Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, KETIKA KHALIFAH Over-Masculine (2-Habis)

OLEH : PROF DR KH NASARUDDIN UMAR MA

SELAIN berbagai keistimewaan yang disebutkan di atas, manusia juga diberikan keistimewaan khusus. Dimana alam semesta ditundukkan kepadanya dan yang lebih dikenal dengan konsep taskhir dalam teologi Islam. Segenap alam semesta ditundukkan kepada manusia dalam kapasitasnya sebagai khalifah (khalaif al-ardh), sebagaimana disebutkan dalam ayat: “Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah SWT menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-NYA. Dan, Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-NYA? Sesungguhnya Allah SWT benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia” (QS. al-Hajj/22: 65).


Ketundukan (taskhir) alam semesta kepada manusia bukan tanpa reserve. Alam semesta akan tunduk sepanjang manusia menjalankan kapasitas kekhalifahannya dengan benar. Manusia tetap memimpin jagat raya sesuai dengan tuntunan Sang Khaliq sebagaimana dituntunkan dalam Kitab Suci.

Misalnya di dalam menjalankan kapasitas kekhalifahannya selalu mencontoh Allah subhanahu wata’ala sebagai “Pemelihara alam-alam semesta” (Rabb al-‘alamin/QS. al-Fatihah/1: 2), manusia juga harus sadar bahwa Allah subhanahu wata’ala lebih menonjol sebagai the Mother of God daripada the Father of God di dalam mengelola alam semesta ini.

Sebagai khalifah, manusia juga tidak boleh melampaui batas: “Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berlebih – lebihan(QS. al-An’am/6:141). Manusia tidak boleh menyimpang dari ketentuan yang digariskan Allah subhanahu wata’ala kepadanya, yang pada akhirnya akan merugikan sendiri kehidupan umat manusia, sebagaimana diisyaratkan dalam ayat: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. al-Rum/30: 41).

Konsep taskhir dalam Islam mempunyai prasyarat. Ketika manusia melupakan dirinya sebagai hamba dan khalifah yang harus memakmurkan bumi, lalu mereka melakukan eksplorasi alam yang melampaui ambang daya dukungnya, dan sesama mereka saling menghujat dan menyebabkan pertumpahan darah, sebagaimana dikhawatirkan malaikat (QS. al-Baqarah (2): 30).

Ketika manusia tidak lagi mengindahkan ketentuan Allah subhanahu wata’ala, misalnya, para penguasa tidak lagi memihak kepada keadilan dan kemaslahatan umat, mengabaikan akal sehat dan hati nurani, para pebisnis tidak lagi mengindahkan etika bisnis, para ulama dan ilmuwan sudah kehilangan pertimbangan objektifitasnya, para buruh dan karyawan sudah kehilangan rasa ketulusannya, maka ketika itu bencana demi bencana senantiasa mengintai dalam masyarakat. Tegasnya, ketika manusia sebagai khalifah terjebak di dalam kualitas over-masculine, ketika itu akan muncul musibah sebagai peringatan dan lesson learning bagi manusia. © (***/goes)

Related posts

KKN di Rumah Ibadah, UNIVERSITAS IBNU CHALDUN JAKARTA Bikin Seminar Tema ‘Manajemen Keuangan Masjid’

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ‘RELASI TUHAN & HAMBA’

Program ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal Jakarta, SELAMAT BERTUGAS Para Pemimpin Negeri