JAKARTA [POSBERITAKOTA] – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dibawah kepemimpinan Pj Gubernur Heru Budi Hartono sepanjang tahun 2023 lalu dinilai sudah cukup baik. Bahkan, Heru Budi dikentarai mampu menyempurnakan kebijakan dari gubernur sebelumnya.
Pandangan di atas disampaikan Penasehat Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta, Pantas Nainggolan. Ia mencontohkan bahwa Heru Budi kembali mengaktifkan ‘Posko Pengaduan‘ di Balaikota DKI Jakarta setiap pagi. Langkah tersebut dinilai cukup baik, karena terkadang masyarakat lebih menginginkan membuat pengaduan secara langsung, dibanding melalui kanal online yang disediakan.
“Jadi, kehadiran Posko Pengaduan langsung, sangat perlu dan tidak mengurangi layanan pengaduan secara online. Apalagi posko yang dibuat tidak menghapus layanan online,” kata Pantas dalam keterangannya kepada media di Jakarta, Rabu (03/01/2024).
Dikatakannya lebih lanjut bahwa layanan online sangat diperlukan bagi masyarakat yang tak sempat membuat laporan di posko. Mereka, bisa mengadukan hal itu dari mana saja. Mulai dari tempat kerja, rumah dan sebagainya – selama masih terkoneksi dengan jejaring internet.
“Terkait layanan pengaduan online itu memang suatu keharusan, seiring dengan kemajuan yang ada. Tentu tidak bisa kita tolak, karena kita harus masuk ke era digital,” tegas anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta itu, lagi.
Pada bagian lain, Heru Budi juga telah merampungkan pembangunan lajur sepeda yang ada dan bahkan bisa melampaui target. Komitmen ini dibuktikan dengan pembangunan lajur sepeda di Jakarta hingga 301,084 kilometer dari tahun 2012 sampai 2022.
Sedangkan realisasi itu melampaui target yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2017-2022 Perubahan dan Instruksi Sekdaprov DKI Jakarta Nomor 88 Tahun 2021 tentang Penyelesaian Isu Prioritas Daerah.
Namun dalam RPJMD 2017-2022 Perubahan, pemerintah daerah mematok pembangunan lajur sepeda sepanjang 252,1 kilometer, sedangkan Insekdaprov 298 kilometer. Bahkan, Pantas menilai, jumlah tersebut sah-sah saja dikurangi jika keberadaan lajur sepeda di di Jakarta kurang efektif dipakai oleh warganya.
“Nah, kalau memang efektif, ditambah lajur sepedanya nggak apa-apa. Tapi, kalau tidak efektif kan jangan juga (ditambah). Termasuk pengadaan stik cone di lajur sepeda, karena bisa pemborosan juga,” urainya.
Pantas juga sepakat dengan keputusan pemerintah daerah yang memangkas dana subsidi atau public service obligation (PSO) untuk Transjakarta sebesar Rp 336 miliar dalam APBD Perubahan 2023 dengan alasan efisiensi anggaran.
Diungkapkan bahwa Dinas Perhubungan DKI Jakarta dan perseroan daerah juga telah memastikan, pemangkasan anggaran tidak akan mengurangi standar pelayanan minimum (SPM) kepada masyarakat.
“Jadi, saya pikir evaluasi itu penting, termasuk evaluasi PSO juga penting. Tetapi sekali lagi, prinsip pelayanan dari Transjakarta dan semuanya itu harus efektif, kalau PSO dirasakan masih bisa dihemat tanpa mengurangi kualitas layanan yah nggak apa-apa,” ujar dia.
Kendati demikian, lanjut Pantas, DPRD DKI Jakarta tetap memberikan ruang kepada eksekutif jika ingin mengajukan penambahan anggaran PSO lewat APBD murni di tahun berikutnya atau APBD Perubahan. Jika dirasa anggaran yang dialokasikan kurang, pemerintah daerah dapat mengusulkan hal itu saat pembahasan Rancangan APBD.
“Untuk pengurangan PSO itu kan karena untuk efisiensi, tetapi dengan janji tidak mengurangi kualitas pelayanan. Kalau ternyata nanti di dalam perjalanannya pengurangan itu berdampak atau mengurangi kualitas layanan maka di (APBD) Perubahan harus diperbaiki,” katanya.
Sementara itu Pantas beranggapan pemerintah daerah memang harus mengevaluasi keberadaan lokasi internet gratis atau JakWiFi. Lokasi internet gratis harus diperhitungkan dengan baik agar masyarakat yang memang mengandalkan fasilitas ini bisa tepat sasaran.
Layanan ini telah diluncurkan sejak 2020 lalu saat pagebluk COVID-19. Kehadiran fasilitas ini untuk menunjang pelajar melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) melalui online, dan mempermudah masyarakat bekerja dari rumah (work from home).
“Saya pikir layanan JakWiFi memang harus ditingkatkan, dengan melihat lokasi-lokasinya. Misal seperti di wilayah Menteng atau wilayah lainnya yang elit, kan nggak perlu JakWiFi,” ucapnya.
Pantas juga mendukung upaya Pemerintah DKI Jakarta yang tetap menyediakan bantuan sosial berupa Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus bagi masyarakat kurang mampu. Bantuan ini, lanjut dia, sangat meringankan biaya orangtua dari keluarga tidak mampu untuk menunjang pendidikan anak-anaknya.
“KJP Plus itu kan bentuk dukungan atau tindakan afirmatif kepada orang yang kurang mampu untuk bisa mendapatkan akses pendidikan yang baik,” imbuhnya.
Terakhir, Pantas memaparkan bahwa saat ini eksekutif dan legislatif tengah membahas payung hukum untuk kebijakan jalan berbayar elektronik atau electronic road pricing (ERP). Dinilainya pemerintah harus membuatkan alas hukum sebelum mengeluarkan kebijakan yang berdampak bagi masyarakat.
“Kan itu belum berjalan (ERP), sedang dikaji dan Raperda ERP masih dibahas juga. Jadi payung hukum harus digodok dulu, baru mengeluarkan kebijakan,” ucap pria yang juga menjadi Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD DKI Jakarta ini. © [RED/AGUS SANTOSA]