34.1 C
Jakarta
9 October 2024 - 14:07
PosBeritaKota.com
Syiar

Kajian Ba’da Shubuh Ramadhan, USTADZ SAEFUL AZIZ : “Karena Nikmat & Karunia Allah SWT, Tak Pantas Jika Kita Menyombongkan Ibadah”

BEKASI (POSBERITAKOTA) – Dalam mengisi kajian ba’da Shubuh bulan Ramadhan pada hari keempat, Ahad (26/3/2023) di Masjid Jami Al-Ikhlas RW 025 Perumahan Villa Gading Harapan (VGH) Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi – Ustadz Saeful Aziz mengupas hadits dari Jabir yang diriwayatkan oleh Imam Hakim.

Dikisahkan bahwa ada seorang ahli ibadah yang hidup selama 500 tahun di sebuah bukit ditengah laut, dimana dirinya bisa hidup dari sumber air yang Allah SWT berikan di bukit yang harusnya airnya asin. Dan, makan buah Delima yang seharusnya berbuah setahun sekali, tapi atas anugerah Allah SWT, bisa berbuah setiap harinya.

Hamba tersebut ternyata membanggakan ibadahnya selama 500 tahun. Dan, ketika masuk surga, Allah SWT pun berkata : “Masuklah ke surga dengan Rahmat-KU.” Kemudian, hamba tersebut protes dan mengatakan karena amal ibadahnya, maka 7 perintahkan hamba tersebut untuk membandingkan/menimbang nikmat yang Allah SWT berikan dengan ibadah hamba tersebut. Maka, ibadahnya tidak mampu mengimbangi satu penglihatannya saja, apalagi yang lainnya.

Kemudian, Allah SWT perintahkan malaikat untuk membawa hamba tersebut ke neraka. Namun ketika hamba tersebut mau dibawa ke neraka, dia berkata lagi kepada Allah SWT. Jika dirinya masuk surga karena rahmat Allah SWT. Pada akhhirnya hamba tersebut, tak jadi masuk ke neraka, tapi masuk ke surga. “Artinya, apa? Kita bisa beribadah ini juga karena nikmat dan karunia Allah SWT. Maka tak pantas jika kita sombong dengan ibadah yang kita lakukan,” terang Ustadz Aziz.

Selanjutnya, ada hadits tentang manfaat puasa, dimana puasa menjadi Junnah / Perisai / tameng seorang mukmin,
الصيام جنة حصينة من النار
Puasa adalah perisai dari api neraka (Hadits Imam Ahmad dan Baihaqi). Maknanya dengan berpuasa semestinya puasa tersebut mampu mengendalikan kita dari hal-hal dan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Mulut akan terjaga dari ucapan buruk, ghibah, caci maki, marah dan sebagainya. Karena, puasa menahannya dan menjadi perisainya. Begitu juga dengan kata dan sebagainya untuk menahan dari melihat perkara yang diharamkan. Sebab, pada jiwa orang yang berpuasa sudah terbentuk perisai,” urainya.

Selanjutnya lagi hadits dari Ibnu Abbas r.a. Namun sebelumnya, Ustadz Aziz menjelaskan sedikit biografi Ibnu Abbas sampe menjadi ahli Hadits dan bahkan menjadi Ulama di kalangan para sahabat Nabi Muhammad SAW. Beliau lahir 3 tahun sebelum Nabi hijrah dan termasuk sepupu Nabi, saat kecil dibawa oleh ayahnya yaitu Abbas (Paman Nabi) untuk didoakan Nabi, yaitu : “Allohumma Faqqihhu Fiddin wa’allimhul hikmah wa ta’wil“.

Dengan doa Nabi tersebut, beliau menjadi seorang Ahli Ilmu agama dan di usia yg muda tersebut, ia terus belajar kepada Nabi dan 1 hadist seperti ini :
عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْماً، فَقَالَ : يَا غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اْحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفِ.[رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح وفي رواية غير الترمذي: احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ، وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً].

Terjemah hadits / ترجمة الحديث :

Dari Abu Al Abbas Abdullah bin Abbas radhiallahuanhuma, beliau berkata : “Suatu saat, saya berada dibelakang Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda : Wahai ananda, saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkara: Jagalah Allah SWT, niscaya dia akan menjagamu, Jagalah Allah SWT niscaya Dia akan selalu berada dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah SWT, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah SWT. Ketahuilah sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah SWT tetapkan bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu , niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah SWT tetapkan bagimu.

Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :

1. Perhatian Rasulullah shollallohualaihi wa sallam dalam mengarahkan umatnya serta menyiapkan generasi muda mu’min idaman.

2. Menjaga Allah SWT ialah menjaga agamanya, menjalankan syari’atnya. Siapa yang istiqomah melaksanakan perintah-perintah Allah SWT, nicsaya Allah SWT akan menjaganya di dunia dan akhirat.

3. Tidak mengarahkan permintaan apapun (yang tidak dapat dilakukan makhluk) selain kepada Allah SWT semata. Mintalah pertolongan Allah SWT dengan cara bersabar kemudian menyembah-NYA, beribadah kepada-NYA seperti firman Allah SWT dalam Al Qur’an
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْ
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.”
استعينو بالصبر والصلاة
Minta tolonglah kepada Allah SWT dengan cara bersabar dan sholat.”

HIKMAH KE-4

Disampaikan Ustadz Aziz bahwa manusia tidak akan mendapatkan kebahagiaan dan manfaat, meskipun orang sedunia memberikan apa yang dimilikinya, kecuali atas izin Allah SWT. “Sebaliknya, manusia tidak akan mengalami musibah kecuali berdasarkan ketetapan Allah ta’ala. Jadi, siapapun yang akan mencelakakan kita, meskipun sedunia maka tidak akan berhasil jika Allah SWT tidak menghendaki?” Begitulah urainya.

Sedangkan untuk Hadits berikutnya yaitu diriwayatkan oleh Abu Hurairah Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, No. 2999).

Imam Al-Munawi berkata dalam Faidhul Qadir, “Keadaan seorang mukmin semuanya itu baik. Hanya didapati hal ini pada seorang mukmin. Seperti itu tidak ditemukan pada orang kafir maupun munafik. Keajaibannya adalah ketika ia diberi kesenangan berupa sehat, keselamatan, harta dan kedudukan, maka ia bersyukur pada Allah SWT atas karunia tersebut. Ia akan dicatat termasuk orang yang bersyukur. Ketika ia ditimpa musibah, ia bersabar. Ia akan dicatat termasuk orang yang bersabar.

Dan, seseorang dikatakan telah bersyukur jika memenuhi 3 hal rukun syukur :
١. الشكر بالسان
1. Syukur dengan ucapan, memuji Allah Alhamdulillah
١. الشكر بالجنان
2. Syukur di dalam Hati juga memuji Allah SWT

٣. الشكر بالاركان
3. Syukur dengan diimplementasikan dengan perbuatan /amalan

Misalkan dari bangun tidur berdoa lisan mengucapkan Alhamdulillah, hati bersyukur memuji Allah SWT, karena masih diberikan kesempatan hidup kembali, melihat dunia dan seisinya. Kemudian, menggunakan nikmat sehat tersebut untuk menjalankan aktifitas ibadah
Sholat adalah Dzikir :
وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ
Laksanakanlah sholat untuk mengingat Aku.

Q.S. Thoha ayat 14

Baca Al-Qur’an juga dzikir :

اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ
Artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an (sbg pengingat / berdzikir) dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.

Dan, mengaji adalah bagian dari dzikir
Q.S. Al Imran 191
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah SWT sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.

“Semoga dengan kita sholat, berdzikir dan mengaji pada pagi hari ini, kita digolongkan sebagai hamba-NYA yang bersyukur dan Allah SWT akan tambahkan nikmat-nikmat lainnya,” tutup Ustadz Aziz dalam kajian yang dihadiri tidak kurang dari 50-an jamaah tetap Masjid Jami Al-Ikhlas RW 025 Perumahan Villa Gading Harapan. □ RED/AGUS SANTOSA

Related posts

Bisa Bedakan Mana Hak & Mana Batil, KATA USTADZ AANG KUNAEFI : Itu Ciri Orang Bertaqwa kepada Allah SWT

Redaksi Posberitakota

Saat Khutbah Jumat, NABIEL AL-MUSAWA Bahas 5 Akhlak Luar Biasa dari Rasulullah SAW yang Patut untuk Diteladani Kita Semua

Redaksi Posberitakota

Khutbah Jumat, KH Abdul Mu’ti Bahas Ketahanan Keluarga Merupakan Basis Kemajuan Umat & Bangsa

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang