PosBeritaKota.com
Syiar

TETAP KELILING DI WILAYAH BABELAN BEKASI, PROGRAM ‘SEJADAH BABE’ MASIH BANYAK MENERIMA KELUHAN TERKAIT KESULITAN EKONOMI MASYARAKAT

BEKASI (POSBERITAKOTA) – Kesulitan ekonomi masih banyak dikeluhkan oleh warga masyarakat di wilayah Babelan, Bekasi. Hal tersebut, menurut mereka, imbas dari akibat masa pandemi yang berkepanjangan hampir dua tahun lamanya. Yakni sejak Februari 2020 silam hingga Desember 2021 sekarang ini.

Tim ‘SEJADAH BABE’ yang melaksanakan program berbagi nasi boks dan aqua botol, masih tetap keliling di wilayah Babelan, Bekasi. Menemui mereka yang mengandalkan hidup sebagai pemulung, pengamen jalanan, sejumlah pekerja serabutan, buruh ladang sayur-sayuran serta warga yang tinggal di pemukiman.

Karenanya merupakan satu kebahagiaan sambil mengucap rasa syukur, manakala mereka ditemui Tim SEJADAH BABE yang mengusung program berbagi nasi boks dan aqua botol di Jum’at Berkah. Tidak sedikit dari mereka justru sudah mengenalnya. Bahkan mereka tak menolak manakala diminta berkisah atau cerita terkait kondisi saat ini.

Menurut Yanto (66 tahun), pemulung yang tinggal di daerah perbatasan VGH Barat dan Timur, saat ini situasinya belum pulih benar akibat pandemi. Masih saja terasa sulit, terutama penghasilan memulung. Penyebabnya karena hampir semua warga masyarakat merasakan.

“Dulu, barang-barang bekas atau rusak, dibuang percuma oleh warga. Saya sebagai pemulung diminta untuk membawanya. Tapi sekarang justru dijual ke tukang rongsok,” aku Yanto kepada Asmawi, Korlap Tim SEJADAH BABE, Jumat (10/12/2021).

Sedangkan Hasanah (54 tahun) dan sejumlah tetangganya yang tinggal di Ujung Harapan, Kelurahan Bahagia, Babelan, ikut merasakan hal sama. Suami dari mereka sebagai pekerja serabutan seperti jual beli barang bekas, sopir angkot dan penjual air bersih di drigen – hampir tidak pernah bawa uang lebih.

Penghasilan Rp 75 ribu sampai Rp 100 ribu, jika cuma buat masak di rumah untuk kebutuhan sehari-hari, terhitung pas-pasan. Otomatis, kata mereka, hampir tak ada yang ditabung. Padahal dengan anak masih sekolah, berarti suatu saat ada keperluan mendadak.

Begitu pula Rosadi (68 tahun), penjual sayur-sayuran keliling yang biasa ngider dari perumahan ke perumahan. Menurutnya dengan cara berjualan keliling, pembeli bisa tertambah. Hasilnya? “Ya, keuntungan paling maksimal hanya Rp 50 ribu atau bahkan Rp 100 ribu dalam sehari-harinya.

Sapri (18 tahun) dan Tono (23 tahun), keduanya merupakan pengamen jalanan. Mereka bekerja bukan cuma iseng, tapi memang untuk cari uang. Kalau Sapri untuk sekadar makan, sedang Tono justru buat menghidup istri dan anaknya.”Kalau lagi rejeki bagus, bisa dapat Rp 100 ribu seharian,” bilang Tono yang sudah punya satu anak tersebut.

Kumis (63 tahun), perantau asal Karawang yang sudah tinggal di Babelan, Bekasi, sejak lima tahun lalu. Ia di sini jadi kerjanya jual beli barang bekas. Jika sebelumnya stabil, namun sejak ada pandemi, malah dua hari bisa tidak ada penghasilan.

Kapan pulang kampungnya? “Bisa setahun sekali, pas mau Lebaran saja. Lain halnya kalau ada keperluan mendadak. Sedangkan di Babelan sini, saya kumpul sama teman-teman. Semua kerjanya sama,” tuturnya.

Sosok Rohim (28 tahun), buruh sawah di Perumahan VGH Kebalen, Babelan, Bekasi. Kerjanya tiap hari maculin sawah yang mau ditanami padi. “Itungannya cuma dibayar Rp 100 ribu, tapi harus makan sendiri. Jadi, kadang istri bawain bekel dari rumah,” jelasnya kepada Tim SEJADAH BABE.

Rosadi (26 tahun) dan Bang Qubil (32 tahun), pekerjaannya tidak jauh untuk mengurus lahan sawah atau ladang. “Sebelum ditanami bayam atau kangkung, tanahnya harus sudah siap disebar bibit. Saya bisa kerjain tiga hari atau paling lama seminggu untuk seluas 200 – 500 M2,” ucap Rosadi yang dibenarkan Bang Qubil.

Dalam kesempatan program berbagi 40-an nasi boks/aqua botol pada pekan ke-18 Jumat (10/12/2021), Tim SEJADAH BABE menemui 3 orang anak pemulung. Mereka adalah Hanifah, Anisa dan Kiki. Kedua orangtuanya sedang kerja memulung.

Selain itu ada ketiga anak sepulang sekolah di Perumahan VGH Barat, Kebalen, Babelan, Bekasi – juga tak menolak saat disodori nasi boks dan aqua botol dari Tim SEJADAH BABE. Mereka mengaku senang dan siap disantap jika sudah sampai rumah.

Prinsipnya mengalir dan menjalani apa adanya, begitulah Untung Mulyono (60 tahun), karena sudah ada 10 tahunan lebih jadi tukang cuci motor dan mobil. “Meski penghasilan sekarang, jauh berbeda dari dua tahun sebelumnya,” tutur dia, apa adanya yang memulai pekerjaan itu sejak ada Perumahan Villa Gading Harapan (VGH) Gerbang Timur.

Hal sama juga dirasakan Iim (45 tahun), pencari barang-barang bekas (pemulung). Ia bilang hampir setiap harinya, belum tentu dapat barang yang bisa dijual ke pengepul. “Kadang bisa dua atau tiga hari sekali, baru dapat duit antara Rp 80 atau Rp 100 ribu,” akunya. ■ RED/AGUS SANTOSA

Related posts

Program ‘Hikmah’ di Masjid Istiqlal Jakarta, ESENSI DEBAT dalam Presfektif Al-Qur’an

Redaksi Posberitakota

Kajian Pilihan di Masjid Istiqlal, BERSHALAWAT Kepada Nabi Muhammad SAW (QS. Al-Ahzab : 56)

Redaksi Posberitakota

Kajian Pilihan di Masjid Istiqlal, Ceramah Terakhir Rasulullah (Hadist 8 s/d 12)

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang