BEKASI (POSBERITAKOTA) – Puasa di bulan suci Ramadhan adalah salahsatu ibadah yang pahalanya tak bakal terhapus, karena urusannya terhubung langsung dengan Allah SWT. Bahkan merupakan ibadah dan ‘misteri’. Termasuk tidak akan ada yang tahu puasa itu ‘pahalanya‘ berapa? Jangankan Malaikat, Rassulullah saja tidak tahu.
Demikian intisari rangkuman dari keseluruhan materi yang disampaikan oleh Ustadz H Rahmat Hidayat M.Pd.I saat mengisi ta’lim Ramadhan ba’da Shubuh di Masjid Jami Al-Ikhlas RW 025 Perumahan Villa Gading Harapan (VGH) Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Sabtu (24/4/2021).
“Jadi, besaran pahala berpuasa di bulan Ramadhan itu, tidak bakal ada yang tahu. Jangankan Malaikat, Rassulullah saja juga tidak tahu. Karena puasa itu hubungannya hanya diri kita dengan Allah SWT,” tegasnya kalem dan penuh makna, seperti yang disampaikan dihadapan puluhan jamaah rutin Masjid Jami Al-Ikhlas RW 025 VGH Kebalen, Babelan, Bekasi.
Lebih jauh Ustadz H Rahmat mengupas pula apa saja hikmah dibalik menjalani ibadah puasa? Puasa adalah merupakan ibadah yang tidak terkontaminasi. Tidak bisa disombongkan. Sebab, jika sudah terkontaminasi, itu namanya ‘Riya‘.
Jelas berbeda, tambah dia lagi, dengan orang yang membaca ‘Sahadat‘. Masuk Islam semua orang akan tahu. Begitu pula membayar ‘Zakat‘ atau pergi ‘Haji‘. “Zakat cuma membersihkan harta. Begitu pula kayak orang pergi Haji, biasanya malah orang sekampung pada tahu semua,” urainya.
Ditegaskan bahwa benar dalam puasa itu, sifat sombong kagak ada. Lantas, hadiahnya apa? Orang puasa itu mendapat cap ‘Taat‘ atau ‘Taqwa‘. Karena diawali oleh kebaikan kita. Jadi, tidak bagi semua orang. Bahkan Rassululah/Nabi Muhammad SAW berkata berapa banyak orang berpuasa, begitu dibuka amalamnya malah ‘Nol Besar‘.
“Puasa cuma geser makan minum, doang! Tapi nggak sholat dan nggak ngaji. Hatinya nggak puasa. Begitu pula mulut, kaki dan tangannya,” urainya, panjang lebar.
Ustadz H Rahmat Hidayat pun menyinggung soal Surah Al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi : Yaa ayyuhal laziina aamanuu kutiba ‘alaikumus Siyaamu kamaa kutiba ‘alal laziina min qablikum la’allakum tattaquun. Dan, artinya : (Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa).
Penjabarannya? “Pasang kuping dan dengerin baik-baik. Jangan sambil lalu. Tapi ketika denger, hayatin. Berhenti sebentar, kemudian hayatin dan amalkan. Di situ akan datang sebuah perintah. Allah SWT hanya memanggil orang beriman, karena ada sebuah kebaikan. Bukan cuma berpuasa, tapi juga harus sholat dan mengaji, agar menjadi orang yang beriman dan mukmin,” pungkas Ustadz H Rahmat Hidayat M.Pd.I. □ RED/AGUS SANTOSA