JAKARTA (POSBERITAKOTA) □ Meski setahun lebih lagi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, namun gaungnya sudah mulai hangat. Bahkan nyaris jadi bahan perbincangan di kalangan generasi Zaman Now. Itu lantaran mereka juga concern alias memiliki ketertarikan pada dunia politik.
Dalam karakter generasi Zaman Now itu sendiri, juga terbagi dua. Pertama, ada yang mengidolakan sosok pemimpin lembut, terkesan jujur dan doyan kerja. Kriteria untuk itu pilihannya tentu pada Joko Widodo (Jokowi).
Kedua, ada pula mereka atau generasi Zaman Now, justru lebih suka kepada pemimpin yang tegas, meledak-ledak atau mirip orator serta berwawasan tinggi soal kenegaraan. Pasti tak lain bakal menjatuhkan pilihan kepada sosok Prabowo Subianto.
Nah, bagaimana kata mereka, generasi Zaman Now? Meski baru masuk atau mengenal dunia politik, karena dijejali oleh pengaruh media sosial (Medsos), peran mereka jelas sangat menentukan. Boleh jadi juga pada Pilpres 2019 mendatang, justru mereka mau terlibat atau terjun sebagai penggembira, karena dua sosok Jokowi dan Prabowo yang tarung di Pilpres 2019.
“Aku sih memang mengidolakan Jokowi. Bukan karena sosoknya yang sederhana, terkesan jujur dan mau kerja keras. Tapi juga karena sangat dekat dengan rakyat dalam berbagai kesempatan,” ucap Indri, remaja asal Jakarta Timur saat diwawancarai POSBERITAKOTA.Hal senada juga diungkapkan Rizky, generasi Zaman Now asal Tegal. Ia bilang sosok Jokowi tak neko-neko. Selama jadi Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta sampai Presiden RI, sangat menyenangkan dan tak ada masalah dengan masalah korupsi.
“Kalau gue sih tetep kepengin Jokowi jadi Presiden RI lagi. Meski kalau diadu sama Prabowo, ya sama kuat. Sebab, banyak juga anak muda yang mengidolakan Prabowo yang berlatar belakang pensiunan militer,,” kata dia.
Sedangkan Okta, mahasiswi di Jakarta bilang sangat terinspirasi dengan pemikiran-pemikiran Prabowo Subianto. Dalam beberapa kali tampil dan memberi statement, ternyata sangat membuat anak-anak muda tercengang.
“Itu lho yang diungkapan belum lama ini bahwa Indonesia bakal bubar di tahun 2030 mendatang. Bisa saja itu terjadi, jika Kepala Negara atau Presiden tak punya pemikiran yang jauh ke depan,” tutur mahasiswi jurusan jurnalistik tersebut.
Sementara itu Rama juga menuturkan bahwa Indonesia dibutuhkan sosok pemimpin yang tegas. Juga punya visi dan misi ke depan. Harus kuat dari pengaruh asing. Jangan sampai bangsa dan negara Indonesia, dicaplok sama orang asing.
“Kepala negara atau Presiden RI ke depan, harus pintar dalam berkomunikasi. Juga dibarengi wawasan kenegaraan yang kuat. Makanya, jangan deh, Indonesia dipimpin oleh orang yang punya kesan klamar–klemer. Apalagi disetir oleh kepentingan kelompok tertentu pungkas Rama. □ RED/GOES