Ini Ada 6 Alasan, KENAPA ANIES BASWEDAN ‘Idola Baru’ bagi Kaum Milenial?

OLEH : R. KHOLIS MAJDI

ANAK muda butuh sosok idola. Mulai dari artis hingga pemain sepakbola. Dan, bagi kaum Milenial, ini bisa jadi motivasi.

Ketika seseorang punya idola, boleh jadi ia ingin hidup dan sukses seperti sosok yang diidolakan tersebut. Tentu, ini dibutuhkan sebagai daya ungkit dan pembangkit semangat.

Di era digital, para politisi memiliki panggung media yang semakin luas. Nggak kalah populer dengan para artis. Anak-anak muda mulai melirik. Sebagian politisi mulai digandrungi dan jadi idolanya.

Kalau dulu ada Budi Utomo, Bung Karno, Bung Hatta dan Tan Malaka yang pernah menghipnotis pikiran anak-anak muda, kini ada Anies Baswedan. Mantan Rektor Univeraitas Paramadina, mantan Mendikbud dan penggagas Indonesia Mengajar yang sekarang jadi Gubernur Ibu Kota.

Anies menjadi salah satu tokoh dan Kepala Daerah terpopuler hari ini. Ia adalah Gubernur DKI Jakarta. Malah banyak yang menyebutnya, ia adalah Gubernur Indonesia. Nama dan sosoknya hari-hari menghiasi media. Publik, termasuk kelompok Milenial, melihat, mambaca dan menilai. Lalu, tertarik dan terpengaruh oleh pikirannya, kemudian mengidolakannya.

Ada pergeseran positif. Dari cara kaum Milenial yang hanya mengidolakan fisik dan penampilan, bergeser ke idola berbasis gagasan dan kecerdasan. Ini tugas orang tua, agamawan dan akademisi untuk terus menyuburkannya. Dengan pergeseran ini, kita berharap Indonesia akan diisi oleh anak-anak muda yang punya masa depan cemerlang.

Hasil Survei Indikator, Anies menempati posisi elektabilitas tertinggi di mata kalangan Milenial. Kalau hari ini ada Pilpres, Anies menempati urutan pertama yang banyak dipilih oleh para pemilih dari kalangan Milenial.

Kenapa, kemudian Anies digandrungi kelompok Milenial? Dan, apa saja alasannya?

Pertama, karena Anies masih muda, dengan berpenampilan muda. Anak muda lebih sreg dan cocok jika dipimpin tokoh muda dan berpenampilan muda. Usianya sekitar 50 tahun. Berpakaian rapi dan selalu tampil bersahaja.

Kedua, karena kepintaran Anies merangkul, bukan memukul. Cara komunikasi Anies menyejukkan. Nggak baperan. Nggak mudah tersinggung. Segala bentuk kritik dan bahkan caci maki, dihadapi dengan senyum. Kaum Milenial nggak suka pemimpin yang pemarah, senang gebrak meja dan semua aksi yang bikin suasana nggak nyaman.

Ketiga, sosok Anies satu kata dan perbuatan. Punya komitmen. Kalau bicara ada data, kalau janji ditepati. Anak-anak muda nggak demen sama pemimpin yang mencla-mencle, suka bohong dan ingkar janji.

Keempat, banyak program Anies yang langsung menyentuh kebutuhan anak-anak muda. Mulai perluasan trotoar, jalur sepeda, taman terbuka, food court untuk semua strata, kenyamanan transportasi, hingga Stadion Bestandar internasional (JIS). Program-program ramah lingkungan macam ini secara natural digandrungi anak-anak muda.

Kelima, tak bisa dipungkiri kalau Anies bikin udara Jakarta jadi semakin segar. Polusi udara mulai berkurang. Dan, Jakarta menjadi kota urutan ke-20 terbersih udaranya di dunia. Aspek lingkungan ini menjanjikan masa depan yang sehat bagi anak-anak muda.

Fakta, bahwa langit Jakarta semakin biru. Udara yang makin bersih dan terang membuka perbukitan dan pegunungan di wilayah Bogor dan sekitarnya mulai jadi panorama yang indah di mata warga Jakarta. Dari daerah atau wilayah Pasar Senen, Jakarta Pusat, Anda bisa melihat indahnya Gunung Pangrango. Bahkan dari Cililitan, Gunung Salak tampak semakin terang dan dari Jalan Antasari pun, Gunung Gede kelihatan begitu dekat. Jakarta tak lagi pekat dengan asap, tapi mulai dikelilingi pemandangan hijau pegunungan.

Keenam, ternyata Anies merupakan pemimpin yang menjaga dedikasi dan integritas. Meski banyak fitnah dan tuduhan macam-macam, segala upaya menjatuhkan nama baik Anies justru menaikkan gelombang empati dan simpati publik. Terutama kaum milenial.

Di tengah para pejabat yang mayoritas korup dan rakus, cucu pahlawan Abdurrahman Baswedan ini hadir dengan mengikuti jejak integritas dan kepahlawanan kakeknya. Inilah jiwa dan spirit anak muda yang sesungguhnya: tidak terkontaminasi! Sebuah trend anak muda masa kini. Punya kemandirian dan kedaulatan diri. (***)

(PENULIS adalah Pemerhati Kebijakan Publik dan Tinggal di Jakarta)

Related posts

Di Era Digital, 4 PILAR TRANSFORMASI POLRI dalam Membangun Kepercayaan Publik

Fenomena Urban, WARUNG MADURA & Pembangunan Entrepreneurship di Indonesia

Dialami Prabowo di Pilpres 2019, ANIES RASYID BASWEDAN ‘Presiden’ yang Tertunda