OLEH : NURUL FAJRIYAH
NASKAH Hikmah ini terinspirasi dari kegiatan Seminar Internasional di Masjid Istiqlal dengan bahasan tema ‘Peran Ulama dan Imam dalam Mewujudkan Harmoni Global’, di Ruang VIP Masjid Istiqlal, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Wakil Menteri Urusan Islam, Dakwah dan Bimbingan Kerajan Arab Saudi, Syeikh Dr Awad bin Sabti Al-Anzi yang penyampaiannya diterjemahkan oleh Ustadz Abdullah Zaen L.c MA, memaparkan tentang pentingnya setiap kita, khususnya para Ulama dan Imam untuk menerapkan kedamaian atau harmoni global sesuai yang sudah dicontohkan Rasulullah SAW.
Semasa hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sudah berinteraksi dengan non Muslim. Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mencontohkan bahwasanya dalam berinteraksi dengan non Muslim, kita jangan sampai mendzalimi, mengkhianati dan juga melakukan hal yang merugikan mereka.
“Jadi ketika kita berinteraksi dengan non Muslim sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan semoga ketika kita mengamalkan, itu bisa menjadi sebab terbukanya hidayah,” ujar Syeikh Dr Awad bin Sabti Al-Anzi.
Menyebarkan kedamaian ke sesama manusia sesuai yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga menjadi tanda kita meyakini Islam sebagai agama yang benar.
Hal tersebut sebagaimana yang difirmankan Allah subhanahu wata’ala :
إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا
مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَن يَكْفُ
بِقَايَتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (٤)
Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah ialah Islam. Orang-orang yang telah diberi kitab tidak berselisih, kecuali setelah datang pengetahuan kepada mereka karena kedengkian di antara mereka. Siapa yang kufur terhadap ayat-ayat Allah, sesungguhnya Allah sangat cepat.perhitungan (NYA)” (QS. Ali Imran [3]: 19).
Sehingga merealisasikan kedamaian bukan berarti kita meninggalkan ajaran agama kita, yaitu Islam, melainkan justru karena kita meyakini ajaran agama kita benar dan memang mengajarkan kedamaian, maka kita sebarkan kedamaian.
Adapun peran Ulama dan Imam dalam menyebarkan kedamaian, terangkum oleh Ustaz Zaen ada tiga poin, yaitu ilmu, amal dan dakwah.
1. ILMU
Bagaimana kita bisa beramal jika tidak berilmu? Dengan menjalani peran dalam mendakwahi kedamaian, kita perlu untuk terus mempelajari sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Contohnya cara beliau berinteraksi, menerima tamu, berdakwah, bersabar dengan tetangga yang menyakiti serta bisa menjalani hubungan dengan kaum Yahudi, Nasrani dan Musyrikin.
2. AMAL
Setelah memiliki ilmu maka kewajiban kita adalah mengamalkan, mulai dari paling dasar yaitu tauhid, at-tawassuth kita sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, rukun Islam dan iman dalam keseharian serta akhlak yang mulia, sehingga orang lain dapat melihat adanya simbol kedamaian dalam diri kita.
Kita perlu mengamalkan sebelum mendakwahi orang lain. Karena, bagaimana kita dapat mendakwahkan ‘akhlak mulia‘ jika kita tidak berakhlak mulia? Kita harus praktikkan sebelum mengajak orang untuk mengamalkan.
3. DAKWAH
Kita ajarkan ilmu yang kita pelajari sesuai dengan ilmu syar’i, sesuai dengan yang dicontohkan dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam serta yang dipahami oleh para sahabat beliau.
Kita praktikkan dan kita ajarkan ke orang lain. Dengan tiga poin di atas, jika kita konsisten, insya Allah kita akan membawa perdamaian, harmoni global di dunia.
Adapun Syekh Prof Dr Muhammad bin Fahd Al-Furaih mengingatkan, bahwasanya Ulama juga harus mengajak manusia Allah subhanahu wata’ala, bukan kepada diri sendiri atau kelompoknya. Sebagaimana yang Allah firmankan :
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُوا إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي
وَسُبْحَنَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ )
Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad SAW), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (seluruh manusia) kepada Allah dengan bukti yang nyata. Maha Suci Allah dan aku tidak termasuk golongan orang- orang musyrik” (QS. Yusuf [12]: 108).
“Cara kita mengajak manusia kepada Allah SWT, ialah dengan menyampaikan tauhid,” terang Syekh Prof Dr Muhammad bin Fahd Al-Furaih.
Hal tersebut sudah dicontohkan pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika orang tidak mengajak umat manusia kepada Allah subhanahu wata’ala, maka yang terjadi adalah kekacauan. Wallahu a’lam bishawab. © (***/goes)