JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Musim kemarau panjang bukan hanya membuat kaum tani mengalami paceklik, tetapi juga menyulitkan usaha budidaya jangkrik. Belakangan ini para peternak jangkrik buat pakan burung kicau, banyak yang gagal panen sehingga produknya jadi langka di pasaran dan mengakibatkan harganya menjadi mahal. Tak pelak lagi, para kicau mania kelabakan karena harus keluar uang ekstra.
Sejumlah kicau mania mengaku kewalahan merawat burung kesayangannya karena mahalnya harga pakan. “Bukan hanya makanan bijian yang mahal, tetapi harga jangkrik juga melambung tinggi lantaran produksinya menyusut,” Burhanuddin, salah satu penggemar burung kicau yang ditemui di arena lomba kicau di Rusun Dakota, Kemayoran, Jakpus, Sabtu (3/8).
Menurutnya, harga per kilogram jangkrik atau sekarung pada saat normal sekitar Rp 50 ribu, kini menjadi Rp 85 ribu. “Itupun tidak setiap pedagang punya stok karena agak langka,” tambah pemilik puluhan burung kicau seperti Murai Batu, Kacer, Cucak Jenggot, dan Love Bird.
Salah satu pedagang pakan burung, Giyanto menambahkan kelangkaan jangkrik saat ini diakibatkan oleh musim kemarau berkepanjangan. Sejumlah peternak yang sering menyuplai jangkrik di kiosnya, mengaku produknya menurun drastis.
“Cuaca panas dan kering begini, membuat telur jangkrik banyak yang gagal menetas, termasuk jangkrik yang belum masa panen, mati mendadak karena tak tahan oleh kondisi udara,” kata Giyanto yang berjualan aneka pakan burung dan pernak-perniknya di Jl H. Ung, Kemayoran, Jakpus.
Menurutnya, kelangkaan terjadi sejak bulan lalu. “Pada hari normal, saya biasa menjual sekitar 15 karung, tapi sekarang di bawah lima karung karena pasokan minim,” ungkapnya.
Agar peredaran jangkrik bisa merata di kalangan pelanggannya, maka Giyanto untuk sementara tidak melayani penjualan per karung, melainkan dijual ketengan dulu seharga Rp 5 ribu ataupun Rp 10 per plastik kecil.
“Karena sekitar 90 persen pelanggan saya perlu jangkrik untuk burung peliharaannya. Jangkrik itu kini sudah berubah menjadi menu utama bagi burung pemakan serangga,” tambahnya.
Sedangkan Ahmad, pembudidaya jangkrik di kawasan Cipayung, Jakarta Timur, membenarkan kegiatan peternakannya sedang terganggu oleh cuaca panas dan kering ini. “Banyak sekali jangkrik yang keburu mati sebelum panen,” ujar Ahmad yang biasanya panen sekitar 200 kilo tiap bulan kini di bawah 50 kilo.
Ahmad juga mengaku biasanya setor ke kios dengan harga Rp 35 ribu atau Rp 40 ribu, kini harganya naik jadi Rp 50 ribu sampai Rp 60 ribu. Sebenarnya kondisi paceklik seperti ini secara ekonomi tidak berdampak buruk bagi kalangan peternak karena tingkat keuntungannya tetap sama. ■ RED/JOKO SUDADI