JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Perlakuan kekerasan seksual (KS), baik yang banyak terjadi di lingkungan sekolah maupun kehidupan sehari-hari, memang tak boleh dipandang remeh.
Kenapa? Karena, isu tersebut bisa ditemukan di rumah, sekolah, sarana transportasi umum serta di jalanan. Tak salah jika sampai sekarang masih menjadi ‘momok‘ yang menakutkan.
Melalui acara soft launch Light 2 Hope Talkshow bertemakan ‘Kota dan Sekolah Yang Ramah Perempuan‘ yang digelar Sabtu (3/2/2024) siang hingga sore di Beau Bakery, Jalan Cikajang No. 29 Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan – menghadirkan Putri Indonesia DKI 2/2024, Lady Diandra sebagai pembicara utama.
Selain Lady Diandra, peluncuran advokasi melalui program talkshow juga melibatkan Sikkharini Cintantyadwisthi selaku Konsultan Perencanaan Strategis dan Strategi Perkotaan dari London serta Hanna Raisya yang dikenal sebagai Analis Kebijakan Pendidikan dari PSPK.
Seperti diungkapkan Lady Diandra dihadapan kalangan wartawan yang meliput acara talkshow, terdapat statistik yang mencengangkan, dimana hampir 91,6% anak muda pernah melihat, mendengar atau bahkan mengalami sendiri kekerasan seksual.
“Jelas bahwa isu ini bisa ditemukan di rumah, sekolah, transportasi umum dan bahkan di jalanan. Jadi, melalui Light 2 Hope ini, penekanan dan fokusnya yaitu pada peningkatan kesadaran, perlindungan korban dan juga advokasi hingga ke tingkat nasional,” paparnya, Sabtu (3/2/2024).
Dalam pandangan Lady Diandra lebih lanjut, kendati kesadaran di kalangan anak muda sudah tinggi, tetapi pemahaman yang lebih mendalam dan upaya pencegahan menjadi sangat penting.
“Apalagi, Pemerintah telah menetapkan kebijakan melalui Undang-undang Kekerasan Seksual (UU KS), namun implementasinya memerlukan dukungan gerakan masyarakat,” tambahnya.
Hanya saja, singgung Lady Diandra, akses ke pendanaan juga menjadi tantangan. Sebab, banyak masyarakat Indonesia tidak mampu mendapatkan dukungan psikologis.
“Jadi, Light 2 Hope ini bertujuan menjadi platform pendanaan bagi organisasi yang menyediakan konseling bagi korban kekerasan seksual. Juga mengatasi hambatan keuangan yang menghalangi akses bantuan psikologis,” jelasnya.
Sedangkan kedua pembicara lain masing-masing yaitu Sikkharini Cintantyadwisthi dan Hanna Raisya, justru sama-sama separate untul memberikan wawasan tentang menciptakan sekolah dan kota yang aman untuk mencegah kasus kekerasan seksual yang semakin marak belakangan ini.
Dari ‘Light 2 Hope‘, diharapkan ketiga pembicara bakal memicu lebih banyak diskusi tentang batasan, persetujuan dan elemen lainnya. Yakni untuk membentuk budaya anti kekerasan seksual dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan tujuannya jelas, yakni pada pencegahan dan pengurangan kasus. Bahkan dengan prioritas pada perlindungan terhadap korban kekerasan seksual. © RED/AGUS SANTOSA