Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, EPISTEMOLOGI Makrifat (1)

OLEH : PROF DR KH NASARUDDIN UMAR MBA

PENGETAHUAN yang diperoleh melalui olah nalar disebut dengan diperoleh disebut makrifat (ma’rifah). Secara kebahasaan, kata ‘ilm berasal dari akar kata alima-ya’lamu, berarti mengetahui. Seakar kata dengan ‘alam, berarti tanda, petunjuk, bendera. ‘Alamah berarti alamat atau suatu tandayang melalui dirinya dapat diketahui sesuatu yang lain (ma bihi ya’lamu al-syai).

Dalam pembahasan terdahulu tentang alam dijelaskan segala sesuatu selain Allah (ma siwa Allah) adalah alam. Alam adalah tanda menunjuk kepada (adanya) Allah subhanahu wata’ala. Alam juga sekaligus memberikan kesadaran dan pengetahuan tentang Allah
subhanahu wata’ala. Dari segi kebahasaan dapat ditangkap makna ‘ilm dan ‘alam memiliki konotasi fisik dan mekanik (hushuli).

Sedangkan makrifah berasal dari kata ‘arafa-yu’rifu, memiliki berbagai makna yang lahir daripadanya, antara lain, mengetahui dan mengenal lebih dalam (i’rfah), pengakuan dosa (i’tiraf), wukuf di Arafah (arrafah al hujjaj), Padang Arafah (‘arafat), tempat antarasurga dan neraka (a’raf), bersetubuh (arafah al-maah), saling mengenal satu sama lain (taaruf), warisan tradisi lama yang positif (‘urf), terkenal, masyhur (ma’ruf), ilmu pengetahuan luas (ma’arif) dan pengetahuan yang mendalam serta komprehensif (irfan/ma’rifah). Dari segi kebahasaan dapat dipahami makna makrifat memiliki konotasi lebih tinggi dan agung (hudhuri).

Dengan perbedaan tersebut, dengan sendirinya antara ilmu dan makrifat memiliki ontologi, epistemologi, dan aksiologi yang berbeda satu sama lain. Perbedaan ini bisa dipahami melalui perbedaan antara ilmu-ilmu hushuli dan ilmu-ilmu hudhuri.

Secara ontologi, ilmu (‘ilm) masih lebih banyak berkutat pada wilayah logika manusia. Referensi yang digunakan untuk memahami ilmu juga masih bersifat fisik dan visual, meskipun dalam tingkatannya yang lebih tinggi, khususnya dalam level filsafat makna, sudah ada yang mulai betumpang-tindih dengan level awal ontologi makrifat. Ontologi makrifat, sebagaimana arti dasarnya, lebih mengacu pada wilayah – wilayah yang dapat dikatakan asing bagi para ahli ilmu pengetahuan (saintis).

Meskipun demikian, sesungguhnya para saintis tidak bisa serta merta menafikan keberadaan ontologi keilmuan makrifat karena secara de facto banyak peristiwa yang diungkap oleh pengetahuan makrifat sulit dibantah oleh para saintis.

Sebutlah contoh tentang efek keberadaan Tuhan yang dulu dinafikan oleh para saintis positivisme, tetapi di dalam era posmodernisme mulai diberi ruang. Terakhir para saintis dalam era new age tidak bisa menyembunyikan adanya Godspot di dalam diri manusia. Kini, para ilmuwan modern, sesekuler apa pun mereka, tidak dapat lagi terus menerus ‘menyerang’ kaum agamawan (baca: agnostik) karena mereka sendiri meragukandirinya sendiri.

Bahkan, di negara-negara maju sekarang sudah mulai demam kajian spiritual. Kabbalah (mistisisme Yahudi) yang dulu diharamkan oleh para Rabbi karena diangap bid’ah, kini laksana cendawan tumbuh di mana-mana. Di New York, tepatnya The Manhattan Center, yang terletak di 155 E/84 St, di jantung kota New York berdiri tegak Kabbalah Center. Jauh sebelumnya, Karen Berg pernah mendirikan The National Research Institute of Kabbalah di Los Angeles, yang sampai sekarang ramai dikunjungi artis Hollywood dan ilmuwan 6Yahudi di sana.

Di Eropa dan Amerika Latin juga demikian halnya. Lembaga- lembaga meditasi bahkan sudah dibuka di sejumlah universitas terkemuka. Buku-buku new age pernah mendominasi sejumlah toko buku di Amerika dan Eropa. Pusat-pusat sufistik akhir-akhir ini mungkin lebih ramai di Barat daripada di Timur. The Beshara School, sebuah lembaga spiritual yang bertaraf internasional, sudah mulai go public dan merambah hampir di seluruh negara.

Begitu pun Ibnu Arabi Society, para anggotanya semakin besar, sebagaimana dapatdilihat di webnya. Pengikut Kabbani dan Bawa Muhaiyaddeen di AS
juga semakin ramai dikunjungi pengikut. Di antara mereka bukan orang awam, melainkan sangat terdidik dan pejabat. © [***/goes]

Related posts

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, MAKNA ESOTERIS Kumandang Adzan

KKN di Rumah Ibadah, UNIVERSITAS IBNU CHALDUN JAKARTA Bikin Seminar Tema ‘Manajemen Keuangan Masjid’

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ‘RELASI TUHAN & HAMBA’