SUKABUMI (POSBERITAKOTA) □ Tak bisa dipungkiri dan bahkan sudah terjadi sejak lama, keberadaan desa dan sektor pertanian masyarakat, rentan terhadap fenomena marginalisasi. Tanpa kecuali bagi desa-desa yang memiliki sumber daya alamnya. Oleh karenanya, perlu ada gerakan restorasi desa untuk menyelesaikan berbagai fenomena berbasis desa dengan sektor pertanian dan petani sebagai simpul sentralnya.
Pemikiran dan analisa di atas diungkapkan penggiat budaya Eddie Karsito saat tampil di acara Visitasi dan Supervisi Program Satu Desa Satu Cerita – One Village One Story (OVOS), Senin (5/9/2022) kemarin di Desa Gedepangrango, Sukabumi, Jawa Barat.
“Gerakan yang mencerdaskan dan mensejahterakan. Merawat potensi alam, menjaga kesehatan ekologis desa dan bermanfaat bagi masyarakat desa,” ungkap Eddie Karsito yang juga wartawan senior tersebut.
Sedangkan para pemangku kepentingan desa, akademisi atau budayawan, menurut Ketua Dewan Juri OVOS (One Village One Story) ini, perlu secara terus menerus memikirkan asas kemanfaatan dan kegunaan potensi desa.
Pada sisi lain, Eddie Karsito juga mengingatkan bahwa saat ini banyak bermunculan desa wisata. Bahkan, ia ingin agar konsep desa wisata ini tetap mengutamakan kearifan lokal setempat. “Ingat yang dilaksanakan adalah desa wisata, bukan wisata desa. Jadi, tetap yang ditonjolkan keutamaan, karakteristik masing-masing desa, edukatif. Bukan meniru atau menjiplak,” papar dia.
Kedatangan Panitia dan Juri ‘OVOS : One Village One Story’ di Desa Gedepangrango, langsung disambut Camat Kadudampit Dra. Hj. Yanti Budiningsih, dan Kepala Desa Gedepangrango, Asep Badrutamam.
Dalam sambutannya, Camat Kadudampit Dra. Hj. Yanti Budiningsih ikut menyambut gembira atas terpilihnya Desa Gedepangrango sebagai Finalis Peserta OVOS Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2022.
Dalam pengamatannya, di Desa Gedepangrango memiliki banyak potensi dan keunggulan yang terus dikembangkan berdasarkan kearifan lokal berbasis masyarakat. Pemerintah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat terus berupaya dan fokus melakukan pengembangan.
“Maka, jika di selatan kami memiliki Geopark Ciletuh, sedang di utara kami memiliki potensi wisata alam Danau Situ Gunung, Suspension Bridge (Jembatan Gantung).dan air terjun Curug Sawer. Termasuk tujuan wisata berdasarkan kearifan lokal berbasis masyarakat,” ucap Dra. Hj. Yanti Budiningsih.
Menurut Kepala Desa Asep Badrutamam dengan terpilihnya Desa Gedepangrango sebagai Finalis Peserta OVOS Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2022, semakin meningkatkan partisipasi masyarakat mengembangkan desanya. “Kami sedang merintis dan mengembangkan Kampung Lahang sebagai salah satu destinasi wisata berdasarkan kearifan lokal berbasis masyarakat,” tegasnya.
Kampung Lahang, ditambahkan Asep Badrutamam, akan mengoptimalkan paket-paket wisata seperti agroedutourism sebagai paket wisata andalan dengan mengedepankan karakterisik pemberdayaan masyarakat dalam usaha desa.
Wisata pertanian edukatif yang memperkenalkan kegiatan usaha pohon Lahang (Aren) menjadi minuman tradisional yang kemudian diolah menjadi gula. Termasuk penyediaan sarana produksi, budidaya, penanganan, pengolahan pascapanen dan pemasaran. “Potensi ini terintegrasi dengan destinasi wisata lainnya yang sudah ada di Desa Gedepangrango. Sehingga menciptakan sebuah lini bisnis yang kuat dan saling berkesinambungan,” urainya.
