JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Tradisi masyarakat Betawi Maghrib Mengaji alias membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an seusai sholat Maghrib, dinilai mampu menekan penyimpangan moral di kalangan remaja. Oleh karenanya, sangat layak program tersebut untuk digaungkan kembali di Jakarta
Harapan tersebut disampaikan Ketua DPRD DKI Jakarta, Khoirudin, Selasa (7/1/2025) kemarin di Gedung DPRD DKI Jakarta. Selain dapat menguatkan kembali tradisi Betawi, menurutnya, program tersebut dinilai mampu menekan penyimpangan moral yang kerap dilakukan anak remaja di Jakarta.
“Seperti kita tahu, memang pada hari ini, kita lihat Program Magrib Mengaji sudah tinggal kenangan. Makanya, saya berharap budaya tersebut kembali dilanjutkan,” tegas Khoirudin.
Di sisi lain, pihaknya menghimbau pemerintah kota (Pemkot) merangkul perangkat daerah dan masyarakat untuk menghidupkan kembali Program Magrib Mengaji. Dengan begitu, para remaja terhindar dari kegiatan tidak baik, seperti tawuran hingga penggunaan Narkoba.
“Seyogyanya kegiatan ini mestinya dilakukan, direncanakan dan dirancang bersama-sama. Barulah program itu bisa hidup jika dibuat secara bersama-sama Pemerintah pun harus hadir menjadi fasilitator saja. Sedangkan masyarakat yang membangun,” ungkapnya.
Khoirudin juga berharap Pemprov DKI memperjuangkan dan menyejahterakan guru ngaji. Bedasarkan data Badan Komunikasi Pemuda Remaja Muslim Indonesia (BKPRMI) DKI Jakarta, kini terdapat 2.093 guru ngaji tersebar di Jakarta.
Meski demikian hanya 50 persen yang mendapat honor berupa dana hibah dari Pemprov DKI Jakata sebesar Rp 550 ribu per bulan. Sedangkan 50 persen lainnya hanya mendapat iuran sukarela dari murid.
“Seharusnya pemerintah bisa memperjuangkannya. Meski memang agak berat. Tapi, saya berharap guru – guru ngaji dapat disejahterakan,” ucap Khoirudin, mengakhiri. © RED/AGUS SANTOSA