30.8 C
Jakarta
22 November 2024 - 12:04
PosBeritaKota.com
Syiar

Di Program Hikmah Masjid Istiqlal, DR BUDI UTOMO MA Beri Ulasan Soal Bulan Monumental Sang Rasul Pilihan

JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Dalam ceramahnya untuk mengisi program ‘Hikmah‘ yang rutin diadakan di Masijd Istiqlal Jakarta, Dr Budi Utomo MA, menyampaikan ulasan panjang lebar soal ‘Bulan Monumental Sang Rasul Pilihan’. Betapa memberikan pencerahan yang sangat luas, terutama bagi jamaah untuk menimba ilmu dengan hadir di majelis bersama penceramah-penceramah hebat dan besar.

Dalam pembukaan ceramahnya di program ‘Hikmah‘, disebutkan bahwa di penghujung bulan Shafar, sebagian umat Islam sudah sangat antusias menyambut bulan Rabi’ul Awwal yang juga dikenal sebagai bulan kelahiran Nabi Mulia nan Agung. Dan, pada berbagai majelis sambung-menyambung digelar untuk mensyiarkan biografi dan keluhuran pekerti manusia pilihan kekasih Allah yang paling dirindukan umat beriman.

Fenomena hebat settingan Yang Maha Kuasa, kelahiran, kedatangan di Madinah dan kepulangan Nabi Muhammad SAW. Ketika sebagian orang mempermasahkan adanya peringatan – peringatan di luar dua hari raya, yaitu Idhul Fitri dan Idhul Adha/Qurban, seolah datangnya bulan Rabi’ul Awwal mengingatkan kita untuk pandai mengambil peringatan dari sejarah. Betapa tidak? Perhatikan apa yang Allah SWT takdirkan dengan Bulan Rabi’ul Awwal. Tiga peristiwa besar terkait Rasulullah Muhammad SAW terjadi di bulan ini,” katanya.

Bahkan, ditambahkan Dr Budi Utomo MA, peristiwa terbesar yang menjadi awal revolusi peradaban dan kemanusiaan adalah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Filosofi nama bulan dan fenomena kelahiran Nabi ini memiliki sisi estetika yang sangat indah. Rabi‘ secara bahasa mengandung makna masa atau musim ketika daun-daun hijau pepohonan mulai bersemi bersama dengan merekahnya bunga -bunga yang wangi semerbak, saat ketika banyak hujan menyirami Padang Pasir. Dengan demikian, lahirnya Nabi Muhammad SAW adalah sebuah pertanda bahwa akan ada sosok penyejuk, penyubur, penebar harum wangi dan pelepas dahaga ditengah gersangnya peradaban masyarakat Jahiliyyah di alam semesta pada kurun waktu itu.

Digambarkan bahwa pada bulan ini juga menjadi kelahiran peradaban luhur, tamaddun atau civilisation di Madinah Al-Munawwarah (Kota berperadaban tinggi yang terang benderang). Karena di bulan inilah Nabi Muhammad SAW beserta rombongan tiba di Madinah, setelah di bulan sebelumnya berhijrah dari Kota Makkah. Masjid Quba dan Masjid Nabawi sebagai pusat kebudayaan umat Islam berdiri serta pada akhir perjalanannya.

Lebih jauh diulas Dr Budi Utomo MA bahwa di dalam Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyurrahman Mubarakfuri disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW mulai berhijrah meninggalkan Gua Tsur malam Senin tanggal 1 Rabiul Awal tahun I Hijriyah (16 September 622 M). Nabi sampai di Quba hari Senin tanggal 8 Rabiul Awal tahun 1 H (23 September 622 M), lalu berdiam di sana selama empat hari, yaitu hari Senin, Selasa, Rabu dan Kamis.

