JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Cerita dari mulut ke mulut yang makin meluas dan benar-benar terjadi di masyarakat, tentu saja tak boleh dipandang remeh. Terlebih lagi tanpa penyelesaian untuk segera dicarikan solusinya, yakni terkait maraknya modus atau tindak kejahatan yang menggunakan platform media sosial (Medsos) berupa WhatsApp (WA).
Pasalnya, Medsos yang salah satunya terdapat fasilitas WhatsApp merupakan platform yang telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat kita sehari-hari. Karena itulah oleh para pelaku tindak kejahatan, justru banyak dimanfaatkan untuk mencari sasaran.
Berbagai cara pun dilakukan dengan memanfaatkan kemudahan yang ada untuk mencari keuntungan pribadi pelakunya untuk menguras uang dengan cara meminta transfer atau bahkan sampai ada yang terkuras (dibobol-red) dana di rekening bank milik seseorang yang justru tidak dikenalnya sama sekali.
Berdasarkan pemantauan dan bahkan penelusuran yang dilakukan POSBERITAKOTA, tiada hari tanpa cerita terkait kasus penipuan yang sudah banyak terjadi atau bahkan nyaris menimpa sejumlah anggota masyarakat. Padahal, hanya lewat platform WhatsApp.
Cara yang dipakai pelaku yakni dengan cara mengirim semacam aplikasi via WhatsApp (WA) ke nomor handphone (HP)secara acak. Bisa soal tawaran kerjasama untuk bisnis, undangan pernikahan atau pengumuman lowongan kerja. Jika sang penerima WA tadi meng-klik, seluruh data pribadi maupun penggunaan WA dikuasi oleh pelaku.
Yon (57), wartawan Ibukota yang biasa meliput di Balaikota Pemprov DKI/DPRD DKI Jakarta, baru saja menghadapi pengalaman yang menurutnya agak aneh. Karena tiba-tiba pimpinan umumnya di kantor, nge-chat WA yang mempertanyakan apakah dirinya punya saldo di rekening. Lewat pesan balik via WA, Yon langsung merespon dan siap mentransfer uang sebesar Rp 2 juta.
“Untuk lebih meyakinkan, saya berulang menghubungi ke HP pimpinan saya itu. Tapi, tidak pernah diangkat. Saya mulai curiga, karena tidak mungkin sampai harus berhutang ke saya sebagai anak buahnya. Terlebih nomor rekening yang dikirim ke saya, kok atas nama usaha elektric…?” Begitu cerita Yon dengan nada heran.
Selanjutnya, seperti penipuan berantai, WA atas nama Yon pun juga diretas atau dihack. Bahkan, melakukan hal yang sama ke rekannya atas nama Ade, humas lembaga filantrophy, yakni untuk meminta ditransfer uang sebesar Rp 2 juta. Masih beruntung, karena berusaha konfirmasi ke Yon, juga tak ditanggapi. Maka itu, rencana transfernya pun diurungkan.
Namun kasus yang menimpa Yon dan Ade, pastinya bikin resah masyarakat. Sebab, tidak sedikit korban yang langsung transfer ke para pelaku tanpa ada rasa curiga. Bahkan dengan akibat yang lebih besar lagi, karena dana yang ada di rekening, bisa terkuras habis.
Dari kejadian itu sebenarnya banyak pula yang dilaporkan ke aparat berwajib (kepolisian), bank dimana para korban memiliki rekening serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) yang mengurusi penggunaan atau pemanfaatan platform Medsos seperti WhatsApp (WA). Tenth, mereka semua diharapkan memiliki perhatian besar, agar mencegah munculnya banyak korban lagi di masyarakat. © RED/AGUS SANTOSA