31.2 C
Jakarta
26 April 2024 - 19:10
PosBeritaKota.com
Syiar

Khutbah Jum’at, HABIB JINDAN BIN NOVEL Sebut Rasulullah SAW Tauladan Agung Bangun Peradaban Berbasis Masjid

JAKARTA (POSBERITAKOTA) □ Seyogyanya umat Islam menunjukkan ke dunia ini keindahan Islam di dalam bidang apapun. Seseorang mukmim di manapun dia ditempatkan dan sebagai apapun, harus memberi manfaat. Sebagai Presiden, ia mukmin. Sebagai menteri, pejabat atau pedagang, ia mukmin.

“Sebagai mukmin, di manapun ia memberi manfaat. Manfaat kepada semua, membantu dan memberi, menunjukkan keindahan Islam di dalam profesinya,” ungkap Habib Jindan Bin Novel Bin Salim Bin Jindan selaku khotib sholat Jum’at di Masjid Istiqlal, Jakarta, 4 Rabiul Awal 1444 H/30 September 2022 M.

Pimpinan Yayasan Al-Fachriyah, Tangerang (Banten) tersebut dalam melanjutkan khutbahnya, mengatakan bahwa hendaknya setiap mukmin bisa mengangkat citra Islam. Bukan malah sebaliknya, menjatuhkan citra agama Islam.

Menurut Habib Jindan bahwa Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam dalam berjihad selalu berpesan untuk dilakukan dengan aturan, rahmat dan kasih sayang. Ketika dalam peperangan, kepada para sahabat dan umat Islam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalla berpesan agar tidak mengganggu wanita, anak-anak, tidak menggangu orang-orang yang sedang beribadat di kuil atau tempat ibadah mereka.

“Tidak boleh diganggu atau dirusak, serta tidak boleh mengganggu orang yang tidak berhubungan dengan peperangan,” ungkapnya, panjang lebar.

Pada saat sahabat Ali bin Abi Thalib karramahullah wajhahu yang ditunjuk sebagai panglima satu peperangan, Ali bertanya kepada Rasulullah/Baginda Nabi Muhammad SAW, apa yang harus dilakukan? Rasulullah SAW pun menjawab, ajaklah mereka kepada Islam.

Dikisahkan Habib Jidan bahwa Rasulullah berpesan : “Demi Allah, engkau mengajak satu orang ke jalan hidayah, lebih baik dari engkau bawakan harta rampasan perang ataupun kekuasaan sebuah negeri. Sebab, itu bukan yang dicari, tapi aku ingin semua orang mendapatkan hidayah.”

Selanjutnya, manakala para sahabat dan umat Islam gugur dalam peperangan, salah seorang dari sahabat mendatangi Nabi dan memintanya untuk mengutuk mereka yang telah memerangi umat Islam.

Rasulullah SAW pun mengungkapkan bahwa dalam situasi perang, aku diutus bukan sebagai tukang caci maki dan tukang laknat, itu bukan aku. Sekalipun dalam situasi perang, aku diutus sebagai rahmatan lil’alamin bagi alam semesta ini,” ucap Habib Jindan, menukil dialog Rasulullah SAW dengan para sahabat dan umat Islam yang tengah membela agama Islam tersebut.

Ditambahkan dia, ketahuilah dan camkan bahwa agama Islam tidak dibela dengan makian, agama Islam tidak dibela dengan cacian. Agama Islam berjaya di bumi Indonesia ini, di semua tempat di penjuru dunia ini, yaitu dengan rahmat dan dengan kasih sayang. Juga dengan kegigihan dan kesungguhan dalam menjalankan ajaran dan dakwah Nabi Muhammad SAW.

“Kita diperintahkan menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, itu betul. Amar ma’ruf yaitu untuk memerintahkan manusia pada kebaikan dengan cara baik-baik. Nahi Mungkar, mencegah manusia dari kemunkaran, juga dengan cara yang baik (ma’ruf), bukan kita amar ma’ruf dengan cara nahi munkar. Atau, nahi munkar dengan cara munkar, jadi dua munkar.

Habib Jindan menambahkan di dalam menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, Nabi tidak pernah mencaci, mengatakan orang jahat selama-lamanya. Bahkan selama berdakwah, diuji, diteror, ditindas, diperangi. Tapi Nabi Muhammad SAW tak pernah mengeluarkan kata-kata kotor dan mengumpat. Rasullah SAW menampilkan keindahan Islam di dalam semua perilakunya.

Pada bagian lain lagi, dikatakan bahwa Rasulullah SAW dalam menjadikan masjid sebagai pusat pembinaan spiritual, pemikiran, aktifitas kemasyarakatan yang selanjutnya membentuk budaya dan peradaban, yaitu melalui Masjid Nabawi.

Rasulullah SAW berhasil merubah masyarakat Arab jahiliyah menjadi masyakat yang terbaik (Khaira Ummah). Beliau juga berhasil mengubah kampung kecil bernama Yatsrib yang tidak dikenal dan tidak masuk dalam peta menjadi Madinatul Munawaroh yaitu pusat peradaban yang gemanya sampai ke seluruh dunia,” cerita Habib Jidan.

Sebagaimana di Indonesia, lanjut Habib Jidan, pembangunan peradaban dan pendidikan di Indonesia dibangun bermula dari keberadaan sebuah masjid yang digunakan oleh para kiai mengajar. Kemudian, karena bertambahnya masyatakat yang ingin belajar dan datang dari tempat yang jauh, maka secara bertahap dibangunlah pondok-pondok tempat mereka menginap. Pada akhirnya, berdirilah sebuah pesantren tempat mencetak para ulama dan menjadi pusat pengembangan dan pendidikan Islam.

“Jadi, di Indonesia banyak pondok pesantren yang bermula dari berdirinya sebuah masjid sebagai tempat para kiai mengajar, sehingga dakwah berbasis kemasjidan yang Rasulullah ajarkan dapat berperan terus mendidik, mencerdaskan dan membangun peradaban umat Islam,” kata Habib Jidan, menutup khutbahnya. ■ RED/AGUS SANTOSA

Related posts

Pergi Umroh, CAMELIA PANDUWINATA LUBIS Berdoa Untuk Pribadi & Masyarakat Sumut

Redaksi Posberitakota

Antisipasi Virus Corona, BERSIH-BERSIH MASJID JAMI AL-IKHLAS RW 025 KEBALEN Sampai Jelang Ramadhan

Redaksi Posberitakota

Ceramah Keutamaan Bulan Ramadhan, USTADZ NUR ALI Ungkap Setelah Puasa Sebulan Penuh akan Diberi ‘Piala’ Idhul Fitri

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang