INDRAMAYU (POSBERITAKOTA) – Guru honorer di Indramayu, Jabar, Rabu (15/1/2025) melancarkan aksi demo di depan gedung wakil rakyat di jalan Jenderal Sudirman Indramayu minta nasibnya diperjelas, diangkat menjadi P3K.
Sebelum berkumpul di lokasi demo, pengunjuk rasa berjalan kaki berbaris dari arah Alun-alun Indramayu menelusuri jalan Jenderal Sudirman dan mentok di depan gedung wakil rakyat.
Iring-iringan jalan kaki yang cukup panjang itu dampaknya menarik perhatian masyarakat. Mereka datang dari berbagai kecamatan di Indramayu dan serentak mendesak wakil rakyat menyuarakan tuntaskan pengangkatan guru honorer, honorer tenaga kesehatan, honorer Satpol PP dan sebagainya.
“Kami minta seluruh tenaga honor baik guru, kesehatan, Satpol Pamong Praja dan yang lainnya dituntaskan,” ujar juru bicara aksi demo.
Pengunjuk rasa minta wakil rakyat memperjuangkan nasib guru honorer dan tenaga honorer lainnya menjadi P3K. Apalagi banyak guru honorer yang sudah puluhan tahun mengabdi di sekolah tapi belum diangkat P3K.
Di sisi lain, banyak anak didik guru honorer yang sudah diangkat P3K. “Anak-anak belum lama jadi guru sudah diangkat ASN atau P3K,” katnya.
Sementara banyak guru yang sudah mengabdi puluhan tahun harus bersaing tes dengan anak-anak sekarang, ya jelas bukan tandingannya.
Pengunjuk rasa mengemukakan, Rifai selaku koordinator guru honor sering bolak-balik ke kantor di Indramayu, memperjuangkan nasib honorer agar diangkat jadi P3K.
Ternyata data usulan nama-nama guru honorer diketahui banyak yang hilang. “Aneh datanya koq bisa hilang, ” kata pengunjuk rasa.
Ia mencontohkan, usulan nama-nama honorer dari Kecamatan Kroya, yang masuk cuma 4 orang. Padahal banyak nama yang diusulkan. Saat ditanyakan berkasnya hilang.
Pengunjuk rasa menyebut jumlah tenaga honorer yang belum diangkat P3K di Kabupaten Indramayu mencapai lebih dari 3 ribu orang dan terbanyak guru.
Oleh sebab itu pada perubahan anggaran tahun 2025, mereka minta wakil rakyat menuntaskan masalah guru honorer. Tidak ada lagi guru honorer yang tidak diangkat P3k, semuanya sudah tuntas.
Sementara salah seorang guru honorer menyebut mengajar di depan kelas sebulan hanya mendapat bayaran Rp. 300 ribu sampai Rp. 500 ribu.
Jumlah itu, katanya, tak mencukupi kebutuhan hidup, apalagi yang sudah berkeluarga. Walaupun bayaran kecil, kata Yanto, 31 terus dilakoni mengabdi.
“Dengan harapan ada pengangkatan P3K. Pas waktunya ada formasi tidak masuk lagi,” ujarnya. © RED/TARYANI