Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ALLAH – RAB & ILAH (2)

OLEH : PROF DR KH NASARUDDIN UMAR MA

KATA Allah yang tergabung dari huruf alif, lam, lam dan ha memiliki keunikan yang tidak terjadi pada nama-nama lain-Nya. Jika dibuang huruf alif, masih tetap terbaca lillah berarti “untuk Allah”. Jika dibuang satu huruf lam maka masih tetap terbaca lahu berarti “untuk-Nya“. Jika dibuang semua huruf lam maka masih tetap dapat dibaca hu kata ganti (dhamir) dari Allah, berarti “Dia“. Tuhan bisa disebut Rab kalau ada penyembah (marbub), disebut Ilah kalau ada pemuja (ma’luh). Sedangkan, Allah sebagai lafadz jalalah tidak bergantung kepada siapa pun dan apapun.

Kata Allah satu-satunya nama Tuhan yang tidak memiliki bentuk jamak. Berbeda dengan nama Rab yang mempunyai bentuk jamak (arbab) seperti diungkapkan dalam beberapa ayat, antara lain: “Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan” (QS. al-Taubah (9): 31).

Sama dengan nama Ilah yang juga memiliki penggunaan bentuk jamak (Alihah) seperti yang dinyatakan dalam beberapa ayat, antara lain: “Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan – sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka” (QS. Maryam (19): 81).

Kata Allah nama dari diri-Nya sebagai Aadiyyah, sebagai entitas utama dan pertama (al-Taayyun al-Awwal). Sedangkan, Rab nama dari diri-Nya sebagai entitas kedua (al-Taayyun al-Tsani). Nama Rab selevel dengan al-Asma’ al-Husna. Meskipun dikatakan entitas kedua, tetapi masih tetap keberadaan-Nya (al-Hadharat al-Ilahiyyah), karena itu disebut entitas permanen (al-A’yan al-Tsabitah). Entitas ini tidak termasuk kategori alam dalam arti entitas-entitas selain Allah (al-A’yan al-Kharijiy). Entitas – entitas berikutnya, yaitu entitas ketiga (al-Taayyun al-)
disebut alam (kullu ma siwa
Tsalits) dan Allah). Meskipun bukan diri-Nya, alam merupakan manifestasi lanjutan (tajjaly) dari diri-Nya. Entitas nama-nama (Ta’ayyun al-Asma’) berada di dalam keberadaan kedua (al-Haadharat al- Tsani) atau level (wahidiyyah Wahidiyyah).

Lafadz Allah disebutkan sebanyak 2.698 kali di dalam Al- Qur’an. Jumlah ini bisa dihubungkan dengan rumus angka 19, angka pembagi untuk menguji orisinalitas kitab suci Al-Qur’an sebagaimana diprakarsai oleh Prof Rashad Khalifah, seorang sarjana komputer Amerika Serikat berketurunan Mesir. Jadi, 2.698 19 = 142. Akan tetapi, jika basmalah di awal surah al- Fatihah tidak dimasukkan sebagai bagian dari ayatnya, seperti pendapat Imam Malik, total empat kata dalam basmalah, yakni al-Rahim libela dunia al-Rahim tidak bisa lagi dibagi 19. Jumlah 19. Seandainya basmalah dalam Al-Qur’an sebanyak 114: 6

Ketiadaan basmalah pada surah al-Taubah ditutupi dengan adanya surah yang dobel basmalah, yaitu surah al-Naml (27), basmalah muncul di awal surah dan satunya di dalam batang tubuh ayat, yaitu ayat 30, yakni “Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi) nya, Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” Kalimat Bismillah al-Rahman al-Rahim sendiri mempunyai jumlah huruf 19. [Bersambung/Goes]

Related posts

KKN di Rumah Ibadah, UNIVERSITAS IBNU CHALDUN JAKARTA Bikin Seminar Tema ‘Manajemen Keuangan Masjid’

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ‘RELASI TUHAN & HAMBA’

Program ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal Jakarta, SELAMAT BERTUGAS Para Pemimpin Negeri