Banyak Peristiwa Besar Dialami Para Nabi, HARI ‘ASYURA 10 MUHARRAM Jadi Momentum Penting Kebangkitan Islam

OLEH : H BUDI FIRMANSYAH MM

ALHAMDULILAH kita dapat menikmati hari kesepuluh di bulan Muharram atau yang kita kenal dengan hari ‘Asyura. Banyak dalil tentang peristiwa dan keutamaan hari ‘Asyura untuk melakukan amal ibadah terutama berpuasa.

Hari ‘Asyura merupakan momentum kebangkitan Islam karena Muslim Sunni percaya terjadi banyak peristiwa besar yang dialami oleh para Nabi pada tanggal 10 Muharram. Diantaranya adalah hari diciptakannya Nabi Adam dan hari tobatnya pula, berlabuhnya bahtera Nabi Nuh di bukit Judi, Nabi Idris diangkat ke Surga, Nabi Ibrahim selamat dari apinya Namrudz, kesembuhan Nabi Yakub dari kebutaan dan ia dibawa bertemu dengan Nabi Yusuf, Nabi Musa selamat dari pasukan Fir’aun saat menyeberangi Laut Merah, Nabi Sulaiman diberikan kerajaan besar dan menguasai bumi, Nabi Yunus dikeluarkan dari perut Paus, Nabi Isa diangkat ke Surga setelah usaha tentara Roma untuk menangkap dan menyalibnya gagal.

Tidak hanya mengenang peristiwapuasa bersejarah para Nabi di masa lalu, umat Muslim juga disunahkan untuk berpuasa pada Hari ‘Asyura, sebagaimana didalam sebuah riwayat menyatakan, bahwa Ibnu Qatadah meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang puasa ‘Asyura;
وعن أبي قتادة رضي الله عنه أن رسول الله سئل عن
صيام يوم عاشوراء، فقال : يكفر السنة الماضية
beliau menjawab, “Menghapus dosa selama setahun yang telah
berlalu” (HR. Muslim).

Anjuran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada ‘Asyura bermula saat beliau memasuki Kota Madinah, kemudian bertemu orang Yahudi yang sedang berpuasa memperingati hari diselamatkannya Nabi Musa alaihis salam dari kejaran musuh. Terhadap kejadian ini Rasul bersabda;
عن ابن عباس رضي الله عنهما :أن النبي صلى الله عليه وسلم لها
قدم المدينة وجدهم يصومون يوما يعني عاشوراء فقالوا هذا يوم
عظيم وهو يوم تجي الله فيه موسى وأغرق آل فرعون فضام موسى
شكرا لله فقال أنا أولى بموسى منهم فصامه وأمر بصيامه
Artinya: Dari Ibnu Abbas radliallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika tiba di Madinah, Beliau mendapatkan mereka (orang Yahudi) malaksanakan shaum hari ‘Asyura (10 Muharam) dan mereka berkata; “Ini adalah hari raya, yaitu hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun. Lalu, Nabi Musa Alaihissalam mempuasainya sebagai wujud syukur kepada Allah”. Maka Beliau bersabda: “Akulah yang lebih utama (dekat) terhadap Musa dibanding mereka”. Maka, Beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummat Beliau untuk mempuasainya” (HR. Bukhari).

Karenanya, Nabi Muhammad sama sekali tidak mengikuti tradisi Yahudi sebab sebelum bertemu dengan orang-orang Yahudi Madinah pun beliau telah melakukan puasa ‘Asyura. Selanjutnya, bila kita perhatikan memang ada aspek ibadah umat Islam yang awalnya sama dengan Yahudi lalu berubah ketika ajaran Islam semakin purna pewahyuannya seperti kiblat.

Awalnya, kiblat umat Islam adalahdalam Baitul Maqdis, lalu berubah menjadi Ka’bah. Puasa ‘Asyura masuk dalam kategori ini, awalnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari yang sama dengan Yahudi Madinah, tapi selanjutnya beliau memberikan pembedaan yaitu dengan anjuran puasa Tasu’ah (9 Muharram), satu hari sebelum 10 Muharram. Hadits tentang anjuran puasa di tanggal 9 Muharram (Tasu’ah) terdapat dalam hadits Ibnu Abbas yang lain, bunyinya:
عن ابن عباس رضي الله عنهما :أن النبي صلى الله عليه وسلم لما
قدم المدينة وجدهم يصومون يوما يعني عاشوراء فقالوا هذا يوم
عظيم وهو يوم نجى الله فيه موسى وأغرق آل فرعون فصام موسى
شكرا لله فقال أنا أولى بموسى منهم فصامه وأمر بصيامه
Artinya Abdullah bin Abbas radliallahu ‘anhuma berkata saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan juga memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa; Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, itu adalah hari yang sangat diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nashrani.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada tahun depan insya Allah, kita akan berpuasa pada hari ke sembilan (Muharram).” Tahun depan itu pun tak kunjung tiba, hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat (HR. Muslim).

Dari sebuah riwayat tersebut maka ada ulama yang menyatakan anjuran untuk membedakan amaliyah umat Islam dengan Yahudi dalam melakukan Puasa di hari ‘Asyura, disunnahkan juga kita melakukan puasa di hari sebelum atau sesudahnya yaitu di hari 9 Muharram (tasu’ah) yang menjadi isyarat sebuah azam atas keinginan Nabi atau jika tidak dapat menggandengkan puasa hari ke-9 dan ke-10 maka dapat juga kita puasa pada hari kesepuluh dan hari ke-11 di bulan Muharram. Wallahu ‘alam bishawab. (***/goes)

Related posts

KKN di Rumah Ibadah, UNIVERSITAS IBNU CHALDUN JAKARTA Bikin Seminar Tema ‘Manajemen Keuangan Masjid’

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ‘RELASI TUHAN & HAMBA’

Program ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal Jakarta, SELAMAT BERTUGAS Para Pemimpin Negeri