JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Musisi yang sudah malang melintang di ajang festival muik dalam dan luar negeri, Dwiki Darmawan, dicecar pertanyaan seorang blogger yang merasa resah dengan situasi yang ada, terkait krisisnya lagu anak.
“Apa sebegitu krisisnya, kita di Indonesia akan lagu anak? Ke mana musisi kita? Boro-boro menciptakan lagu anak. Lagu anak yang ada dan sudah melagenda saja, mereka rusak,” tanya seorang blogger itu kepada Dwiki Darmawan, dalam acara diskusi belum lama ini di gedung Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jakarta.
Dwiki Darmawan pun nampak terlihat tersenyum kecut. Kemudian, suami dari artis Ita Purnamasari tersebut, menarik napas panjang. Sebelum akhirnya menjawab pertanyaan seorang blogger yang melontarkan pertanyaan kritis tersebut.
Sang blogger yang mengaku sebagai orangtua, merasa resah. Ada murid TK PAUD bernyanyi sambil bermain di kelas saat jam istirahat. Karena itu, guru pun dibuat kaget. Sebab, ia merasa tidak mengajarkan lagu dewasa dan ‘jorok’ itu.
“Cintaku klepek-klepek sama dia, cintaku klepek-klepek sama dia”. Atau, lagu yang berlirik kata ‘sayang’, ‘pacar gelap’, ‘istri simpanan’, ‘jandamu’ atau yang lebih serem lagi. Ada lagi lirik lagu bercerita tentang “pacar menghamiliku’.
Seperti apa yang dipertanyakan seorang blogger kepada Dwiki Darmawan. Boro-boro musisi menciptakan lagu anak yang sesuai dengan perkembangan usianya. Banyak lgu anak yang ada dan sudah melagenda saja, mereka rusak.
Contohnya lagu ‘Potong Bebek Angsa’. Sering diputar di radio swasta, dinyanyikan penyanyi yang lagi naik daun, Cita Citata, seperti ini: “Potong bebek jomblo/ Jomblo setiap hari/Nyesek sampai ke hati/Serong (selingkuh) ke kiri/ Serong ke kanan/ Lalalalalalalalalaaaa…”.
Nah, itu hanya contoh kecil. Pada kenyataannya, masih banyak lagi lagu dewasa lain yang awalnya lagu anak atau sebaliknya. Lagu dewasa dinyanyikan anak-anak. Selain liriknya tidak mendidik, juga jarang kita temui lagi lagu anak yang bernuansa religi. Paling tidak, lagu anak muslim yang Islami.
Sementara itu Dwiki Darmawan bertekad, kalau dirinya berencana mengaransir ulang lagu anak Muslim “A ba ta tza”. Lagu tersebut, tambah dia, pernah dipopulerkan Bunda Neno Warisman. Dwiki yang aransir musiknya hingga jadi enak didengar. Lagu tersebut sempat hits di kalangan anak-anak muslim.
“Rencana, saya perlu diaransir ulang lagu A Ba Ta Tsa sehingga bisa menjadi alternatif lagu anak muslim. Saya siap mengaransirnya lagi,” janji Dwiki.
Tujuannya? Tentu, kata dia, agar bisa memperkaya khazanah dunia lagu anak muslim. Mengingat saat ini kondisinya sudah dalam keadaan krisis dan kritis, terutama soal keberadaan atau munculnya lagu anak yang memang benar-benar dibutuhkan.
Tak cuma itu saja. Dwiki juga merasa prihatin melihat perkembangan musik dalam negeri. Menurutnya, sampai saat ini, masih jarang ada orang Indonesia yang tampil di festival musik dunia dengan membawakan musik Islam sambil berdakwah. “Misal, kalau ada MTQ tingkat internasional yang pernah diikuti Indonesia, baik juga kalau ada festival musik Islam tingkat internasional. Di mana musisi dari Indonesia juga mengambil bagian,” kata Dwiki.
Sebagai harapannya dengan diendorse oleh MUI, kehebatan musik Indonesia bisa eksis di dalam dan bahkan di luar negeri. Tampil tidak selalu di Jakarta, tapi juga misalnya di Raja Ampat, Papua atau di Bengkulu serta daerah lainnya.
Hal tersebut bisa dimaklumi, menurut Dwiki Darmawan, karena musisi daerah belum tahu bagaimana cara memproduksi musik yang sudah bagus ini menjadi baik. Mulai dari sisi penampilan, teknis, performa dan lain sebagainya. ■ RED/NUR ALIM/GOES