Selanjutnya memasuki Madinah pada hari Jumat tanggal 12 Rabiul Awal tahun 1H. Versi lain menyebutkan bahwa secara diam-diam Nabi Muhammad SAW bersama Abu Bakar pergi meninggalkan Kota Makkah pada Kamis, 26 Safar 1 H (9 September 622). Selama tiga hari, Rasulullah SAW dan Abu Bakar bersembunyi di Gua Tsur. Perjalanan sulit ratusan kilometer hijrah Nabi Muhammad SAW, disebut 16 sampai 26 hari. Sedangkan Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan bahwa Rasulullah SAW tiba di Madinah tepat pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal.


Dalam Rahîqul-Makhtûm disebutkan bahwa pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal tahun ke-14 kenabian (tahun pertama Hijriyah, bertepatan 23 September 622 M) kaum Anshar keluar menunggu kedatangan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika panas sudah terik, mereka pun kembali ke rumah masing-masing. Saat itu, ada seorang Yahudi sedang naik di salah satu bangunan yang tinggi di Madinah untuk suatu keperluannya. Seketika ia melihat Rasulullah SAW dan sahabatnya, maka dia pun berseru: “Wahai orang-orang Arab, inilah kakek kalian yang kalian tunggu“.


Peristiwa ketiga di bulan Rabi’ul Awwal adalah meninggalnya Rasulullah pada usia 63 tahun dan pembaiatan Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Dalam As-Sirah an-Nabawiyah, Ibnu Katsir menerangkan bahwa Nabi Muhammad SAW wafat pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 H. Ibnu Katsir juga menyebutkan, “Inilah tanggal yang dipastikan oleh Al-Waqidi dan Muhammad bin Saad“. Hari itu juga umat Islam telah membaiat Abu Bakar Shiddiq sebagai khalifah di Saqifah Bani Saidah.


Bagaimanapun Rabi’ul Awwal terlebih khusus tanggal dua belasnya, telah mengendap dalam memori peradaban umat Islam sebagai sebuah titik untuk mengingat kembali setidaknya tiga peristiwa besar yang melingkupi sejarah budaya luhur umat Islam.

Dikatakan Dr Budi Utomo MA dengan mengambil satu moment dalam sejarah sebagai pelajaran disebut dalam bahasa Indonesia dengan peringatan. Dalam kamus bahasa kata tersebut sebagai peringatan seringkali diartikan sebagai: memori, ingatan, kenangan dan bisa juga diartikan sebagai peringatan.

Sebuah ayat dalam Al-Qur’an menyebutkan:

وذكر فإن الذكرى تنفع المؤمنين
Artinya: “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin” (QS. Adz-Dzariyat/51: 55).

Menurut pemaparan Dr Budi Utomo MA bahwa ayat ini adalah perintah Allah SWT kepada Rasul-Nya untuk terus menyeru umat kepada Allah SWT, sekalipun mereka mengejek, mencela dan menghinakan. Permintaan mereka agar Nabi Muhammad SAW berhenti berdakwah dijawab Allah SWT dengan perintah agar tetap memberi peringatan. Karena peringatan itu akan diterima dan sangat bermanfaat bagi orang- orang yang hatinya beriman.

“Mari terus bertauladan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Terus memberi peringatan, mengajak manusia kepada jalan keselamatan, menyampaikan pesan dakwah dengan bijak dan terus bershalawat kepada Beliau. Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in,” tutup Dr Budi Utomo MA dalam ceramahnya. © RED/AGUS SANTOSA

Related posts

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal, IKHLAS YANG MEMBUAT IBLIS ANGKAT TANGAN (2)

Redaksi Posberitakota

Khutbah Jum’at di Masjid Istiqlal, KHOTIB KH ABU HURAIRAH ABD SALAM LC MA : “Berbeda Itu Bukan Berarti Bermusuhan”

Redaksi Posberitakota

Kajian Jumat Pilihan Masjid Istiqlal Jakarta, IBADAH QURBAN & Biaya Operasional (Fiqh Kotemporer)

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang