Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, MISTERI TITIK di Bawah Ba

OLEH : PROF DR KH NASARUDDIN UMAR MA

DALAM kitab tafsir Isyari, penciptaan alam raya sering dihubungkan dengan titik di bawah huruf ba dan sumpah pertama Allah dalam laut Al-Qur’an, yaitu: “Nun wa Al Qalam wama yasthurun” (Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis/ QS. Al Qalam (68): 1). Kebanyakan ulama tafsir menafsirkan nun dengan ikan yang pernah menyelamatkan Nabi Yunus yang dibuang di tengah laut.

Pendapat ini didasarkan pada ayat: “Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya/21: 87).

Kata Zan Nun sering diartikansuci sebagai pemilik Nun, ikan yang menyelamatkan Nabi Yunus. Huruf nun juga biasa ditafsirkan dengan makna semiotik, yaitu huruf nun semacam botol tinta, bisa juga dengan tinta atau dawat (midad) lalu dihubungkan dengan kalam atau pena (Al-Qalam) sebagai pena penciptaan, dan apa yang dituliskannya (wa ma yasthurun) sebagai lembaran suci.


Al-Razi dalam tafsirnya, Tafsir Al Kabir, menyebutkan sebuah riwayat bahwa huruf nun ialah huruf akhir dari Al Rahman. Kata wa ma yasthurun dalam ayat tersebut ialah Lembaran yang Terpelihara (Al-Lauh Al-Mahfudh) yang di dalamnya tercantum peristiwa apapun yang terjadi di langit dan di bumi.

Sedangkan, pena (Al-Qalam) dimaknai sebagaibenda pertama yang Allah ciptakan, sesuai dengan riwayat yang disampaikan oleh IbnAbbas. Ibn ‘Abbas berkata, “Yang paling pertama Allah ciptakan ialah pena (kalam), kemudian Ia memerintahkan tulislah apa-apa yang terjadi sampai hari kiamat, maka terjadilah apa yang terjadi hingga hari kebangkitan dari ajal sampai perbuatan. Ia berkata: “Itulah pena yang bercahaya yang panjangnya antara bumi dan langit”.


Segitiga antara tinta, pena dan lembaran menarik per- hatian Ibn Arabi yang sangat tertarik dengan angka tiga. Ibn Arabi menghubungkan implikasi yang dan yin dengan pena (Al-Qalam) dan lembaran (wa ma yasthurun).Islam Dalam konsep Taoisme (kepercayaan Tiongkok Kuno) dikenal ada dua macam Tao. Ada Tao yang tak bisa dinamai (sacred of the sacred) dan Tao yang bisa dinamai. Konsep ini mengingatkan
kita kepada konsep Al-Ahadiyyah dan Al-Wahidiyyah dalam kosmologi Islam.


Tao yang bisa dinamai mempunyai dua kualitas nama, yaitu yang dan yin. Yang melambangkan kualitas maskulin dan yin melambangkan kualitas feminin. Dalam kosmologi Islam, yang dapat dihubungkan dengan kualitas Jalaliyyah dan yin dihubungkan dengan kualitas Jamaliyyah. Dua kualitas itu menuntut adanya keseimbangan di dalam menjalani kehidupan ini. Dari sinilah hubungan erat antara kosmologi Islam dan kosmologi Cina. Pena dilambangkan sebagai lelaki yang memiliki sifat-sifat dominan maskulin.

Sedangkan lembaran dilambangkan sebagai perempuan yang memiliki sifat-sifat dominan feminin. Keduanya kawin-mawin dan produktif. Pena mengeluarkan atau menurunkan tintanya dan lembaran menampung tinta itu dalam bentuk tulisan. Sama dengan laki-laki yang mengalami orgasme, menurunkan spermanya ke rahim istri, lalu lahirlah anak-anak manusia sebagai anak-anak mikrokosmos. (***/goes)

Related posts

KKN di Rumah Ibadah, UNIVERSITAS IBNU CHALDUN JAKARTA Bikin Seminar Tema ‘Manajemen Keuangan Masjid’

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ‘RELASI TUHAN & HAMBA’

Program ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal Jakarta, SELAMAT BERTUGAS Para Pemimpin Negeri