MALAYSIA (POSBERITAKOTA) – Bertempat di Dewan Belia Lebuh Acheh, 20450 George Town Penang, Malaysia, MFS Production bersama Yayasan Humaniora bakal menggelar sebuah perhelatan budaya dengan premis sinematografi bertajuk ‘Film Kita Dalam Tamadun Dua Bangsa : Indonesia & Malaysia’, Sabtu (19/08/2023) mendatang.
Perhelatan yang memadukan kegiatan berupa diskusi dan hiburan tersebut, antara lain menghadirkan para insan film, aktor dan aktris dari Malaysia dan juga asal Indonesia sebagai narasumber. Sedangkan ajang diskusi sedianya bakal dipandu oleh seorang entertainer kenamaan Malaysia, Viviana Abdullah sebagai moderator.
Untuk pembicara dari Indonesia juga akan menghadirkan Eddie Karsito (Script Writer, Actor dan Director) dan Yati Surachman (Aktris Film). Sedangkan dari Malaysia akan tampil Sophilea (Script Writer, Director dan Novelis).
Disebutkan bahwa acara atau kegiatan yang digelar bersamaan dengan perayaan Hari Kemerdekaan Malaysia tersebut digelar MFS Production Sdn. Bhd Penang Malaysia bekerjasama dengan Sanggar Humaniora Jakarta Indonesia dan lembaga lainnya.
“Tentu melalui kegiatan ini, kami harapkan selain bisa menggali berbagai potensi anak-anak muda bagi kedua bangsa melalui film, juga dapat menjadi salah satu media penyangga bersifat mendidik,” tutur Direktur Utama MFS Production Sdn. Bhd, Seroja Sartika, melalui keterangan tertulis dari Penang Malaysia, Kamis (10/08/2023).
Tentang pertumbuhan industri perfilman di Indonesia dan Malaysia saat ini, menurut Seroja Sartika, justru direspon secara kreatif oleh anak-anak muda generasi Z dan generasi Alpha.
“Karenanya, kita berharap tampilnya sineas muda baru dan bahkan dengan paradigma baru, semangat reformasi dan demokratisasi yang kini menjadi sebuah fenomena ditengah gelombang besar informasi global,” ucap pengusaha yang akrab disapa Caca itu, lagi.
Dalam kesempatan yang sama, Owner MFS Production Sdn. Bhd, Mohamad Firdaus Saad, mengungkapkan bahwa karya film sebagai inovasi kreatif visual memiliki peran penting di masyarakat. “Film dapat dikatakan sebagai platform yang efektif dalam mendistribusikan idealisme yang diajukan oleh sutradara,”, telaahnya.
Dalam penilaian Mohamad Firdaus Saad, antara Malaysia dan Indonesia memiliki basis budaya yang sama, yaitu Melayu. “Nah, tentunya berbagai perkembangan peradaban dua bangsa ini dapat dipresentasikan melalui media film. Menyentuh beberapa isu kontemporer yang memberi kontribusi bagi perbaikan dua bangsa di zaman modern ini,” ujar dia.
Selain acara diskusi bertajuk ‘Film Kita Dalam Tamadun Dua Bangsa : Indonesia & Malaysia’, diisi pula dengan berbagai kegiatan lomba dan hiburan. Antara lain; live music, performance Penneo Band, ajang pencarian bakat akting dan menyanyi (Open Casting & Solo Song), pertandingan, serta undian (lucky draw) dengan puluhan hadiah menarik.
“Makanya, kami perlu menyampaikan terima kasih atas dukungan semua pihak hingga terlaksananya acara ini. Antara lain kepada Badan Pengelola Dewan Belia Lebuh Acheh, Indofood, Quantum Metal, SOS Fastlane, Penneo Band, para artis narasumber, para pengisi acara. Kepada rekan-rekan wartawan dari berbagai media di Malaysia dan Indonesia, tim kreatif MFS Production dan Sanggar Humaniora, serta semua pihak yang terlibat di dalamnya,” ucap Seroja Sartika.
Sedangkan artis senior Indonesia Yati Surachman, mengaku senang dapat menjadi bagian dari kegiatan ini. Ia akan tampil di acara ini untuk berbagi pengalaman berkarir di industri film Indonesia selama lebih dari setengah abad.
“Pasti senang karena menjadi bagian dari kegiatan ini. Saya akan banyak cerita bagaimana menjadi orang film dan suka dukanya berkarir di industri perfilman Indonesia. Jangan lupa hadir. Saya tunggu di Dewan Belia Lebuh Achehn George Town Penang,” ujar Yati Surachman yang akan bertolak ke Penang Malaysia, Jum’at (18 Agustus 2023) mendatang.
Sementara itu Eddie Karsito, narasumber yang juga penggiat budaya dan aktor film Indonesia mengatakan, event ‘Film Kita Dalam Tamadun Dua Bangsa : Indonesia & Malaysia‘ adalah sebuah ikhtiar kebangsaan. Menukil kembali sejarah kejayaan bangsa Nusantara dalam perspektif karya film.
“Sebab, Indonesia dan Malaysia memiliki banyak budaya yang khas dan tidak dipunyai bangsa lain. Dari segi seni, bahasa, sastra (Melayu), sandang (pakaian), pangan (kuliner), dan papan (arsitektur), dan potensi lainnya. Kapasitas budaya tersebut tidak lepas dari budaya Nusantara,” tambah Eddie Karsito.
Oleh karenanya terkait adanya berbagai potensi budaya tersebut, kata Eddie, perlu dijaga originalitasnya dan diperkenalkan kepada dunia. Salah satunya bisa melalui karya film. “Dengan adanya kajian ini diharapkan semakin banyak generasi muda di Malaysia dan Indonesia yang termotivasi untuk membuat karya film yang dapat memperkenalkan budaya dua bangsa kepada dunia,” tegas pendiri Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan tersebut.
MFS Production Sdn. Bhd telah menjalin kerjasama dengan Sanggar Humaniora, dibawah naungan Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan yang berkedudukan di Kota Bekasi, Jakarta Indonesia. Lembaga seni ini juga termasuk yang ikut menginisiasi lahirnya MFS Production Sdn. Bhd di Penang Malaysia.
“Namun kerjasama ini diharapkan dapat lebih meningkatkan hubungan lebih baik dua bangsa. Tidak hanya di bidang industri kreatif, tapi juga pertukaran dan apresiasi seni budaya,” tutup Eddie Karsito. © [RED/R.ALDIANSYAH /EDITOR: GOES]