BEKASI (POSBERITAKOTA) □ Tak terasa bahwa perjalanan Ramadhan kita sudah masuk fase 10 hari pertama. Tepatnya pada hari ini (Ahad 10 April) kita sudah berada di tanggal 8 Ramadhan 1443 Hijriah. Dan, pada 10 hari pertama, yakni berisikan atau turunnya banyak rahmat. Namun umumnya rata-rata dari kita, disaat Ramadhan sudah jauh melangkah, justru sebaliknya intensitas ibadah kita yang malah menurun.
Terkait dengan intensitas ibadah yang dimaksud adalah sholat Taraweh. “Memang harus dijaga betul-betul. Meski sholat Taraweh merupakan ibadah sunah, tapi seperti ibadah wajib. Amalan kita dilipatgandakan. Makanya, jangan dirasakan sebagai hal yang memberatkan. Sholat Taraweh itu jadi enteng, kalau kita didasari dengan keimanan,” ucap Ustadz Abdul Rosyid S.Ag, mengawali materi Kajian Spesial Ramadhan, seusai melaksanakan sholat Subuh berjamaah.
Dihadapan kurang lebih seratusan jamaah Masjid Jami Al-Ikhlas RW 025 Perumahan Villa Gading Harapan (VGH) Gerbang Timur, Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi – Ustadz Rosyid menyampaikan ada 3 fase di bulan suci Ramadhan dan itu bisa menjadi motivasi kita untuk menjalani ibadah. Pada 10 hari pertama adalah turunnya banyak rahmat. Sedangkan fase kedua adalah ampunan (Mafiroh) dan fase ketiga adalah pembebasan dari api neraka (Iqun minanan).
“Pada saat intensitas ibadah kita sudah mulai naik, ya harus dijaga betul. Ini ada cerita soal sholat Taraweh. Karena takut kagak kebagian tempat di awal-awal Ramadhan, maka disuruhlah anaknya supaya gelar Sajadah dan taruh Mukena duluan di masjid. Padahal, perjalanan Ramadhan masih jauh,” paparnya.
Disarankan Ustadz Rosyid bahwa kita harus menikmati hidup, apalagi kalau ketemu Ramadhan. Terasa istimewa dan nikmatilah dengan khusyuk. Bahkan kata Nabi Muhammad SAW, Ramadhan itu adalah Syahrul Mubarokah. Apapun yang kita lakukan bernilai ibadah. Terhadap peluang sekecil apapun, semua aktifitas jangan ditinggalin.
“Sebab, ada keberkahan di situ. Makna dari berkembang itu adalah tumbuh. Tumbuhnya kebaikan dari segala aspek. Sekali lagi, marilah kita nikmati Ramadhan dengan khusyuk. Semua kegiatan kita untuk ibadah. Jadi, jangan sampai Ramadhan itu kosong tanpa makna. Harus ada target. Awas nyesel. Sebelumnya kepengen Ramadhan segera tiba, ini sudah datang malah dicuekin,” urainya, panjang lebar.
Sebagai penutup, Ustadz Rosyid mengingakan para jamaah, karena belum tentu pada Ramadhan mendatang kita masih bisa bertemu. Jangan sampai bulan Ramadhan itu sebenarnya luar biasa, tapi esensinya malah hilang tak bermakna. “Setiap malam kita sholat Taraweh, pahalanya beda-beda. Seperti Taraweh di malam kedelapan ini akan diberi karunia. Bahkan meski kita sibuk kerja, tambatan hati kita harus terpaut dengan masjid,” pungkasnya. ■ RED/AGUS SANTOSA