PosBeritaKota.com
Syiar

Khutbah Jum’at di Masjid Istiqlal, KH KAMARUDIN AMIN Bahas Membangun Kesalehan Ummat Melalui Manajemen Qalbu

JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Dalam khutbah Jum’atnya di Masjid Istiqlal Jakarta, Prof Dr Phil KH Kamarudin Amin MA selaku khotib membahas tema : ‘Membangun Kesalehan Ummat Melalui Manajemen Kalbu’, Jumat 20 Sya’ban 1445 H/1 Maret 2024 M. Tidak kurang dari 30.000-an jamaah yang datang dari belahan Jakarta dan sekitarnya dan memadati masjid terbesar di Asia tersebut.

Sebagai pembuka khutbahnya, KH Kamaruddin Amir menyampaikan  bahwa Islam adalah agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk Indonesia dan oleh sekitar 2 (dua) milliar atau sekitar 30 persen penduduk dunia. Islam adalah agama dengan pemeluk terbesar kedua di dunia setelah Kristen.

Selanjutnya, disebutkan pula kalau Islam adalah agama yang pertumbuhannya paling cepat, diprediksi pada tahun 2060 Islam akan menjadi agama terbesar di dunia yang diprediksi akan mencapai sekitar 3 Milliar.

“Ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang semakin menarik, semakin simpatik, semakin dirasakan kehadirannya dan pentingnya dalam kehidupan, walaupun di berbagai belahan dunia oleh media masih sering disalah fahami, bahkan menjadi the misunderstood religion,” ucapnya.

Lantas, diuraikan KH Amaruddin Amir lebih lanjut, bagaimana dengan Islam di Indonesia? Apakah semakin simpatik, semakin menarik, dirasakan manfaat sosialnya, kontribusinya dalam kehidupan kita berbangsa dan bernegara? Sebagai pemeluk agama mayoritas di negeri ini, umat Islam adalah yang paling berkontribusi sekaligus paling bertanggungjawab terhadap realitas sosial negeri ini.

Bahkan, ditambahkan, maju mundurnya bangsa ini, umat Islam memainkan peran fundamental. Umat Islam Indonesia telah menunjukkan kemuliaannya dalam menjaga dan merawat Indonesia, merawat kebhinekaannya, kedamaian dan kerukunannya, termasuk mendorong kemajuannya. Ini menunjukkan bahwa umat Islam Indonesia tidak hanya shaleh secara individu tetapi shaleh secara sosial.

Jadi secara umum, umat Islam Indonesia telah menjalankan perannya sebagai hamba Allah SWT dan sebagai khalifatullah, sebagaimana firman Allah dalam Qur’an Surat Az-Zariyat/51 ayat 56:
وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون

Artinya: “Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-KU“. Juga dalam Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 72 Allah subhanahu wata’ala berfirman:
إنا عرضنا الأمانة على السموات والأرض والجبال فأبين أن
تحملها وأشفقن منها وحملها الإنس إنه كان ظلوما جهولاً –

Artinya: “Sesungguhnya kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan sanggup melaksanakannya. Lalu dipikullah amanat itu oleh manusia, sesungguhnya ia sangat dzalim lagi sangat bodoh“.

Dikatakan KH Amiruddin Amir bahwa ada 2 (dua) Amanah yang ada dipundak kita, yakni sebagai hamba dan sebagai khalifa Allah di muka bumi. Sebagai hamba Allah yang terus menyembah Allah SWT dan melakukan komunikasi setiap saat, selalu merasakan kehadiran Allah SWT sehingga selalu merasa terpantau dan terawasi oleh-NYA. Segala ucapan, perbuatan dan tingkah lakunya terkontrol karena selalu dalam kesadaran penuh akan kehadiran Allah disisi-NYA. Kesalehannya tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat, ia selalu merasa dekat dengan Allah SWT, saat dia berada di masjid, di rumah, di kantor, di pasar, di jalan atau dimanapun.
وكان الله على كل شيء رقيبا ري

Artinya: “Dan adalah Allah maha mengawasi segala sesuatu(QS. Al-Ahzab/33:52).

وأعلموا أن الله يعلم ما في أنفسكم فاحذروه
واعلموا أن الله غفور خليه (

Artinya: “Dan ketahuilah bahwa Allah SWT mengetahui apa yang ada dalam hatimu, maka takutlah kepada-NYA dan ketahuilah bahwa Allah maha pengampun lagi maha penyantun” (QS. Al-Baqarah/2:235),

Orang yang shaleh seperti ini hatinya selalu tunduk kepadanya dan menyembah dengan tulus dan otentik, sebagaimana firman Allah dalam QS. Az-Zumar/39 ayat 2:
إنا أنزلنا إليك الكتب بالحق فاعبد الله مخلصا له الدين –

Artinya: “Sesungguhnya kami menurunkan kepadamu (Al-Quran)
dengan (membawa) kebenaran, maka sembahlah Allah SWT dengan memurnikan ketaatan kepada-NYA.

