JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Cendekiawan Muslim Indonesia Bambang Saputra menyebutkan yang menjadi dasar untuk mengucapkan selamat Natal bagi seorang Muslim dan hal itu ada di dalam Al-Qur’an.
Kenapa? Karena, menurutnya, di dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 111, terdapat beberapa penjelasan tentang kisah-kisah terdahulu, tentu sebagai pelajaran bagi mereka pada masa sekarang.
“Penjelasan kitab suci itu menegaskan tentang betapa pentingnya kesadaran sejarah, sehingga menyampaikan kepada manusia kepada kesadaran spiritualnya akan Tuhan,” ucap Bambang Saputra kepada POSBERITAKOTA di Jakarta, Rabu (25/12/2024).
Selanjutnya, Bambang Saputra menjelaskan bahwa di dalam surat Ali Imran ayat 23 dinyatakan bahwa memang kebanyakan orang-orang yang telah diberi kitab terdahulu, juga telah banyak mendustakan dan mengingkari kebenaran.
Namun begitu, Bambang Saputra juga menyebutkan bahwa umat Islam selayaknya tidak mudah tersulut untuk enggan mengakui keberadannya. Sebab, salah satu rukun Iman adalah beriman kepada para Nabi dan Rasul Allah SWT.
“Sedangkan konsekuensi logis dari beriman kepada para Nabi dan Rasul itu adalah berikut dengan kitab suci mereka. Akan terasa kurang sempurna keimanan seorang, jika hanya mengimani para Nabi dan Rasul. Tapi enggan mengakui kitab suci yang dibawanya,” jabarnya.
Pada bagian lain, Bambang Saputra menuturkan hal yang kerap menjadi kontroversial ketika mengucapkan selamat atas kelahiran Isa Almasih, yakni dengan mengucapkan selamat Natal.
Menurut dia lagi bahwa hal tersebut sama halnya dengan merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW yakni dengan penuh keiklasan, karena merupakan utusan Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia.
“Ayat Al-Qur’an yang selalu menjadi dasar perdebatan mengenai kapan persisnya Isa Almasih dilahirkan terdapat dalam Surah Maryam ayat 25: “Dan, goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu’,” imbuhnya.
Diutarakan Bambang Saputra lebih lanjut bahwa dalam ayat Al-Qur’an itu menggelitik sebagian para pemikir Islam untuk menafsirkan bahwa Isa Almasih dilahirkan pada musim panas. Menurut ilmu alam, pohon kurma berbuah dan siap dipanen itu hanya pada musim panas, yaitu sekitar bulan Juni hingga Agustus.
Bambang Saputra juga mengungkapkan bahwa penafsiran demikian itu dalam teori ilmu pertanian modern sekarang sebenarnya tidaklah relevan. Sebab, kecanggihan teknologi pertanian telah dapat merekayasa kapan pun tanaman bisa berbuah pada masa tertentu sesuai yang diinginkan.
“Apalagi ayat itu jika dipandang secara teologis, Tuhan Maha Kuasa atas segalanya, takdir seluruh alam berada dalam genggaman-NYA, segala makhluk tunduk atas perintah-NYA. Maka, tidak begitu relevan kalau cuman sekadar menggeserkan waktu berbuah pada pohon kurma dari musim panas ke musim dingin, seperti banyak pendapat yang dikemukakan orang,” kata doktor hukum alumni FH Universitas Padjadjaran tersebut.
Namun terlepas dari adanya perbedaan pendapat itu, Bambang Saputra menekankan yang jelas Al-Qur’an dalam surah Al-Ahzab ayat 56 mengatakan ; ‘Sesungguhnya Allah dan para malaikat-NYA bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya’.
Ditambahkan bahwa ayat tersebut, ditujukan untuk Nabi Muhammad SAW sebagai ucapan selamat sejahtera atasnya. Demikian pula ucapan selamat yang tidak berbeda atas Isa Almasih dalam surah Maryam ayat 33. “Dan, kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”
Menurut Bambang Saputra bahwa lantunan bunyi ayat itu menegaskan adanya ucapan selamat sejahtera atas kelahiran Isa Almasih. Namun, kebanyakan umat Islam enggan melakukannya. Atau, bahkan walau hanya sekadar mengucapkan selamat atas kelahirannya.
Padahal kitab suci Al-Qur’an pun telah mencontohkan ucapan selamat sejahtera atas kelahiran Nabi yang terlahir tanpa seorang bapak tersebut. © RED/AGUS SANTOSA