27.2 C
Jakarta
21 November 2024 - 22:37
PosBeritaKota.com
Megapolitan

Jadi Kasus Kematian Teratas, YASTROKI Bantu Pemerintah untuk Pencegahan dengan Gelar Jambore Stroke Indonesia ke-2

JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Sepertinya kita semua tak boleh main-main, utamanya terhadap bahaya tentang penyakit atau serangan stroke. Apalagi tak cuma bisa mengancam keselamatan jiwa, tapi juga dapat menurunkan taraf hidup seseorang dan bahkan hingga menimbulkan beban psikologis berat bagi penyandangnya.

Peringatan tersebut di atas disampaikan Ketua Umum Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), Mayor Jenderal (Purn) Dr Tugas Ratmono, ditengah-tengah pelaksanaan ‘Jambore Stroke Indonesia ke-2′ yang digelar di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Minggu (29/10/2023).

Masih menurut Dr Tugas bahwa penyakit stroke di Indonesia masih saja terus bertambah. Bahkan menjadi ancaman atau kasus kematian paling teratas. Oleh karenanya pada saat ini, Pemerintah Indonesia telah menjadikan penyakit stroke sebagai salah satu prioritas yang urgen untuk ditangani.

“Jika tidak keliru seperti data yang ada, khusus di Jakarta ini saja sampai September 2023, ada 2.941 kasus. Namun apabila dipukul rata-rata, setahun ini di Jakarta, ya kira-kira perharinya ada delapan orang yang terkena stroke,” ucapnya dalam jumpa pers dengan wartawan Balaikota Pemprov DKI Jakarta.

Ditambahkan Dr Tugas bahwa pelaksanaan kegiatan ‘Jambore Stroke Indonesia ke-2‘, di Lapangan Banteng, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat diisi dengan berbagai kegiatan. Antara lain mulai dari pelatihan para relawan, pembagian kursi roda, senam bersama, pemeriksaan kesehatan gratis hingga talkshow tentang bahaya dan pencegahan penyakit stroke.

“Hal itu tentu saja menunjukkan bagaimana kami mencegah kasus stroke di masyarakat itu sangat penting. Sedangkan Yastroki sebagai yayasan swadaya masyarakat sangat berharap Pemerintah juga ikut memberikan dukungan kepada kami bersama teman-teman yang lain terhadap penyakit stroke,” paparnya, panjang lebar.

Dikatakan dia lebih lanjut bahwa perlu ada penanganan dari bagian hulu ke hilir untuk menekan kasus stroke di Tanah Air. Untuk penanganan di hulu misalnya, edukasi dan sosialisasi bahaya stroke, tata cara pencegahan stroke hingga ke bagian hilirnya berupa pengobatan kepada penderita.

“Apabila Pemerintah memberikan bantuan, hal itu akan sangat baik untuk digunakan dalam rangka kami membangun pencegahan stroke dengan baik. Sedangkan salah satu yang kami programkan saat ini adalah melatih kecakapan khusus para relawan. Dan, itu kan butuh dukungan dana,” urainya, lagi.

Di sisi lain, Dr Tugas pun mengakui bahwa pelatihan para relawan atau stroke helper memerlukan modal yang besar jika jangkauannya diperluas. Beberapa waktu lalu Yastroki telah menggandeng TNI Angkatan Darat dan Komunitas Relawan Emergensi Kesehatan Indonesia (KREKI) untuk memberikan pelatihan kepada para stroke helper.

“Jadi, saya kira akan sangat berharap juga, kalau misalnya Pemerintah melihat hal ini sebagai nilai positif. Bukan hanya sekadar stroke helper menolong, tetapi mereka adalah bentuk dari suatu program dan model yang tentunya ini bisa membuat awareness (kesadaran) kita lebih bagus lagi,” ucapnya, tandas.

Sedangkan Prof Teguh Ranakusuma selaku anggota Dewan Pembina yang pernah memimpin Yastroki sebelum Dr Tugas Ratmono, turut menyampaikan bahwa kasus stroke setiap tahun bertambah 500-700 orang di tingkat nasional. Karenanya, kata dia, banyak pemicu terjadinya penyakit stroke. Mulai dari pola hidup yang tidak sehat dengan mengkonsumsi makanan lemak berlebih, jarang berolahraga, stres, menghisap rokok, polusi udara dan sebagainya.

“Namun terkait angkanya (kasus) ada. Lantas, apa kita terus bersikap diam melihat hal itu? Padahal, penyakit itu memberi tanda jelas sekali, perilaku dan sebagainya,” tuturnya.

Menurut Prof Teguh bahwa pelaksanaan ‘Jambore Stroke Indonesia‘ menjadi wadah pertemuan berbagai pihak. Mulai dari dokter, pemerintah hingga penyintas stroke. Sedangkan bentuk informasi dari para penyintas stroke, bisa menjadi bahan referensi para ahli dan dokter dalam menentukan strategi penanganan kasus stroke.

“Namun untuk sumbernya yakni para penyandang stroke itu sendiri. Merekalah yang merasakan (dampaknya) psikososial, fisik, ekonomi dan sebagainya,” ujarnya, mengakhiri.

Sementara itu H Toto Irianto selaku Ketua Yayasan Jakarta Weltevreden, menegaskan semangatnya untuk bekerjasama dan saling membantu, sehingga dapat terselenggaranya event ‘Jambore Stroke Indonesia ke-2‘ di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat ini. “Kenapa? Karena ini juga satu tempat bersejarah yang kita miliki,” katanya, menambahkan. © [RED/AGUS SANTOSA]

Related posts

Tabrak Sparator Busway, 2 PEMUDA Tewas Boncengan Sepeda Motor di Gunung Sahari

Redaksi Posberitakota

Terindikasi Ada 500 Ribu Pengguna, Jakarta Status Darurat Narkoba

Redaksi Posberitakota

Dukung Kinerja Pemprov DKI, BAPPEDA Gelar Konsultasi Publik Soal RKPD

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang