25.2 C
Jakarta
22 November 2024 - 07:44
PosBeritaKota.com
Syiar

Perlunya Muhasabah di Akhir Bulan Ramadhan, INSTROPEKSI DIRI Demi Menilai Kuantitas & Kualitas Ibadah Kita

OLEH : USTADZ SAEFUL AZIZ

TIDAK terasa bahwa sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan telah tiba. Hari-hari terakhir Ramadhan ini akan menjadi saksi mengenai apa yang kita lakukan. Juga, apakah kita mampu mengisinya dengan berbagai kebaikan? Ataukah, kita termasuk mereka yang lalai, lengah dan teledor. Inilah saatnya kita berburu pahala.

Inilah saatnya berburu ridha Allah SWT. Betapa kita yang ingin menyambut kedatangannya, tapi jatah hidupnya telah habis. Betapa banyak orang yang berharap untuk bertemu dengannya dan memperoleh barakahnya, tapi ajal memutus harapannya.
Oleh karenanya, kita patut bersyukur, karena Allah SWT masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan hari-hari terakhir Ramadhan kali ini. Semoga kita diberi kekuatan untuk memanfaatkannya sebaik mungkin dan mengisinya dengan berbagai ketaatan.

Justru di akhir Ramadhan adalah kesempatan dan sangat diperlukan untuk menilai kuantitas dan kualitas ibadah kita. Lalu, sebagai seorang Muslim yang memiliki kitab suci Al-Qur’an – pertanyaannya adalah berapa juz dalam sehari yang bisa kita baca secara rutin? Berapa kali kita khatam membacanya dalam sebulan ini? Berapa ayat yang kita kaji dan pelajari tafsirnya dalam sehari?

Selanjutnya lagi tentang zakat dan infak, pernahkah kita memikirkan dan menghitung – berapa nominal zakat mal (harta) yang harus kita keluarkan dari hasil bisnis dan usaha kita?

Berapa jumlah zakat fitrah yang harus kita bayarkan untuk diri kita dan anggota keluarga kita? Berapa nominal harta yang telah kita infakan untuk umat Islam di Gaza, Palestina dan negeri Muslim lainnya yang terluka? Berapa yang telah kita berikan kepada fakir miskin, anak yatim dan di sekitar kita yang membutuhkan?

Kemudian tentang hak-hak ukhuwah dan kekerabatan, pertanyaannya sudah berapa kali kita sempatkan untuk bersilaturahmi kepada tetangga dan kaum kerabat selama sebulan ini? Berapa banyak persentase waktu, perhatian, dan bantuan yang kita berikan kepada mereka? Berapa kali kita menengok orang sakit dan mengantarkan pemakaman jenazah umat Islam selama sebulan ini?

Selain itu yang mungkin tidak kalah pentingnya untuk direnungkan kembali berapa kali kita menggunjing, mengadu domba, berbohong, memfitnah, bersumpah palsu atau berkata-kata kotor selama bulan yang mulia ini? Berapa kali mata, telinga, perut, tangan dan kaki kita melakukan hal yang haram di siang dan malam Ramadhan tahun ini?

Berapa banyak kita menghambur-hamburkan harta kita untuk menu buka puasa dan sahur yang berlebih-lebihan? Berapa kali kita tidak melakukan shaum tanpa ada udzur yang syar’i? Renungan itu baru meliputi muhasabah yang berkaitan dengan kuantitas amal perbuatan.

Masih ada muhasabah lainnya yang juga penting. Bahhkan lebih penting, yaitu muhasabah yang berkaitan dengan kualitas amal perbuatan. Seperti apa kualitas shalat kita?

Sudah mampukah kita menghadirkan kekhusyuan dalam shalat-shalat kita? Sudah masukkah di hati kita rasa takut kepada Allah SWT? Sementara saat panggilan adzan kita masih santai tapi saat ada panggilan handphone dari pimpinan dari relasi kita buru-buru menyambutnya, buru-buru melakukan apa yang diperintahkannya.

Renungan sebuah Hadits :

عن سهل بن سعد قال جاء جبريل إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: يَا مُحَمَّدُ عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مَفَارِقُهُ وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ…

Dari Sahl bin Sa’ad ra, berkata: Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW, lalu berkata: “Wahai Muhammad! Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati, cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya.” (HR. ath-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Ausath no 4278, Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyaa, al-Hakim dalam al-Mustadrak 7921)

Hadits di atas mengandung lima nasihat agung, yaitu:

Nasehat Pertama :
عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ

(hiduplah sesukamu tapi sesungguhnya engkau akan mati)

Sebagian ulama berkata bahwasannya kalimat ini merupakan ancaman, penakut-nakutan, serta peringatan bahwasannya kita semua akan mati, hal ini sudah ditegaskan oleh Allah SWT di dalam firman-NYA yang berbunyi:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَتُ المَوْت….
Setiap yang bernyawa pasti akan mati(QS. Al-Ankabut: 57)”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاتزول قدما عبد يوم القيامة حتى يسأل عن عمره فيما أفناه ، وعن علمه فيما فعل ، وعن ماله من أين اكتسبه وفيما أنفقه ، وعن جسمه فيما أبلاه

Artinya: “Tidak akan bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan serta tentang badannya untuk apa ia gunakan.” (Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dari Abu Barzah al-Aslam dalam Sunan at-Tirmidzi no. 2418, kitab Shifat al-Qiyamah. Beliau berkata, ‘Hadits hasan shahih’)

Di akhirat kelak manusia akan ditanyai tentang empat perkara:

1. Tentang umurnya, untuk apa dia habiskan?
2. Tentang hartanya, dari mana dia dapatkan serta di mana dia belanjakan?
3. Tentang ilmunya, untuk apa dia amalkan?
4. Tentang tubuhnya untuk apa dia gunakan?

Nasehat Kedua :
وَأَحْبِبْ مَنْ أَحْبَبْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ
(Dan cintailah orang yang engkau cintai. Karena engkau akan berpisah dengannya)

Karena, salah satu ciri orang yang beriman adalah dia sangat mencintai Allah SWT melebihi kecintaan dia kepada istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya, dan yang lainnya. Allah SWT berfirman

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah SWT. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah SWT. ” (QS. Al-Baqarah: 165)

Nasehat Ketiga :
وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُجْزِيٌّ بِهِ
(Dan bekerjalah sesukamu tapi sesungguhnya engkau akan dibalas dengannya). Perhatikan Firman-NYA

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ ﴿ ٧﴾
وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ ﴿ ٨

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya Dia akan melihat (balasan)-nya pula.” (Qs. Al Zalzalah 99: 7-8). □ (***/goes)

(PENULIS adalah salah seorang ustadz dan tinggal di wilayah Kebalen, Babelan, Bekasi)

Related posts

Khotbah di Masjid Jami Al-Ikhlas RW 025 VGH Bekasi, USTADZ FITRIAN NABIL Sebut Sholat Ied Merupakan Manifestasi Ketaqwaan Kita

Redaksi Posberitakota

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, BICARA ‘TEOLOGI MANDI JUNUB’

Redaksi Posberitakota

Dihadiri Syekh Mahmud Oemar, MASJID JAMI ZAMZAM RW 022 VGH BEKASI Spontanitas Gelar Donasi untuk Bangsa Palestina

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang