Tak Sekadar Ritual Tahunan, KHUTBAH USTADZ SAEFUL AZIZ: Idhul Adha Teladan Ikhtiar & Tawakal Nabi Ibrahim bagi Keluarga

POSBERITAKOTA.COM : Idhul Adha yang identik dengan penyembelihan hewan qurban (sapi, kambing atau domba), hendaknya tak dijadikan sekadar ritual tahunan. Dibalik itu, ada pesan istimewa jika kita mau menggali hikmah yang terkandung di dalamnya. Selain kita harus tetap berupaya meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pada Allah SWT.

Sedangkan pesan istimewa itu sendiri, wujudnya adalah dengan senantiasa melakukan ikhtiar dan tawakkal pada Allah SWT. Oleh karenanya, kita harus banyak belajar dan meneladani perjuangan keluarga Nabi Ibrahim AS yang teguh dalam berusaha dan menyerahkan semua hasilnya pada Sang Maha Penentu, yakni Allah SWT.

Demikian esensi yang termaktub dalam khutbah Ustadz Saeful Aziz selaku khotib dan imam pelaksanaan Sholat Ied (Idhul Adha 1445 Hijriyah) 10 Dzulhijjah/17 Juni 2024 Masehi, di Masjid Jami Al-Ikhlas RW 025 Perumahan Villa Gading Harapan (VGH) Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi.

“Dengan memuji Bertakbir sebelumnya dan Bertasbih setelahnya kepada Allah SWT, syukur alhamdulillah kita masih diberikan kesempatan untuk dapat menunaikan ibadah Idhul Adha di tahun 1445 Hijriyah ini. Marilah kita bermohon agar di Idhul Adha di tahun ini, dijadikan oleh Allah SWT, lebih baik dan lebih istimewa serta dapat menggali hikmahnya, dibandingkan dengan tahun-tahun yang telah kita lalui,” ucap Ustadz Saeful Aziz, membuka khutbahnya dihadapan 500-an jamaah dari warga RW 025 VGH dan sekitarnya.

Menurutnya lagi dengan tetap meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pada Allah SWT, wujudnya adalah dengan senantiasa melakukan ikhtiar dan tawakkal. Menjalani kehidupan ini sesuai dengan petunjuk-NYA.

Sedangkan hikmah tentang Idhul Adha, dikatakan Ustadz Saeful Aziz, sejatinya tidak sekedar menampilkan sembelihan hewan qurban yang dilangsungkan setiap tahun. Sebab tentang Idhul Adha yang terkadang bagi sementara orang, hanya sekedar menjadi ritual tahunan saja.

“Namun sebenarnya ada pesan-pesan yang lebih penting, dan lebih istimewa. Bahkan saking istimewanya, diabadikan dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang ditegaskan dalam untaian – untaian sunnah-sunnah Rasulullah SAW,” ucap dia, menambahkan.

Untuk hikmah terbesar itu kembali kepada perjalanan spiritual kakek buyut Nabi Muhamad SAW, yaitu Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS. “Dari 30 generasi sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, ribuan dan bahkan mungkin puluhkan ribu tahun, ternyata masih diabadikan kisahnya dalam Al-Qur’an sampai dengan masa yang kini kita alami,” urainya.

Melanjutkan khutbahnya, Ustadz Saeful Aziz menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim AS jelas tidak semudah mendapatkan predikat orang yang terdekat dengan Allah SWT. Apalagi gelarnya langsung disebutkan oleh Allah SWT, yakni Kholilulloh.
وَاتَّخَذَ اللّٰهُ اِبْرٰهِيْمَ خَلِيْلًا
Allah SWT telah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-(NYA). Q.S. Annisa 125.

Allah SWT mengambil Nabi Ibrahim AS sebagai Kholilulloh. Hamba yang terdekat dengan Allah SWT. Saking dekatnya, 30 generasi sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan silsilah yang jelas dan mulia,” ucapnya.

Tentang 30 generasi sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, tapi kisahnya masih diabadikan dan diangkat sebagai Kholilulloh. “Malah namanya disebutkan dalam setiap sholat kita, setelah sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Kemudian sholawat kepada Nabi Ibrohim AS. Kholilulloh juga disebut Abul Ambiya, dari sisi kanan dan kiri, terlahir para Nabi,” paparnya, lagi.

Ustadz Saeful Aziz kembali menegaskan bahwa ada pesan yang tiap tahun disampaikan kepada kita, yakni melalui ritual qurban itu sendiri. “Kita diminta belajar bahwa untuk mendapatkan status terbaik, ini yang kemudian dicontohkan oleh Rasulullah SAW, ada perjalanan yang harus kita lalui”.

Untuk hikmah pertama, kita belajar dari semangat Nabi Ibrohim AS. Apa itu? Belajar mengenal Allah SWT, seperti dalam surat 6 ayat 75-77.Beliau belajar mendekat kepada Allah SWT. Melihat bintang, bulan, matahari dan lain sebagainya. Setelah dipikirkan, mereka semua adalah makhluk dan bukan Tuhan. Mustahil Tuhan hilang, memahami esensi tauhid, esensi Tuhan.

“Pesannya jika ingin dekat dengan Allah SWT, juga ingin dimuliakan oleh Allah SWT. Jangan sekedar beragama, tapi tidak mengenal Allah SWT, sehingga tidak bisa dekat dengan Allah SWT. Jadi, bagaimana mau dekat, jika kenal juga tidak! Apalagi jangan sampai kita beribadah, tapi tidak mengerti dengan apa yang kita kerjakan. Nabi punya gelar tinggi namun masih mau belajar, masih mau ibadah,” kata Ustadz Saeful Aziz, panjang lebar.

Pertanyaannya, siapa Anda atau Kita? Yang bukan Nabi dan bukan Rasul, tidak dijamin surga. Dosa belum terampuni, tapi kenapa tidak mau belajar seperti Nabi Ibrohim AS. Sedangkan majelis ta’lim terbuka di mana-mana. Ada di masjid, ada yang keliling di lingkungan. Berapa banyak Ustadz, Guru, Kyai dan Habib yang mengajarkan dan mengajak kepada Allah SWT.

Duhai Anda atau Kita yang mengaku Muslim, ingin dekat dengan Allah SWT, ingin dimuliakan oleh Allah SWT, ingin masuk surga. Sampai sejauh mana usaha kita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Nabi Muhammad saja mendekat kepada Allah SWT sambil belajar kepada Jibril AS.

“Belajar dan pahami sehingga bisa khusyuk. Jangan sampai kita sholat, tapi tidak paham apa yang kita ucapkan. Berdoa juga tidak paham dengan yang diminta. Jangan sampai mengatakan Allah Akbar, lisannya mengatakan Allah Maha Besar, tapi hatinya tidak tertaut untuk membesarkan nama atau asma Allah SWT,” tutup khutbahnya. © RED/AGUS SANTOSA

Related posts

Khutbah di Masjid Istiqlal, DR H MUH YAHYA AGIL MM Bahas Soal Hikmah Ibadah Qurban Bagi Kaum Dhuafa

Program ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal Jakarta, KEUTAMAAN 10 HARI PERTAMA di Bulan Dzulhijah

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ANTARA WAHDAH Al – Wujud & Panteisme