Dalam Acara Talkshow di ITB, LAKSAMANA SUKARDI : “Indonesia Kaya SDM & Alam tapi Sulit Jadi Negara Maju”

JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Mantan Menteri BUMN Laksamana Sukardi tampil sebagai pembicara dalam acara talkshow yang diadakan di Institut Teknologi Bandung (ITB), Kamis (17/8/2023) kemarin. Kehadirannya untuk sekaligus memberikan pembekalan kepada 5000 lebih mahasiswa baru yang tengah mengikuti Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa (OSKM), di Kampus ITB Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat.

Dalam talkshow tersebut, Laksamana yang merupakan alumnus ITB, berbicara tentang kondisi dan prospek pembangunan bangsa kedepan. Termasuk bagaimana seharusnya anak bangsa berbuat untuk kemajuan bangsa ini.

Indonesia adalah negara yang kaya sumberdaya manusia (SDM) dan alam, tetapi kenapa kok sulit sekali menjadi negara maju? Bahkan untuk menjadi negara berpenghasilan menengah. Kekayaan alam diekspolitasi, dijual ke luar negeri, lalu Indonesia membeli barang jadi dari luar negeri,” paparnya dihadapan tidak kurang 5000-an peserta OSKM ITB.

Dicontohkan Laksamana lebih lanjut, seperti telepon genggam (HP) merupakan barang yang dimiliki oleh hampir semua masyarakat di Indonesia. Malah, tambah dia, masyarakat di perkotaan, ada yang menenteng 2 sampai 3 buah HP sekali jalan. Kenapa barang itu masih diimpor? Tidak ada satu pun buatan Indonesia.

“Pertanyaannya, apakah begitu sulitnya bikin atau memproduksi HP? Apakah di Indonesia tidak ada orang pintar? Jawabnya, tentu saja tidak! HP pun bukanlah barang yang sulit dibuat atau diproduksi. Apalagi, di Indonesia ini, banyak lho orang pintar,” ucapnya, panjang lebar.

Pada bagian lain, Laksamana juga mengungkapkan bahwa kenyataannya terkait daya saing pun, bangsa Indonesia sangat lemah. Produktivitas lemah. Dari skala 0 – 1, produktivitas Indonesia hanya 0,5. Kalah dengan Singapura, Taiwan maupun Korea. Terlebih lagi dari Tiongkok atau Jepang yang sudah mencapai 0,8.

Begitu pula Malaysia, Thailand dan Vietnam juga lebih. Negara-negara kecil lainnya mungkin akan menyusul. “Sebuah bangsa bisa maju, bukan karena kekayaan SDA-nya, melainkan karena keunggulan SDM-nya,” sebutnya, lagi.

Lantas, apa yang menjadi penyebab atau membuat bangsa Indonesia terseok-seok? Menurut Laksamana, karena ada 5 penyakit bawaan (komorbid) yang membelenggu bangsa Indonesia. Apa itu? Yakni salah kaprah, salah asuh, salah lihat, salah tafsir dan salah tata kelola.

Yang pertama adalah salah kaprah. Karena pemimpin yang feodal, otoriter, KKN, dan memaksakan ideologinya. Ini membuat masyarakat sulit berkembang, dan terpecah karena perbedaan ideologi.

Yang kedua salah asuh. Orang-orang yang menjabat mengeksploitir jabatannya untuk mencari uang. Di partai politik juga begitu. Salah asuh ini membuat orang-orang yang cerdas dan berpikir secara kritis, tidak mendapat tempat. Misalnya di ASN, siapa yang bisa menjilat, naik pangkat duluan. Diasuhnya seperti itu.

Yang ketiga salah lihat  Penanganan hukum yang tidak transparan, calon-calon pemimpin yang dicitrakan sedemikian rupa oleh buzzer dan internet. Itu membuat masyarakat salah lihat dan salah pilih pemimpin mereka.

“Pada akhirnya bukan negara ini semakin baik, tapi malah tercebur ke jurang,” ungkapnya.

Yang keempat, salah tafsir juga menjadi salah satu komorbid bangsa ini. “Kita masih ada istilah UUD (Ujung-ujungnya duit), “Markus” atau makelar kasus. Itu bararti hukum untuk orang-orang tertentu ditafsirkan berbeda. Nah, selama ada salah tafsir semacam itu, investor juga tidak mau masuk,” analisa Laksamana.

Sedangkan yang kelima (terakhir) adalah salah tata kelola. Pada bangsa yang barbar, sangat sulit melakukan tata kelola. Padahal tata kelola yang baik akan menghilangkan peluang korupsi, dan kesalahan tata kelola membuat korupsi subur. Itu tidak boleh salah.

“Jadi, selama ini masyarakat hanya dididik untuk menjadi makelar. Selain itu juga berburu gelar. Orang bangga bila gelarnya panjang, tapi bukannya bangga karena berilmu,” pungkas Laksamana. © [REL/AGUS SANTOSA)

Related posts

Sambil Bawa Bantuan, KAPOLRI Tinjau Posko di Pengungsian Erupsi Gunung Lewotobi NTT

Upgrade Skill Hingga Mancanegara, DR AYU WIDYANINGRUM Raih Penghargaan Bergengsi ‘Beautypreneur Award 2024’

Setelah Buka di Paris, RAFFI AHMAD Bikin Cabang Restoran ‘LE NUSA’ di Jakarta