DALAM PEKAN KE-31, PROGRAM BERBAGI JUMAT BERKAH ‘SEJADAH BABE’ TEMUI BANYAK PEMULUNG TUA & PMKS

BEKASI (POSBERITAKOTA) □ Keberadaan pemulung alias pencari barang bekas dan juga penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) di wilayah Kabupaten Bekasi, jelas menjadi potret tersendiri yang sangat membutuhkan perhatian khusus. Tidak saja dari Pemerintah setempat, tapi juga dari kita, semua elemen masyarakat. Persoalannya adalah terusikah kita melihat realitas kehidupan semacam itu?

Tidak mungkin mereka mau menjalani pekerjaan tersebut, jika bukan karena kondisi kehidupan. Sementara mereka juga harus atau butuh makan dalam kesehariannya. Juga tak salah, jika kemudian mereka berprinsip, jadi pemulung pun jadi. Yang penting rejeki itu diyakini halal, buat apa gengsi jika perut lapar dan sebenarnya tak ada masalah dengan status sosial yang melekat.

Begitu pun bagi penyandang masalah kesejahteraan masyarakat (PMKS). Mereka sehari-harinya selalu hadir di depan mata kita, termasuk berharap rasa empati. Ada yang memiliki keterbatasan fisik, cacat mental serta faktor usia. Tapi mudah-mudahan, semakin ke depan keberadaan mereka bisa tertanggulangi.

Namun SEJADAH BABE lewat programnya, minimal hadir untuk mereka. Tentunya untuk terus secara berkesinambungan, bisa menjalani program Berbagi Jumat Berkah, meski dalam bentuk nasi boks dan air mineral. Meski dengan kuantitas (jumlah) yang masih sangat minimal. Tapi pekan demi pekan Jumat bisa terus berjalan.

Puluhan sosok pemulung tua atau yang usianya sudah tak muda lagi banyak ditemui di lapangan. Begitu pula para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Berikut ini yang berhasil ditemui Tim SEJADAH BABE dan dicuplik sekilas kehidupan mereka, seperti yang dipublish POSBERITAKOTA sebagai media partner, Jumat (18/3/2022).

Adalah pasangan Bapak Samin (70 tahun) dan Ibu Wardah (60 tahun) tuna netra. Keduanya PMKS yang mengusik Tim SEJADAH BABE saat melihat keduanya tengah asyik duduk di trotoar jalan di kawasan Marakas, Pondok Ungu Permai (PUP), Bekasi. Keduanya juga tak menolak ketika disodori nasi boks dan air mineral dari program SEJADAH BABE.

Pemandangan Ibu Marini (39 tahun) dan putranya yang bernama Umar (15 tahun), bikin mata Bapak Ekom Abbas dari Tim SEJADAH BABE terbelalak. Bocah penderita disabilitas itu tengah diberi minum oleh Sang Ibu. Sodoran 2 nasi boks itu diterimanya dan Umar pun langsung disuapi.

Lain halnya dengan Ibu Amah (60 tahun), pencari sumbangan di wilayah Babelan, Bekasi. Ia bisa seharian keliling dan harus berjalan kiloan meter. “Tapi, ibu lebih banyak istirahatnya. Gampang capek!” Begitu ucapnya, terus terang.

Bapak Ahmad (55 tahun), kembali ditemui di wilayah Perumahan VGH Gerbang Barat. Ia merupakan PMKS yang bahkan tidak jelas kehidupannya bagai orang linglung. Seperti hidup sudah sebatang kara dan tak punya tempat tinggal lagi. Sejumlah tas lusuh berisi pakaian selalu dibawa ke manapun pergi.

Rizky (15 tahun), mengaku pelajar masih kelas 5 SD. Sepulang sekolah dan bertepatan sedang berjalan kaki di sekitar Pintu Gerbang Timur Perumahan VGH, Kebalen, Bekasi – langsung ditemui untuk diberikan nasi boks. “Terima kasih ya, Oom. Iya ini mau langsung dimakan,” ucapnya, pendek.

Ditengah beres-beres barang bekas hasil memulung, Bapak Mumuh (56 tahun) yanng ditemui di Perumahan VGH Gerbang Barat, Kebalen, Babelan, Bekasi – mengaku terima kasih disasar Tim SEJADAH BABE. Nasi boks pun langsung disantap, karena memang mungkin bertepatan suasana perutnya yang keroncongan alias belum sarapan sejak pagi.

Sedangkan Bapak Dedy (48 tahun) dan Bapak Mulyadi (38 tahun), keduanya pemulung yang tengah istirahat sejenak ditemui Tim SEJADAH BABE. Mereka sehari-hari bekerja bareng demi meraih penghasilan antara Rp 150 sampai Rp 200 ribu. Selanjutnya harus dibagi dua.

Di usianya yang sudah tak muda lagi, Bapak Arman (72 tahun), mengaku sudah tahunan hidup dari bekerja sebagai pemulung. Biasa keliling di sekitar wilayah Pondok Ungu Permai (PUP), Bekasi. Menurutnya jika hanya mengandalkan bantuan dari anak-anak, jelas tidak mungkin. Sebab, katanya, kehidupan mereka saja masih pada kesulitan dalam sehari-harinya.

Sosok Bapak Yusman (70 tahun), pemulung yang tengah diam termangu sambil istirahat di depan ruko yang masih tutup di Pintu Gerbang Pondok Ungu Permai (PUP), Bekasi. Juga ada sekitar 10 tahunan bekerja sebagai pemulung dengan penghasilan seadanya. “Yang penting, tiap hari ada buat makan bersama istri,” ucapnya, lirih.

Demikian potret pemulung dan PMKS yang disasar Tim SEJADAH BABE dalam program Berbagi Jumat Berkah di pekan ke-31, Jumat (18/3/2022). Termasuk sejumlah warga Babelan (Bekasi) lainnya. ■ RED/AGUS SANTOSA

Related posts

Program ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal Jakarta, MERAMU IKHLAS dari Wafatnya Orang yang Terkasih

Kajian Jumat Pilihan di Masjid Istiqlal Jakarta, AKHLAK Terhadap yang Lemah & Susah

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, MAKNA ESOTERIS Kumandang Adzan