Ikut hadir.dalam rombongan visitasi tersebut antara lain; Anggota Dewan Juri OVOS : One Village One Story, Wiyono Undung Wasito, S.S. (Seniman Pedalangan), dan Ketua Panitia Penyelenggara Tiwi Wartawani, SE, yang juga Ketua Umum Yayasan Duta Pariwisata dan Kebudayaan Indonesia (YDPDKI).
Tim Assesor OVOS : One Village One Story tersebut selanjutnya diajak berkeliling ke berbagai destitasi wisata. Antara lain ke Suspension Bridge (Jembatan Gantung), air terjun Curug Sawer, Danau Situ Gunung, bumi perkemahan Tanakita, Icakan View dan ke Kampung Lahang.
Dalam kesempatan tersebut, Anggota Juri OVOS, Wiyono Undung Wasito, S.S. menyampaikan, yang tidak kalah penting adalah bagaimana mengemas dan membranding potensi desa itu menjadi sebuah teks atau cerita. Teks yang konteks dengan kearifan lokal setempat.
Menurutnya, di Kampung Lahang banyak teks berupa kearifan lokal dan falsafah kehidupan yang bersumber dari budaya Hindu, Budha dan Islam. Falsafah tersebut secara alami berakulturasi dan menciptakan kearifan lokal.
“Potensi ini bagai mutiara yang terserak berupa falsafah yang masih perlu digali dan diwariskan kepada generasi kekinian,” kata Undung Wasito, sambil menikmati sajian pertunjukan Karinding musik tradisionil Sunda, yang dibawakan para seniman dan budayawan Kampung Lahang.
Falsafah yang terkandung pada alat Karinding, lanjut Undung Wasito, menjadi penuntun masyarakat membentuk karakter atau kepribadian yang spiritualis, peka, syukur dan ulet.
“Falsafah yang terkandung dalam Kawung atau daun Aren salah satunya. Bentuk, nada, warna waditra (alat musik) Karinding ternyata memiliki kearifan lokal yang dalam,” jelas Undung.
Undung juga menekankan tentang perlu usaha literasi dan juga pemanfaatan media baru untuk mengungkapkan secara artistik dan luas. Misalnya potensi tersebut dituliskan dalam buku, artikel atau dalam bentuk film dokumenter. Minimal dalam konten tertentu yang dimuat di media sosial atau media lainnya.
Perlu kajian mendalam seperti penelitian secara komprehensif. Hasil penelitian tersebut menjadi pijakan penyusunan skenario yang baik untuk mengungkapkan potensi desa secara artistik.
Buat karya seperti film dokumenter, atau film pendek sangat mengena. Jika pernah booming film seperti ‘Filosofoli Kopi’ mengapa tidak misalnya kita mengangkat tema Filosofi Lahang,” tuturnya.
‘OVOS : One Village One Story’ diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia dan Yayasan Duta Pariwisata dan Kebudayaan Indonesia (YDPDKI).
Ketua Panitia Penyelenggara ‘OVOS : One Village One Story’ Tiwi Wartawani, SE, mengatakan bahwa pihaknya terus mendorong pengelolaan dan peningkatan potensi desa. Termasuk mengidentifikasi berbagai potensi sosial, pengembangan kepariwisataan, dan Industri Kecil dan Menengah (UKM) di pedesaan. Mengangkat cerita keunikan dan eksotisme desa dalam bentuk karya seni budaya.
“OVOS merupakan bentuk bakti dan dukungan menciptakan desa yang presisi; tepat dan teliti dalam industri rekayasa, serta menjadi inspirasi dalam rangka membangun Indonesia. Kami akan terus melangkah, melangkah dan melangkah. Membangun desa tepat sasaran,” tutup Tiwi Wartawani. □ RED/ALDIANSYAH /EDITOR : GOES