OLEH : DR ABDUL RASYID TEGUHKAN HAMID
BULAN Ramadhan adalah salah satu bulan khusus, karena pada bulan tersebut Allah SWT mewajibkan bagi orang-orang beriman untuk melaksanakan puasa, kewajiban puasa sudah dilakukan oleh umat-umat terdahulu. Sedangkan tujuan berpuasa adalah melahirkan manusia-manusia bertaqwa.
Panggilan khusus dengan kalimat “Yaa ayyuhal ladziina amanuu” (wahai orang-orang yang beriman), seruan ini terasa berbeda karena yang dipanggil adalah iman seseorang, maka ketika bulan Ramadhan datang orang-orang beriman sangat bahagia, dalam doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW “Allahumma ballighna ila Ramadhan”.
Arti wajib dalam literatul fiqih bermakna, dikerjakan mendapat pahala ditinggalkan mendapat dosa.
فَالْوَاجِب مَا يُثاب على فعله ويعاقب على تركه
Kewajiban berpuasa bulan Ramadhan merupakan rangkaian ibadah yang menjadi rutinitas orang-orang beriman, berulang kali setiap tahun. Seumpama puasa sudah dilakukan sebanyak 56 tahun (63 tahun usia umat Nabi Muhammad SAW – 7 tahun usia belajar puasa), adakah peningkatan dari sisi kuantitas dan kualitas?
Dari sisi kuantitas, waktu durasi puasa terdapat peningkatan. Ketika belajar puasa hanya sampai waktu zhuhur, ketika terus dilatih maka puasanya sampai waktu maghrib.
Sedangkan dari sisi kualitas, puasa yang dilakukan tidak sekedar menahan lapar, haus dan syahwat tetapi meningkat menjadi puasa panca indra dan hati dari hal-hal yang membatalkan puasa.
Imam Ghazali membagi tingkatan puasa menjadi tiga golongan;
1. Puasa awam, melaksanakan puasa supaya tidak ada yang masuk dari lubang atas (mulut), dan lubang bawah (qubul). Berpuasa hanya tidak batal dari makan, minum dan hubungan suami istri
2. Puasa khawwas, setelah menjaga mulut bawah dan atas dari yang membatalkan puasa juga menambah dengan menjaga mata, telinga, lisan dan anggota tubuh yang lain daripada berbuat dosa dan maksiat.
3. Puasa khawasul khawas, tidak sekedar puasa fisik tapi menjaga hatinya selalu ingat kepada Allah SWT serta menjauhkan dirinya dari hal-hal tentang duniawi.
Ketiga tingkatan golongan orang-orang yang berpuasa ini seperti level mahabbah, semakin cinta seorang hamba kepada Tuhan-NYA, maka ia akan mengikuti bagaimana cara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam beribadah.
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ (2)
Artinya : “Katakanlah (Nabi Muhammad SAW), “Jika kamu mencintai Allah SWT, ikutilah aku, niscaya Allah SWT akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Ali Imran : 31).
Puasa para pecinta sulit kita temukan, karena mereka diam- diam tidak mau diketahui oleh yang lain. Ia pendam cintanya hanya kepada Rabb-NYA, para shalihin enam bulan sebelum Ramadhan begitu rindu ingin bertemu dan ketika di akhir Ramadhan rasa rindunya makin menggebu, bahkan sampai menangis ditinggal bulan Ramadhan. Puasa buat orang-orang yang beriman itu adalah panggilan rindu, panggilan sayang, panggilan cinta dari Rabb-NYA.
Kebiasaan Rasulullah SAW ketika di bulan Ramadhan diantaranya, mentadaruskan Al-Qur’an dihadapan Malaikat Jibril, dan Nabi banyak beri’tikaf di masjid serta banyak bersedekah di bulan Ramadhan. Dimensi vertikal horizontal, hubungan seorang hamba kepada Tuhan dan semasa, bagi orang-orang yang berpuasa waktu-waktu Ramadhan dimanfaatkan untuk hal yang positif, ia tidak melakukan sesuatu yang sia-sia.
Karena begitu utamanya bulan Ramadhan, seperti berpuasa dan qiyam di bulan Ramadhan maka Allah SWT akan menghapus dosa-dosanya yang telah lalu dengan syarat imanan wa ihtisaban (keimanan dan hanya mengharap pahala kebaikan). Inilah bukti puasa para pecinta, ia jadikan ibadah Ramadhan dengan tujuan ridha Allah subhanahu wata’ala. [***/goes]