“Sesungguhnya kami menurunkan kepadamu (Al-Quran) dengan (membawa) kebenaran, maka sembahlah Allah SWT dengan memurnikan ketaatan kepada-NYA“.

Orang bertaqwa seperti ini hatinya selalu terpatri kepada Allah SWT dalam kondisi dan keadaan apapun, dalam kondisi susah dan senang, ia selalu merefleksikan dirinya yang tak terlepas dari tautan hatinya kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali Imran/3 ayat 134-135:
الذين ينفقون في السراء والضراء والكاظمين الغيظ والعافين
عن الناس والله يحب المحسنين (2) والذين إذا فعلوا
فحشة أو ظلموا أنفسهم ذكروا الله فاستغفروا لذنوبهم … –

Artinya: “(yaitu) orang orang selalu berinfaq baik di waktu lapang maupun sempit, orang orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah SWT mencintai orang orang yang berbuat kebaikan. Demikian juga orang orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau mendzalimi diri sendiri mereka segra mengingat Allah SWT lalu memohon ampun atas dosa-dosanya…..”

Menurut KH Amiruddin Amir bahwa elain kesalehan individu yang terus menerus mendorong seseorang untuk beribadah dan selalu mengelola hatinya agar terkoneksi dengan sinyal-sinyal ketuhanan, kesalehan sosial juga tak kalah pentingnya. Kesalehan yang merefleksikan kepedulian sosial, selalu concern terhadap urusan agama dalam rangka menjadi wakil tuhan untuk mengurus bumi Allah.

Kesalehan sosial mendorong kita untuk merasakan penderitaan anak yatim dan orang-orang lemah, kelaparan orang miskin yang tidak berpunya, mendorong kita untuk meningkatkan kualitas kolektif umat Islam, kualitas pendidikan, ekonomi, sosial budaya dan lain lain. Beragama berarti peduli, empati, maju, responsive, berkontribusi dan lain-lain,” urainya, panjang lebar.

Masih dalam lanjutan khutbahnya, KH Amiruddin Amir, menyebutkan bahwa agama hadir berkontribusi tidak hanya untuk menjaga harmoni dan kerukunan tetapi turut berkontribusi memajukan bangsa dan negara, meberikan solusi terhadap masalah masalah kebangsaan dan kemanusiaan.

Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam QS. An-Nisa/4 ayat 114 yang Artinya : “Tidak ada kebaikan pada pembicaraan rahasia atau bisik-bisik mereka kecuali orang yang menyuruh bersedekah, menyuruh berbuat baik atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Siapa yang berbuat demikian karena mencari ridha Allah kelak kami anugerahkan kepadanya pahala yang sangat besar”.

Dikatakan KH Amiruddin Amir lebih jauh bahwa Islam tidak hanya bicara tentang aqidah, ibadah dan akhirat semata, ber-Islam berarti berbicara tentang kemajuan, pembangunan, lingkungan, kesehatan, pendidikan, kemanusiaan, kebangsaan, modernitas dan lain lain.

Umat Islam harus merasakan bahwa beragama tidak hanya memandu mereka beribadah dan berkomunikasi dengan Allah, tetapi juga amemandu mereka menemukan cita cita hidupnya, mencerdaskan dan meningkatkan kualitas hidupnya, memandunya dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

Dalam menutup khutbahnya, KH Amiruddin Amir menyebutkan dengan demikian beragama berarti menjadikan agama sebagai panduan dalam kehidupan nyata, kehidupan dunia dengan segala masalah dan dinamikanya dan tentunya panduan untuk menuju ke dalam kehidupan abadi, yakni kehidupan akhirat. Semoga kita semua terus istiqamah di jalan Allah subhanahu wata’ala. © RED/AGUS SANTOSA

Related posts

Memaknai Keberkahan Ramadhan, NUZULUL QUR’AN jadi Peringatan Perbaharui Komitmen Jalan Hidup Manusia

Redaksi Posberitakota

Tetap Eksis di Usia 42 Tahun, YAYASAN WAKAF BAITUSSALAM Kini Berganti Pengurus & Banyak Diisi Kader Muda

Redaksi Posberitakota

Demi Raih Pahala Ramadhan yang Sempurna, HABIB SHOLEH Ajak Kita Melatih Diri di Bulan Sya’ban

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang