28.2 C
Jakarta
27 April 2024 - 11:04
PosBeritaKota.com
Syiar

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal, ‘ALAM KHAYAL Sebagai ALAM BARZAKH’

OLEH : PROF. DR. KH. NASARUDDIN UMAR, MA

SEPERTI dalam artikel yang terdahulu, di situ dijelaskan tempat atau keadaan pertengahan yang diapit oleh dua entitas, yakni antara wujud mutlak dan ketidakadaan mutlak. Dengan demikian, segala sesuatu selain Allah SWT, termasuk alam jabarut, alam malakut, alam kubur, malaikat, jin dan semua benda yang bergerak atau tidak bergerak, keseluruhannya dapat diasosiasikan sebagai alam khayal atau alam mitsal.

Alam khayal lebih banyak dipopulerkab Imam al-Gazali (W.1111), dan alam mitsal lebih banyak digunakan Ibn ‘Arabi. Meskipun berbeda makna kedua istilah itu oleh kedua ulama besar ini kurang lebih sama pengertiannya, yaitu sebuah dunia yang berada di antara wajib al wujub dan mutahil al-wujud.

Dunia maya sering dilukiskan sebagai sebuah keberadaan yang tampak nyata, tetapi jika dialami ternyata tampak halus, nyaris tak terbentuk. Ini mengingatkan kita kepada filosof Yunani, Anaxsimandes yang mengatakan asal usul alam semesta ini adalah atom.

Tales mengatakan dari air lalu yang lainnya mengatakan uap dan terakhir ada yang mengatakan energi, karena sesuatu yang tak terlihat bentuknya secara langsung, tetapi melalui guru atau mursyid yang bersangkutan.

Pandangan kalangan ulama tasawuf membedakan alam khayal itu ke dalam tiga bagian, yaitu :

1. Wujud yang muncul di dalam kosmos yang eksistensinya sama dengan imajinasi itu sendiri

2. Sesuatu yang mewujud di dalam makrokosmos yang menyekat antara alam kasat mata dan alam spiritual yang bersifat imajinasi belaka

3. Sesuatu yang mewujud di dalam mikrokosmos dimana diri manusia (al-nafs) merupakan realitas antara jiwa dan raga. Dengan demikian, alam khayal identik dengan citra (mitsal).

Alam khayal ini juga menjadi dinding (barzakh) antara alam ghaib dan alam nyata. Manusia sebagai bagian dari hakekat alam mitsal dianggap ‘dia bukan dia‘ (huwa la huwa). Manusia yang mencapai tingkat paling tinggi seperti Nabi Muhammad SAW sering disyairkan dengan kata : “Huwa basyarun la ka al-basyar” (Ia adalah manusia tetapi tidak sama dengan manusia).

Ia sebagai manusia karena tingkatan dan kapasitasnya masih belum mencapai puncak, tetapi menjadi ‘tidak seperti manusia’ ketika sudah mampu merasakan dirinya sebagai bagian dari eksistensi universal Tuhan (al-jam’iyyat al-uluhiyyah).

Al-khayal sebagai imajinasi hakiki sebuah prestasi spiritual yang sudah melampaui batas-batas personal. Ia benar-benar tidak lagi dipengaruhi subjektifitas diri dan lingkungan di sekitarnya. Ia seolah tidak lagi berwarna dan sudah mencapai derajat al-haq. Imajinasi yang belum matang masih riskan untuk lepas atau turun kepada imajinasi standar dan terbatas (al-khayal al-muqayyad).

Faktornya banyak. Di antaranya ialah ketidaksabaran untuk memelihara dan merawat maqam spiritual yang diraihnya. Imajinasinya masih belum mandiri kareba masih bergantung kepada mood emosional-spirital.

Seseorang bisa terus mengupayakan peningkatan kekuatan imajinasi sampai ke tingkat lebih permanen (al-khayal al-muthlaq) atau mencapai maqam tamkin menurut istilah Imam Qusyairi dalam Risalah Qusyairiyyah. Ketika seorang salik masih flukfuaktif, maka ia disebut berada dalam maqam talwin, berada dalam maqam talwin yang masih terkadang berubah.

Upaya untuk meningkatkan atau mempermanenkan capaian maqam spiritual tiada lain kecuali mempertahankan mujahadah dan riyadhah tanpa henti. Di samping itu, pengabdian tulus kepada masyarakat semisal mewakafkan diri untuk kemaslahatan umat dan pelestarian alam sebagai tempat yang tenang untuk menempa diri sebagai ‘abid‘ dan khalifah tetapi perlu konsisten dilakukan, tentunya sebatas kemampuan diri yang bersangkutan.

Jika seorang sudah sampai kepada kekuatan imajinasi puncak, kita perlu menghormati orang itu karena sudah menjadi kekasih Allah SWT. Wallahu a’lam. (***/goes)

Related posts

DEMI MENGAJAK SEKALIGUS MENEBAR KEBAIKAN, ‘SEJADAH BABE’ AKAN TERUS KONSISTEN LEWAT PROGRAM BERBAGI KE WARGA BABELAN BEKASI

Redaksi Posberitakota

SEBAGAI UMAT YANG DATANG BELAKANGAN, KATA USTADZ HUSNI MUBAROK : “KITA HARUS BERPEDOMAN KE AL-QURAN & AL-SUNAH”

Redaksi Posberitakota

Ingat Jangan Lupa Bayar Zakat, KYAI MUHAMMAD MAKHTUM Sebut Sikap Kedermawanan Telah Dicontohkan Rasulullah SAW

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang