JAKARTA (POSBERITAKOTA) □ Momentum perhelatan akbar ‘Hajatan Betawi 3’ kembali digelar oleh penggagasnya, Prof Dr H Dailami Firdaus, Sabtu dan Minggu (27-28/8/2022) ini. Kegiatannya itu sendiri dipusatkan atau digelar di Kampus 2 Universitas Islam As-Syafi’iyah (UIA) Jalan Jatiwaringin Raya, Pondok Gede. Setelah sebelumnya diadakan pra acara berupa sunatan massal dan obral-obrol (talkshow) tentang Jakarta.
Sesaat sebelum acara pembukaan, Sabtu (27/8/2022) kemarin, dilakukan doa bersama untuk Ibunda Prof Dr Hj Tuty Alawiyah AS di makamnya. Nampak sejumlah undangan yang ikut memberikan apresiasi terhadap gelaran ‘Hajatan Betawi 3′ tersebut. Selain Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketua BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar, juga sejumlah tokoh besar Betawi, yakni H Eddy Marzuki Nalapraya, H Nachrowi Ramli serta puluhan undangan penting lainnya.
Prof Dr H Dailami Firdaus yang akrab dipanggil dengan nama Bang Dai dalam sambutan di acara pembukaan, menyebutkan bahwa dimensi Betawi adalah ke-Indonesia-an, ke-Islam-an dan ke-Ilmu-an yang pada titik integrasi budaya (bukan lagi asimilasi dan asosiasi) ditengah arus besar transformasi. Tentunya, kata dia, akan mampu menjadi bagian dari lokomotif penghela perubahan menuju peradaban baru. Peradaban konseptual dan Peradaban Digital.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan yang hadir dalam acara ‘Hajatan Betawi 3′, sangat mengharapkan bahwa Kebudayaan Betawi perlu terus dikembangkan. Betawi telah menjadi simpul ke-Indonesia-an.
“Upaya terus menerus menjadikan UIA sebagai centre of excellence tak berhenti hanya pada bagaimana mewujudkan cita-cita Bu Tutty Alawiyah AS menjadikan UIA sebagai great and good university berbasis kualitas dan menjadi kebanggaan umat Islam Indonesia, tak terkecuali, kaum Betawi di dalamnya,” ungkap Anies.
Gubernur DKI Jakarta lebih jauh menyampaikan bahwa kiprah Bang Dai yang juga anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah) sebagai perwakilan Jakarta, baik dalam skala ke-Betawi-an, ke-Indonesia-an dan dunia internasional, memungkinkan UIA menjadi tak hanya satu daya, melainkan pembangkit kebudayaan (culture generator) dalam makna yang sesungguhnya.
Kebudayaan sebagai induk dari keseluruhan dimensi kehidupan manusia, yang ditopang oleh sains, seni, ekologi, sosial, ekonomi, politik, berbasis aqidah, syariah, muamalah dan akhlaq Islami. Kebudayaan yang mampu memelihara keseimbangan artistika, estetika dan etika.
Kembali ditegaskan Bang Dai sebagai pengagas ‘Hajatan Betawi 3 UIA’ bahwa Betawi bersatu menjadi lokomotif pergerakan budaya menuju peradaban baru. “UIA menjadi salah satu ajang strategis proses ikhtiar umat Islam, tak terkecuali kaum Betawi, ditengah arus besar perubahan budaya yang sedang bergerak menuju era Society 5.0 dengan ciri utama internet on think dan artificial intelligent,” ucapnya.
Dalam konteks ini, ditambahkan dia, moment ‘Hajatan Betawi (2017, 2018 dan 2022) yang digelar rutin di Kampus UIA adalah sebagai suatu upaya kongkret, memberikan ajang sekaligus jalan bagi kaum Betawi menjadi salah satu simpul penting dalam proses transformasi budaya Indonesia.
Sementara itu dalam gelaran ‘Hajatan Betawi 3′ menghadirkan ragam kearifan dan kecerdasan budaya kaum Betawi. Mulai dari seni, sains, teknologi, nilai, norma, bahasa, silat, kuliner, fashion dan tradisi mengusik dan memantik kesadaran untuk secara antusias melakukan reposisi kaum Betawi sesuai dinamika zamannya.
Bahkan, terlengkapi dengan adanya panampilan permainan anak-anak Betawi yang dibawakan oleh anak-anak pesantren khusus yatim Assyafi’yah, yang mepresentasikan sebuah nilai sosial dalam kepedulian terhadap sesama terutama anak-anak yatim.
Selain itu lagi, Bang Dai mengaktualisasi watak egaliter dan kosmopolit kaum Betawi yang sejak awal, berabad silam sudah menunjukkan dirinya sebagai masyarakat inti yang inklusif, toleran dan rendah hati, jauh sebelum Jakarta menjadi ibukota Republik Indonesia.
Pada saat Jakarta menjadi ibukota negara memainkan peran sebagai sentra peradaban Indonesia dan Asia Tenggara – termasuk pusat bisnis dan keuangan, sosial dan politik, budaya dan agama. Namun demikian, ketika berbagai kalangan hanyut dalam arus perubahan Jakarta yang mengalir ke muara sekularisma, KH Abdullah Syafi’ie lantang menegaskan muruh kaum Betawi dengan houd dan proud kaum Betawi yang religius, Islami. Washatiyah (moderasi) berintegritas.
Silat Tradisi Betawi pada ‘Hajatan Betawi 3′, ekspresi nilai keksatriaan kaum Betawi yang selalu siap menjawab tantangan perubahan berlandas aqidah dan akhlak, paduan kearifan dan ketangkasan. Tak hanya itu, tapi juga ada banyak door prize untuk pengunjung yang datang, terlihat banyak masyarakat berbondong-bondong hadiri ‘Hajatan Betawi 3′ ini.
Sebab, selain untuk hiburan, gelaran ‘Hajatan Betawi 3‘, juga bermanfaat untuk menambah ilmu dan wawasan. Juga dalam rangka menjaga dan melestarikan budaya Betawi. Ada sejumlah pertunjukan dan event yang digelar selama dua hari itu.
Diantaranya adalah Lomba Palang Pintu, Lomba Film Pendek Betawi, Lomba Pantun, Lomba Abnon, Lomba Qasidah dan Pameran Al-Qur’an Mushaf Betawi, lomba mewarnai diikuti ratusan anak anak. Juga ada kegiatan donor darah dan pemeriksaan kesehatan gratis. Dan, juga ada vaksin 1, 2 dan booster. Termasuk hadirnya temen-teman Pelawak Nasional pada datang untuk persiapan pertunjukan Lenong Betawi. □ RED/AGUS SANTOSA