al-Baqarah (2) ayat 127. Disebut pula dengan ‘Khalilullah‘ (kekasih Allah). Allah SWT menyelamatkannya dari api. Allah SWT juga memerintahkan Ibrahim dan anaknya (Ismail) untuk membangun Ka’bah di Makkah dan menurunkan kepadanya 10 shuhuf. Wafat di al-Khalil (Hebron).

Nabi dan Rasul Allah ini disamping sebagai muassis Ka’bah al – Musyarrah, penyeru haji pertama bagi manusia, juga meninggalkan legacy berupa pelajaran yang sangat baik, keteladanan, ketaatan dan kedekatannya pada Allah SWT yang amat berguna bagi setiap keluarga dimanapun berada. Allah SWT menjelaskan ibrah itu dalam firman-NYA Qur’an Surat Yusuf (12) ayat 111.

Digambarkan secara panjang lebar bahwa para Nabi dan Rasul, termasuk Nabi Ibrahim AS adalah pemimpin kebenaran dan tonggak ketaqwaan yang dipilih Allah SWT dari seluruh makhluk-NYA. Mereka adalah suri tauladana sempurna, tanda keagungan Allah SWT serta panutan bagi orang teguh hati dan merenungi kebenaran-NYA. Di dalam biografi mereka terdapat banyak pelajaran berharga.

Bahkan, Nabi Ibrahim AS adalah seorang yang cerdas. Nabi Ibrahim sejak muda sudah cerdas, baik secara intelektual (IQ), emosional (EQ) maupun spiritual (SQ). Karenanya, beliau mengungguki Nabi dan Rasul lainnya, kecuali Nabi Muhammad SAW.

Selain itu lagi, disebutkan bahwa keunggulan dan kecerdasan Nabi Ibrahim AS, ditampakkan kala berdebat dengan Raja Namrudz di Babylonia. Beliau alahis salam dapat mematahkan argumentaesi Raja Namrudz dengan sangat tepat. Nabi Ibrahim memiliki daya pikir dialektis yang tinggi sehinga dapat mematahkan argumentasi Namrudz, Raja Babylonia yang durhaka.

KH Soetrisno Hadi melajutkan khutbahnya dengan mengkisahkan bahwa Nabi Ibrahim AS, dikaruniai putra yang amat shaleh dan santun, setelah doanya dikabulkan Allah SWT. Sedangkan keshalehan (Ismail) itu, ditunjukkan dalam Qur’an Surat ash-Shafat ayat 102 yang Artinya : Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya bermimpi bahwa aku menyembelih mulai. Maka, pikirankanlah, bagaimana pendapatmu! ” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah SWT) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar(QS. ash-Shaffat/37: 102).

Maka, lanjutnya, perintah Allah SWT bermakna sebagai ujian sekaligus dimaksudkan untuk menyelamatkan manusia dan kemanusiaan.

Pada bagian akhir khutbahnya juga memaparkan kiat sukses Nabi Ibrahim AS dapat disederhanakan dalam 3 hal, sehingga beliau terpilih sebagai Khalilullah, yaitu :

1. Selalu mengutamakan kepentingan dan urusan Allah SWT dari urusan lainnya (sikap apresiatif);

2. Tidak pernah merasa berat dengan ‘beban’ yang dipikirkan Allah SWT kepadanya (sikap aplikatif);

3. Tidak pernah makan di pagi dan petang, kecuali bersama tamu yang menemaninya (sikap empatif).

Nabi Ibrahim AS dan keluarganya merupakan keluarga teladan terbaik se-dunia. Karenanya, menjadi sangat elegan bila kita pun kini mencontoh-teladani ketaatan dan kedekatannya, baik kepada Allah SWT maupun pada keluarganya.

Kedekatan pada keluarganya ditandai dengan sikap yang begitu protektif, afirmatif dan sangat demokratis. Meskipun sadar bahwa perintah pengorbanan itu dari Allah SWT tetapi dengan sangat bijaksana dapat mengaplikasikannya di keluarga. Prinsip musyawarah, mufakat yang dikembangkan menghasilkan keberhasilan dan kesuksesan yang besar dalam sejarah hidup beliau alaihis salam.

“Tentunya, semoga Allah SWT memberikan kita semua hidayah, taufiq dan inayahNYA sehingga dapat meneladani ketaatan dan kedekatan Nabi Ibrahim AS, baik pada Allah SWT maupun keluarganya, ” tutup khutbah Dr KH Soetrisno Hadi yang juga dikenal sebagai dosen dan akademisi tersebut. © (RED/AGUS SANTOSA)

Related posts

KKN di Rumah Ibadah, UNIVERSITAS IBNU CHALDUN JAKARTA Bikin Seminar Tema ‘Manajemen Keuangan Masjid’

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ‘RELASI TUHAN & HAMBA’

Program ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal Jakarta, SELAMAT BERTUGAS Para Pemimpin Negeri