DENGAN ‘KHURUJ FI SABILILLAH’, EKOM ABBAS SELAMA 4 BULAN KELILING DATANGI 31 MASJID DI WILAYAH MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI

BEKASI (POSBERITAKOTA) – Khuruj fi Sabilillah (Keluar tapi di Jalan Allah SWT), begitulah arti harafiahnya. Lebih kepada dengan niatan memperbaiki diri. Juga sebagai bentuk melaksanakan muamalah muasaroh akhlak, karena berhubungan dengan sesama manusia (Muslim) diluar, tapi tetap dalam konteks menjalani ibadah secara sosial.

“Dengan Khuruj fi Sabilillah yang dicari adalah islah diri. Tentu saja untuk niatan memperbaiki diri. Juga dalam konteks muamalah muasaroh akhlak,” cerita Ekom Abbas kepada POSBERITAKOTA, Rabu (5/1/2022) malam, sepulang dari perjalanannya selama 4 bulan melakoni ‘Khuruj fi Sabilillah’.

Menurutnya, sejak 6 September 2021 hingga 5 Januari 2002 kemarin, harus keliling mendatangi tidak kurang dari 31 masjid yang ada di wilayah Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Inti tujuannya untuk menghidupkan masjid-masjid yang ada di Tanah Air (Indonesia). Sama seperti di Masjid Nabawi, Mekkah, karena selalu ramai didatangi siapapun yang berkeinginan melakukan ‘Khuruj fi Sabilillah’.

Pria yang juga dikenal sebagai jamaah Masjid Jami Al-Ikhlas dan warga RW 025 Perumahan Villa Gading Harapan (VGH) Kelurahan Kebalen, Babelan, Bekasi – mengaku sudah sejak tahun 2015 silam menjalaji ‘Khuruj fi Sabilillah’. Sebenarnya, kata dia, sudah memplanning (rencana) ke Lombok (NTB). Namun karena ada kendala, akhirnya tertunda dan memilih melaksanakan di wilayah Muara Gembong, Kabupaten Bekasi.

“Dari setiap mendatangi satu masjid, waktunya berkisar antara 3 sampai 5 hari. Sedangkan yang kita lakukan, karena ingin mengajak orang taat kepada Allah SWT. Jadi, kita bukan ngajarin, tapi cuma sekadar mengingatkan,” urai Ekom, panjang lebar.

Tak ada beban yang berat saat menjalani ‘Khuruj fi Sabilillah’. Ibaratnya, Ekom tengah menjalani syiar dakwah, tapi harus keluar dengan keliling mendatangi masjid-masjid. Meski, menurut dia, pada faktanya kondisi-kondisi masjid masih belum terlihat semarak didatangi jamaah. Datang pada saat menjalani sholat fardhu 5 waktu saja.

“Namun kalau ada majelis talim, juga masih belum maksimal atau tak banyak didatangi para jamaah. Banyak hal yang kita sampaikan lewat hasil rapat atau musyawarah rutin setiap harinya,” jelas dia lagi.

Ekom Abbas pun tak menampik terkadang harus mendapat reaksi atau sambutan kurang mengenakan dari pengurus masjid yang didatangi. Kenapa? “Ya, ada semacam miss persepsi. Padahal, saya dan kawan-kawan hadir, bukan untuk mengurangi apa yang sudah ada di masjid tersebut. Sifatnya cuma ingin menambahkan. Sebagai contoh adalah dengan menghidupkan sunah-sunah Rasulullah,” ungkapnya

Lantas, apa saja kegiatan atau program setiap harinya? Ia bertutur bahwa setiap usai sholat Shubuh, dilanjutkan membaca surah Yassin. Setelahnya, mengadakan musyawarah. “Jadi, ada makna dibalik itu. Jika mau datang azab dari Allah SWT, bakal tertunda. Sebaliknya, apabila mau diturunkan rahmat, justru bakal dipercepat,” ungkapnya

Dalam musyawarah di masjid pun, jugsla ada adab-adabnya. Ada musyawah agama dan juga musyawarah dunia. Selain itu, ditambah doa hidayah. “Jadi, kalau kita bicara agama di masjid, perlu tahu apa keuntungannya? Misal dalam ibadah dan musyawarah. Dari situ, diri kita pun akan termotivasi, niscaya bisa semakin istiqomah dalam beribadah. Termasuk bisa semakin meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT,” kata Ekom Abbas, menutup obrolannya. ■ RED/AGUS SANTOSA

Related posts

KKN di Rumah Ibadah, UNIVERSITAS IBNU CHALDUN JAKARTA Bikin Seminar Tema ‘Manajemen Keuangan Masjid’

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ‘RELASI TUHAN & HAMBA’

Program ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal Jakarta, SELAMAT BERTUGAS Para Pemimpin Negeri