25.2 C
Jakarta
22 November 2024 - 08:31
PosBeritaKota.com
Syiar

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, MENGAPA ALAM SEMESTA Mau Tunduk kepada Manusia?

OLEH : PROF. DR. KH. NASARUDDIN UMAR, MA

PENDAPAT ini didukung oleh Al-Qur’an,Tidakkah kamu tahu bahwasannya Allah : kepada-NYA bertasbih apa yang di langit dan di bumi (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masimg telah mengetahui (cara) sembabyang dan tasbihnya dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan” (QS. Al-Nur: 41).

Ayat ini menggunakan kata man fi-samawati wa al-ardh. Dalam kaidah bahasa Arab atau ulumul Qur’an, penggunaan huruf ma menunjuk pada sesuatu yang tidak berakal dan huruf man untuk makhluk cerdas atau berakal. Ayat di atas mengisyaratkan, makhluk berpikir dan cerdas bukan hanya di bumi, tetapi juga makhluk lain yang ada di langit.

Menurut Ibnu Arabi, keistimewaan manusia yang kemudian mengantarkannya menjadi khalifah, lalu alam semesta tunduk kepadanya, sama sekali bukan karena akalnya. Ia mengatakan, kemampuan berpikir bukan ciri khas manusia, melainkan menjadi fenomena alam semesta.

“Keliru besar orang yang beranggapan keistimewaan utama yang dimiliki manusia, karena ia sebagai makhluk berpikir. Keistimewaan yang dimiliki manusia adalah kesempurnaan manusia sebagai lokus penampakan nama-nama (asma) dan sifat-sifat Tuhan,” tegas Ibnu Arabi.

Alam mineral merupakan lokus paling sederhana dapat menerima penampakan tersebut, lalu disusul oleh tumbuh-tumbuhan, binatang dan makhluk-makhluk spiritual. Lagi pula, semua unsur alam lain ada pada diri manusia, seperti di dalam tubuh manusia ada unsur mineral (tanah dan air), tumbuh-tumbuhan dan binatang.

Dari sisi spiritual manusia juga memilikinya. Bahkan, tidak tanggung-tanggung, Allah SWT sendiri yang meniupkan ruh-NYA ke dalam diri Adam. Dengan demikian, secara lahir dan batin manusia merupakan ciptaan terbagus. Di dalam Al-Qur’an, surah Shad ayat 75, secara eksplisit Allah SWT menciptakan manusia lengkap dengan kedua tangan-NYA.

Dalam surah tersebut Allah SWT berfirman, “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah KUciptakan dengan kedua tangan-KU? Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?”

Manusia disebut sebagai lokus penampakan asma Allah SWT, karena ia dapat memantulkan secara sempurna semua asma Allah SWT. Sedangkan makhluk-makhluk lainnya hanya bisa memantulkan sebagian.

Manusia bisa memantulkan asma Allah SWT, termasuk nama-nama aktif-NYA yang terkesan saling berlawanan satu sama lain. Seperti asma Yang Maha Indah (al-Jamal) dan Yang Maha Agung (al-Jalal), Yang Maha Lembut (al-Lathif) dan Yang Maha Pemaksa (al-Qohhar) serta Yang Maha Pemberi Manfaat (al-Nafi) dan Yang Maha Pemberi Bahaya (al-Dhar).

Alam mineral, tumbuh-tumbuhan, binatang dan malaikat tidak mengenal dosa dan maksiat, karena itu sulit kita membayangkan mereka dapat memantulkan sifat-sifat Allah Yang Maha Pemaaf (al-Afwu), Yang Maha Penerima Tobat (al-Tawwab) dan Yang Maha Pengampun terhadap segala dosa (al-Gafur).

Dari sudut pandang inilah, SH Nars menyebut manusia sebagai satu-satunya makhluk teomorfis atau makhluk eksistensialis, tentu yang bisa turun naik martabatnya di mata Tuhan. Dari sudut pandang ini juga, Al-Jilli melihat manusia sebagai makhluk paripurna atau insan Kamil. (***/goes)

Related posts

Khutbah Jum’at di Masjid Istiqlal, KHOTIB KH ABU HURAIRAH ABD SALAM LC MA : “Berbeda Itu Bukan Berarti Bermusuhan”

Redaksi Posberitakota

Program ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal Jakarta, SELAMAT BERTUGAS Para Pemimpin Negeri

Redaksi Posberitakota

Agar Jakarta Berkah, GUBERNUR ANIES Ajak Majelis Taklim Tingkatkan Silaturahmi

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang