DEPOK (POSBERITAKOTA) – Kegiatan Musikalisasi Puisi ternyata telah ada di Indonesia jauh sebelum Remy Silado dan Majalah Aktuil memproklamirkan istilah tersebut di tahun 1975. Kelompok Bimbo telah melakukannya dan bahkan dengan menyanyikan puisi milik penyair Taufik Ismail.
Termasuk pencipta lagu Cornel Simanjuntak telah mengangkat puisi karya Usmar Ismail pada era Pujangga Baru, di saat Cornel baru berusia 18 tahun. Puisi tersebut berjudul ‘Citra’ yang kemudian menjadi nama piala pada Festival Film Indonesia (FFI)
Arif Joko Wicaksono, seorang wartawan seni dan budaya senior mengemukakan hal tersebut saat menjadi pembicara pada diskusi ‘Musikalisasi Puisi’ di Komunitas Koloni Seniman Ngopi Semeja Depok, Minggu (18/3) kemarin di kolong flyover Arif Rahman Hakim, Kota Depok, Jawa Barat.
Menurut dia bahwa pada perjalanannya kemudian, Musikalisasi Puisi makin berkembang karena lahirnya album-album musik yang lirik di dalam lagunya diambil dari puisi, baik puisi sendiri maupun karya penyair lain.
“Setelah Bimbo, kemudian ada Duo Kribo yang membawakan puisi Taufik Ismail ‘Panggung Sandiwara’, lalu beberapa tahun kemudian ada Ebiet G. Ade yang menyanyikan puisi-puisi karyanya sendiri, ” kata Arif, wartawan yang pernah menyusun buku ‘Simfoni Indonesia’.
Sosok Arif memang dengan piawai membeberkan perjalanan sejarah ‘Musikalisasi Puisi’ di Indonesia dengan sangat dalam dan bisa memantik diskusi panjang dengan yang hadir.
Sedangkan agenda diskusi ‘Musikalisasi Puisi’ itu sendiri merupakan bagian dari agenda rutin dwi-mingguan (minggu 1 dan 3 tiap bulan) dari Koloni Seniman Ngopi Semeja, yaitu Ngobrol Ngopi Semeja. Koloni Seniman Ngopi Semeja merupakan komunitas kebudayaan yang memilih kolong flyover Arif Rahman Hakim Depok sebagai pusat kegiatannya. Komunitas yang digagas oleh Jimmy S. Johansyah, Badri dan Udi Utama, memiliki tagline unik, yaitu “Jangan Bosen Bikin Brisik Depok!”
Namun menurut Jimmy S. Johansyah, “Kegiatan Ngobrol Ngopi Semeja di kolong flyover tersebut mempercakapkan kesenian dalam spektrum kebudayaan segala lintas dan kaitannya.” Secara sederhana para tetamu akan disuguhi kopi atau teh dengan kudapan ala kadarnya.
Diskusi yang berlangsung hingga petang tersebut semakin menarik, manakala dihadiri oleh para seniman dan jurnalis senior. Sebuah silaturahim budaya pun kian terasa di sana. ■ RED/HANNOENG M. NUR/EDITOR : GOES