Kajian ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal Jakarta, TERSINGKAP Tabir Amal

OLEH : ALFAQIR AHMAD MULYADI

IBADAH hati lebih rumit ketimbang ibadah fisik, dimana keduanya ternyata bisa saling menyempurnakan. Amal ibadah yang dilakukan oleh hati adalah Ikhlas karena Allah subhanahu wata’ala semata. Niatan hati ‘Abdun menuntun amalnya menuju ‘Abid, maka setiap amal tergantung niatnya. Amal akan sia-sia bila tidak didasari oleh niat secara substansi dan eksistensi, setiap orang akan mendapatkan balasan dari apa yang ia niatkan.

Amal perbuatan ada yang memuat perbuatan rutinitas dan ibadah. Niat berfungsi untuk membedakan mana kebiasaan dan ibadah. Dan, juga membedakan antara ibadah satu dengan ibadah lainnya yang diklasifikasikan ada ibadah yang hukumnya fardhu (‘ayn, kifayah) atau sunnah.

Niat menempati tempatnya yang utama sebagai rukun dalam amal ibadah, keshahihan ibadah bertolak dari niatan di awal perbuatan. Saking pentingnya niat berbagai disiplin ilmu ke-Islaman diantaranya hadis, fiqih dan lannnya membahas panjang lebar tentang niat di urutan terdepan.

Amal kebajikan seorang hamba akan Allah SWT balas walaupun sebesar biji sawi dan tidaklah Dia lengah terhadap apa yang seseorang kerjakan, bahkan setiap kebaikan pasti akan dibalas berlipat-lipat ganda.

Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl: 97).

Kesempurnaan adalah relatif, maka manusia adalah tempatnya salah, khilaf, kelemahan dan kekurangan. Niat dan ikhtiar seorang hamba dalam setiap kebajikan yang diupayakan Allah SWT mencatatnya sebagai kebajikan yang tak terhingga. Sebagaimana tentang shalat berjamaah seseorang yang berusaha menyempurnakan shalatnya secara berjamaah, akan tetapi ia hanya dapat menyelesaikan jamaahnya bersama imam sedapatnya, Allah SWT ganjar pahalanya seperti shalat berjamaah secara sempurna, walau ia tertinggal bahkan walau tidak dapat satu rakaatpun bersama imam setibanya di barisan makmum, karena niat dan upayanya.

Ada sebuah kisah inspiratif tentang sahabat Sya’ban yang dibukakan tabir pahala amalnya oleh Allah subhanahu wata’ala pada saat kematian akan menjemputnya. Suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengecek barisan jamaah shalat Shubuh dan ada satu sosok sahabat yaitu Sya’ban tidak terlihat sudah beberapa hari. Padahal, ia rutin shalat berjamaah lima waktu dan mengikuti majelis ilmu dan hikmah bersama Rasulullah serta sahabat yang mana ia selalu datang lebih awal.

Rumahnya berjarak tiga jam perjalanan ke Masjid Nabawi. Ia lebih suka tinggal di rumah yang jauh dari rumah Rasulullah dan ia hanya berjalan kaki untuk menuju Masjid Nabawi, karena ia pernah mendengar sabda Rasulullah bahwa setiap langkah seseorang yang menuju masjid maka satu dosanya akan diampuni atau derajatnya dinaikkan satu peringkat. Ternyata ketidakhadirannya adalah karena ia telah pulang ke rahmatullah.

Istrinya menceritakan bahwa sebelum wafatnya Sya’ban diperlihatkan pahala dan ganjaran atas perbuatannya, yaitu menempuh perjalanan yang jauh dari rumahnya ke Masjid Nabawi untuk shalat jamaah, sehingga ia bisa melihat bentuk surga sebagai ganjarannya.

Bahkan Sya’ban malah menyesali apa yang sudah ia lakukan berharap jarak rumahnya lebih jauh lagi. Ia mengatakan, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi dari Masjid Nabawi sehingga ia akan mendapatkan pahala yang lebih indah dan lebih baik yang diperolehnya saat ini.

Jangan pernah bosan untuk selalu berbuat baik, proses tidak pernah membohongi hasil. Berbuatlah dengan niat terbaik walau kesempurnaan bukan milik manusia, pasti Allah SWT akan
menyempurnakannya dengan cara dan ketetapan-NYA dan yang tidak
dikira-kira. Wa Allahu a’lamu bis shawab. © [***/goes]

Related posts

Gelar Maulidurrasul SAW di Tegal, MARKAZ AHBABUL MUSTHOFA Tak Kurang Dibanjiri 5000-an Jamaah

Khutbah Jumat, DR KH MARSUDI SYUHUD MA Bahas Soal Pembangun Masyarakat Toleran Tanpa Kehilangan Jatidiri Keimanan

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, PERJUANGAN PARA SALIK Menajamkan Pendengaran Batin (Sama’)