30.8 C
Jakarta
22 November 2024 - 11:55
PosBeritaKota.com
Syiar

Demi Raih Pahala Ramadhan yang Sempurna, HABIB SHOLEH Ajak Kita Melatih Diri di Bulan Sya’ban

BEKASI (POSBERITAKOTA) – Diawali pada bulan Rajab di mana sebagai bulan ‘menanam‘, kembali kita semua diajak untuk melatih diri khusus di bulan Sya’ban. Artinya, apa? Kita harus ‘menyiram‘ hal-hal kebaikan yang sudah dijalani di bulan sebelumnya, yakni di bulan Rajab. Manakala kita melakoni segala sesuatu di bulan berikutnya dengan berpuasa, niscaya bakal meraih pahala Ramadhan yang lebih sempurna.

Begitulah ‘benang merah‘ tausiah di atas, disampaikan Habib Sholeh bin Hamzah Jamalullail saat menjawab pertanyaan POSBERITAKOTA, Minggu (28/3/2021) seputar jelang datangnya bulan suci Ramadhan 1442 H mendatang. Menurutnya, Ramadhan sebagai bulan paling ‘istimewa‘ karena penuh rahmat dan keberkahan serta ampunan, seyogyanya kita sebagai umat Islam harus benar-benar memanfaatkannya secara kualitas.

“Bulan Ramadhan itu, bisa diibaratkan sebagai bulan memanen dari apa-apa yang kita lakukan sebelumnya. Tentunya dalam segala kebaikan yang berbentuk amal, ibadah serta puasa-puasa sunah. Maka itu sebelum masuk bulan Ramadhan, ayo dari sekarang kita persiapkan semuanya,” tuturnya.

Karena itu pula, Habib Sholeh mengajak agar diri kita sebagai umat Islam yang dimuliakan Allah SWT – memperbanyak istighfar, taubat serta ibadah dan membaca sholawat Nabi Besar Muhammad SAW. ‘Tentu saja agar agar di bulan Ramadhan nanti, kita melakukannya dengan penuh semangat, sehingga begitu masuk di bulan Syawal kita pun bisa mendapatkan hasil panen berupa pahala yang paling sempurna,” tegas Habib muda asal Babelan, Kabupaten Bekasi, itu lagi.

Dengan menukil dari Buletin Mimbar Jumat ‘Sunniyah Salafiyah‘, Habib Sholeh melanjutkan dengan pembahasan seputar puasa. Secara bahasa (etimologi) berarti sama halnya ‘menahan‘. Sedangkan menurut istilah ‘syara’ (terminologi) berarti menahan diri dari perkara yang membatalkan puasa mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat tertentu.

Ditambahkannya bahwa ada dasar-dasar wajib bagi seseorang yang berpuasa. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kalian agar kalian bertaqwa.” (Al-Baqoroh 183).

Dalam menjalani ibadah puasa, dikatakan Habib Sholeh, juga diwajibkan pada bulan Sya’ban tahun kedua Hijriyyah. Terutama untuk menahan hawa nafsu, mengurangi syahwat, memberikan pelajaran bagi si kaya untuk merasakan lapar sehingga menumbuhkan rasa kasih sayang kepada fakir miskin serta menjaga dari perbuatan maksiat.

“Sedangkan untuk syarat sah berpuasa di bulan suci Ramadhan meliputi harus orang Islam, berakal, bersih dari haid dan nifas serta mengetahui waktu diperbolehkan untuk berpuasa. Berarti tidak sah puasa orang kafir, orang gila walaupun sebentar, perempuan haid atau nifas dan puasandi waktu yang diharamkan berpuasa, seperti Hari Raya atau Hari Tasyriq. Begitu pun bagi perempuan yang terputus haid atau nifasnya sebelum fajar maka puasanya tetap sah dengan syarat telah niat, sekalipun belum mandi sampai pagi.

Lantas, bagaimana syarat wajib puasa. Yang pertama harus Islam. Puasa tidak wajib bagi orang kafir dalam hukum dunia, namun di akhirat mereka tetap dituntut dan diadzab karena meninggalkan puasa selain diadzab karena kekafirannya. Sedangkan orang murtad tetap wajib puasa dan mengqodho kewajiban-kewajiban yang ditinggalkannya selama murtad. Mukallaf (baligh dan berakal), di mana anak yang belum baligh atau orang gila tidak wajib puasa, namun orangtua wajib menyuruh anaknya berpuasa pada usia 7 tahun jika telah mampu dan wajib memukulnya jika meninggalkan puasa pada usia 10 tahun. Kemudian, mampu mengerjakan puasa (bukan orang Lansia atau orang sakit).

Selanjutnya, dipaparkan Habib Sholeh, yakni tentang rukun-rukun puasa. Antara lain mulai dari niat untuk puasa wajib, mulai terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar di setiap harinya. Sedangkan niat untuk puasa sunnah, sampai tergelincirnya matahari (waktu Dzuhur) dengan syarat : (A) Diniatkan sebelum masuk waktu dhuhur dan (B) Tidak mengerjakan hal-hal yang membatalkan puasa seperti makan, minum dan lain-lain sebelum niat.

Tentang niat puasa Ramadhan yang sempurna, menurutnya, soal niat mengerjakan kewajiban puasa bulan Ramadhan esok hari pada tahun ini karena Allah SWT. Menghindari perkara yang membatalkan puasa. Kecuali jika lupa atau dipaksa atau karena kebodohan yang ditolerir oleh syari’at (jahil ma’dzur). Jahil ma’dzur/kebodohan yang ditolelir syariat ada dua: Baik itu hidup jauh dari ulama maupun
baru masuk Islam.

Untuk yang terakhir, kata Habib Sholeh ada hal-hal yang membatalkan puasa. Apa saja? Pertama yakni masuknya sesuatu ke dalam rongga terbuka yang tembus ke bagian dalam tubuh seperti mulut, hidung, telinga dan lain-lain jika ada unsur kesengajaan, mengetahui keharamannya dan atas kehendak sendiri. Namun jika dalam keadaan lupa, tidak mengetahui keharamannya karena bodoh yang ditolerir atau dipaksa, maka puasanya tetap sah.

Kedua adalah Murtad, sekalipun masuk Islam seketika. Haid, nifas dan melahirkan sekalipun sebentar. Gila meskipun sebentar. Pingsan dan mabuk sehari penuh. Jika masih ada kesadaran sekalipun sebentar, tetap sah. Bersetubuh dengan sengaja dan mengetahui keharamannya. Mengeluarkan mani dengan sengaja, seperti dengan tangan atau dengan menyentuh istrinya tanpa penghalang serta muntah dengan sengaja. ■ RED/AGUS SANTOSA

Related posts

Ramadhan 1440 H, MAJELIS PENGAJIAN PELAWAK Gelar Bukber & Santunan Anak Yatim/Dhuafa

Redaksi Posberitakota

KETEMU PASANGAN IBU & ANAK, SEJADAH BABE INGIN TERUS KOBARKAN SIKAP PERDULI LEWAT PROGRAM BERBAGI JUMAT BERKAH

Redaksi Posberitakota

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ‘BASMALAH Sebagai Simbol Konsekrasi (2)

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang