34.3 C
Jakarta
29 April 2024 - 12:10
PosBeritaKota.com
Syiar

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ‘APA ITU ALAM MITSAL?’ (1)

OLEH : PROF DR KH NASARUDDIN UMAR, MA

SUATU ketika Nabi Muhammad SAW bersama Abu Bakar melewati sebuah pemakaman. Tiba-tiba, lantaran Nabi tersentak dan berhenti di salah satu makam. Abu Bakar pun bertanya, mengapa mereka berdua harus berhenti di makam itu.

Apakah engkau tak mendengar mayat ini merintih kesakitan disiksa lantaran tak bersih saat ia buang air?” Begitu tanya Rasul.

Abu Bakar sama sekali tidak mendengar suara itu. Lalu, Nabi mengambil setangkai pohon dan ditancapkannya di atas makam serta menjelaskan sepanjang tangkai itu masih segar, selama itu pula siksaan orang di bawah makam tersebut diringankan.

Dalam kesempatan lain, Ibnu Katsir dan beberapa kitab tafsir lainnya menceritakan seorang pemuda pedalaman (a’rabi) berjalan kaki selama tiga hari tiga malam untuk menjumpai Nabi. Sebab, ia merasa telah melakukan dosa besar. Pada Senin, ia meninggalkan desanya dan baru sampai di rumah Rasulullah pada Rabu.

Saat ia sampai di rumah Nabi yang terhubung dengan masjid, Si Pemuda itu menjumpai kenyataan bahwa banyak orang sedang bersedih. Ia heran dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi? Salah seorang sahabat menjelaskan, Nabi baru saja dimakamkan setelah ia wafat hari Senin, tiga hari lalu.

Mendengar berita itu, Si Pemuda menangis histeris dan tidak ada yang berhasil menghentikannya. Si Pemuda menjelaskan, kalau ia baru saja melakukan dosa besar dan kemudian datang berjalan kaki dari jauh untuk menemui Rasulullah, karena terdorong oleh satu ayat yang memberinya harapan.

Dan, Kami tidak mengutus seorang Rasul, melainkan untuk ditaati dengan izin Allah. Dan sungguh, sekiranya mereka telah mendzalimi dirinya sendiri datang kepadamu (Muhammad). Lalu memohon ampun kepada Allah dan Rasul pun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka mendapat Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang” (QS. an-Nisa/4: 60).

Si Pemuda berharap Rasulullah mau memintakan maaf kepada Allah atas dosa besarnya sebagaimana isyarat ayat ini. Namun, Rasulullah sudah wafat. Inilah yang membuat Si Pemuda tersebut terus meratap.

Menjelang Subuh, penjaga makam Rasulullah didatangi Rasulullah dan mengatakan: (gembirakanlah pemuda itu, karena Allah sudah mengampuninya).

Setelah mendengar penjelasan itu, Si Pemuda langsung berhenti menangis. Ia yakin apa yang disampaikan penjaga makam itu benar-benar pernyataan Rasulullah. Sebab, ia bersandar pada hadis sahih, “Barang siapa bermimpi melihat aku, akulah yang sesungguhnya dilihat. Satu-satunya wajah yang tak bisa dipalsu iblis hanya wajahku“.

Pertanyaan yang mengemuka di sini adalah bagaimana Rasulullah bisa mendengarkan ratap tangis di sebuah makam? Sedangkan orang lain tidak bisa mendengarnya. Bagaimana pula Nabi bisa memahami kalau ada pemuda meratapi dosa besar di dekat makamnya dan menjamin kalau dosa Si Pemuda itu telah diampuni Allah SWT?(***/bersambung/goes)

Related posts

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ‘BASMALAH Sebagai Simbol Konsekrasi’

Redaksi Posberitakota

Khutbah Jum’at, DR KH SOETRISNO HADI Bahas Refleksi Qurban dalam Tauladan Ketaatan & Taqarrub bagi Keluarga

Redaksi Posberitakota

Khutbah Jumat di Istiqlal, DR. KH. ALI NURDIN, MA Bahas Menghafal Al-Qur’an antara Anugerah Ilahi & Kecerdasan

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang