Khutbah Jumat, DR KH MARSUDI SYUHUD MA Bahas Soal Pembangun Masyarakat Toleran Tanpa Kehilangan Jatidiri Keimanan

JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Dalam khutbah Jum’at-nya di Masjid Istiqlal Jakarta, Dr KH Marsudi Syuhud MA selaku khotib membahas tema menarik soal ‘Pembangunan  Masyarakat yang Toleran Tanpa Kehilangan Jatidiri Keimanan‘, Jumat 02 Rabiul Awal 1446 Hijriyah /06 September 2024 Masehi.

Dihadapan sekitar kurang lebih 30.000-an jamaah yang hadir dari 5 wilayah Jakarta dan sekitarnya, KH Marsudi Syuhud menyebutkan bahwa toleransi adalah salah satu sifat yang diperintahkan oleh Yang Maha Kuasa dan Rasul kita yang mulia untuk kita miliki.

Toleransi itu sendiri, menurutnya lebih lanjut adalah memaafkan ketika kita mampu, mengabaikan kesalahan orang lain, membuat alasan untuk mereka dan melihat kebaikan dan perbuatan baik mereka alih-alih berfokus pada mereka. kesalahan dan kekeliruan mereka.

“Sebab, hidup ini terlalu singkat dan terus berjalan tanpa henti. Tak perlu ada rasa benci dan dendam dalam diri kita. Melainkan kita harus mengisinya dengan cinta kasih, toleransi dan harapan agar kita bisa tenang dan tenteram mendekatkan orang kepada kita dan memberi cinta kepada mereka,” tegasnya dengan kalimat syahdu.

Seperti yang dipaparkan KH Marsudi Syuhud, berikut adalah kata-kata terindah tentang toleransi
(۱) التسامح هو توفير مساحة للعلاقات الاجتماعية مع بعضنا البعض .

Toleransi adalah memberi ruang untuk berhubungan sosial satu sama lain. Kita hidup beragama adalah sebagaimana kita hidup dalam satu bangunan rumah besar. Ada ruang publik, ruang tamu kita ruang siapa saja boleh masuk, ruang muamalah namanya, namun ada juga ruang privacy yaitu ruang tauhid dan ubudiyah mahdloh, yaitu ruangan pemilik rumah, ruang pembeda antara tamu dan pemilik rumah. Ruang pembeda antara satu entitas dengan entitas lainnya, ruang pembeda antara satu agama dengan agama lainnya.

“Seorang tamu tidak boleh langsung masuk di ruang privacy, namun boleh masuk di ruang tamu (muamalah). Seorang Muslim tidak boleh masuk pada ruang privacy-nya (Tauhid, Ubudiyah Mahdloh) non Muslim, jika masuk, maka akan sama mempercayai Tauhid-nya dan Ubudiyah-nya, dan jika sudah sama kepercayaannya maka mereka adalah sudah mereka, sudah sama sebutannya, tidak ada bedanya. Padahal panggilan agamanya saja sudah berbeda. Nah untuk membedakan mereka utamanya adalah karena perbedaan di ruang privacy, ruangan yang sesuai dengan perintah,” urainya, panjang lebar.

Masih dalam khutbahnya, KH Marsudi Syuhud selanjutnya menjelaskan bahwa ruang toleransi yang kita berikan kepada hamba-NYA, yang non Muslim. Seluas-luasnya dan dengan tetap mengikuti ajaranNYA adalah di ruang muamalah (ruang publik) bukan termasuk ruang privacy, Karena inilah esensi beda – bedanya.

Pada bagian lain, juga disebutkan bahwa toleransi adalah bagian dari keadilan, karena mengandung arti saling. Saling memberi, saling menghormati, saling memproteksi, saling mencintai, saling mengakui, tidak sebaliknya. Adanya keadilan karena adanya kata saling.


التسامح هو طلب السماعة من
“Toleransi adalah meminta maaf pada diri sendiri dan orang lain”.

(٣) التسامح زينة الفصائل

Toleransi juga adalah hiasan kebajikan. Manusia yang ganteng, tinggi dan gagah akan lengkap performace-nya jika di tambah hiasan yang sesuai. Bangunan, mobil, motor dan jenis material lainnya akan lebih cantik jika mempunyai aksesori yang tepat. Hiasan yang paling tepat dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan sosial di masyarakat adalah toleransi. Karena dari tasamuh akan menghasilkan jas kebaikan- kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain,” paparnya, lagi.

KH Marsudi Syuhud juga mengatakan bahwa hasil terbaik dari pendidikan adalah toleransi. “Jika anak didik pintar, menguasai materi pendidikannya, alim di bidangnya, senang terhadap ilmunya, cumlaude nilainya, itu masih butuh satu ilmu lagi, yaitu ilmu untuk memanfaatkan ilmu. Ilmu untuk memanfaatkan ilmu salah satunya adalah toleran, karena dengan tasamuh akan memudahkan untuk mendapatkan network, jaringan, partner bisnis, sumber-sumber fund dan lainnya. Tasamuh adalah bagian dari akhlaqul karimah dan merupakan hasil terbaik dari pendidikan.

Pada bagian penutup khutbahnya, disebutkan pula bahwa toleransi adalah kunci tindakan dan kebebasan.  Jika kita mau pergi pasang dulu tujuan pergi kita mau ke mana? Minimal share lock-nya dulu diaktifkan, baru mulai jalan. Begitu pula ketika kita mau melakukan yang harus berhubungan dengan orang lain, harus tasamuh diaktifkan dulu. Karena pada situasi apapun, kita akan mudah beradaptasi. Juga mudah mencari jalan keluar jika ada problem dan mudah diterima oleh publik dan mudah untuk sukses pada akhirnya.

Memasang tasamuh adalah memberi ruang untuk memaafkan, memberi ruang untuk menerima, memberi ruang untuk memberikan kebaikan, berpaling dan menjauhkan diri dari kebodohan

Sebagaimana Al-Qur’an menyampaikan:
خُذِ الْعَفْوَ وَأَمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَهلِينَ )

Artinya: “Jadilah pemaaf, perintahlah (orang-orang) pada yang makruf dan berpalinglah dari orang-orang bodoh(QS. al-A’raf : 199). © RED/AGUS SANTOSA

Related posts

Gelar Maulidurrasul SAW di Tegal, MARKAZ AHBABUL MUSTHOFA Tak Kurang Dibanjiri 5000-an Jamaah

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, PERJUANGAN PARA SALIK Menajamkan Pendengaran Batin (Sama’)

Kajian ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal Jakarta, TERSINGKAP Tabir Amal