PALU (POSBERITAKOTA) ■ Allahuakbar. Allahuakbar. Allahuakbar.Ya..Allah…Tsunami. Ya..Alllah…..Tsunami…Ya…Allah…..Tsunami. Teriakan warga masyarakat di Pesisir Pantai Talise wilayah Kabupaten Donggala, sayup-sayup terdengar dari video kejadian gempa bumi dan gelombang tsunami yang beredar di media sosial (Medsos).
Sedangkan di wilayah lain atau tepatnya di sejumlah kecamatan di Kabupaten Sigi dan Kota Palu, juga mengalami hal sama. Puluhan kali goncangan gempa terjadi, mulai dari pukul 17.02 hingga pukul 00.00 WIB pada Jumat (28/9) hingga Sabtu (29/9) dinihari dan berlanjut sampai pagi. Warga masyarakat muslim dan yang beragama lain, dililit kondisi mencekam, apalagi aliran listrik sudah padam.
Jika mendetekasi jumlah korban yang sudah ditemukan sebanyak 1234 jiwa dan ada kemungkinan ribuan jiwa lebih lagi yang tertimbun lumpur yang menenggelamkan rumah, tak salah jika di sebagian wilayah kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) telah terjadi ‘kiamat kecil’.
Subhanallah. Itu bisa disebut atau pertanda kekuasan Allah SWT. Apapun yang dimaui-NYA, tak kuasa manusia bisa menangkal. Bahkan fenomena ‘Likuifaksi’ atau semburan lumpur hitam setinggi 20 meter, sebelum terjadi gempa bumi dahsyat, ternyata mampu menenggelamkan dua perkampungan di Sigi, yakni Kecamatan Petobo dan Balaroa.
Tak bisa dibayangkan jika pada saat kejadian gempa plus fenomena ‘Likuifaksi’, warga masyarakat sedang berada di rumah. Pasalnya, saat itu sedang menjelang sholat Magrib. Pastinya, mereka tak sedang beraktifitas diluar rumah. Karena ketika rumahnya amblas ditelan oleh semburan lumpur hitam, mereka bak seperti dimakan atau ditelan bumi.
Dari kesaksian masyarakat di Kecamatan Patubu dan pejabat Camat Balaroa, menyebut daerah yang dipimpinnya tinggal 2000 – 3000 warga masyarakat atau ratusan kepala keluarga (KK). Karenanya, begitu peristiwa itu terjadi, mereka hilang tak jelas rimbanya lagi.
Duka di Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi dan Kota Palu, tergolong sangat parah. Ada 2 perkampungan yang dikabarkan tenggelam oleh sedotan lumpur hitam, saat lempengan bumi dalam tanah retak atau patah dan kemudian menaikkan lumpur hitam, di situlah rumah-rumah yang berada di atas menjadi roboh tenggelam.
Khusus di daerah Petobo di Kota Palu Selatan saja, dikabarkan ada 744 rumah dengan jumlah penduduk sekitar 8000 jiwa, porak poranda rata dengan tanah serta bergelimpangan dan hilang. Belum lagi di kompleks BTN Batubu yang penduduknya bagai ditelan bumi.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama seluruh elemen masyarakat, masih terus berupaya mencari korban jiwa. Diupayakan bisa ditemukan dengan kondisi selamat atau masih hidup. Meski khusus di 2 wilayah perkampungan yang tersedot dan tenggelam oleh sedotan lumpur hitam, sulit berharap mereka hidup. Namun jumlah jiwa pun hanya bisa diperkirakan ribuan saja. Belum ada angka pasti. ■ RED/AGUS SANTOSA