30.8 C
Jakarta
22 November 2024 - 13:44
PosBeritaKota.com
Syiar

INI DI BABELAN BEKASI, PROGRAM ‘SEJADAH BABE’ SENTUH WARGA YANG DIDERA KESULITAN HIDUP AKIBAT PANDEMI

BEKASI (POSBERITAKOTA) – Tak sedikit warga masyarakat semakin didera kesulitan hidup akibat pandemi COVID-19 yang berkepanjangan ini. Bahkan untuk mencari penghidupan sehari-hari saja, terkadang sulitnya bukan main. Kemudian mereka pun harus beralih profesi atau terpaksa pindah dari pekerjaan awal, tentu demi mendapatkan sesuap nasi atau asal dapur keluarga bisa ngebul.

Masih mensikapi kondisi yang ada, aksi sosial keagamaan dengan brand program kegiatan ‘SEJADAH BABE’ (Sedekah Jum’at Berkah & Amal Jariyah – Babelan – Bekasi) kembali menyasar (menemui) mereka untuk berbagi sebanyak 30-an nasi boks dan aqua botol. Nampak wajah sumringah terlihat dari mereka saat ditemui.

“Kami mencoba berbagi dengan mereka. Alhamdulillah, meski dalam bentuk nasi boks dan aqua botol, mereka tetap mengucapkan rasa syukur. Karena bisa dapat sarapan pagi. Justru ditengah masih berlangsungnya masa pandemi seperti sekarang, dimata mereka kok masih ada yang mau ikut perduli,” jelas M. Zein Malawat, Koordinator Lapangan (Korlap 2) ‘SEJADAH BABE‘ kepada POSBERITAKOTA, Jumat (13/8/2021).

‘SEJADAH BABE’ lahir atau muncul dari sebuah komunitas warga atau jamaah Masjid Jami Al-Ikhlas RW 025 VGH Kebalen, Babelan, Bekasi yang ikut prihatin terhadap kondisi yang sedang terjadi saat ini. Ternyata betapa banyak warga masyarakat yang membutuhkan support. Contohlah negara atau masyarakat Jepang, karena saling support dan peduli dengan sesama, akhirnya mereka bisa cepat terbebas dari masa pandemi COVID-19.

Adalah Nisin, pedagang buah kecil-kecilan yang menjajakan dagangannya di pinggir jalan raya di wilayah Kampung Pintu (Desa Babelan Kota), mengaku kehilangan penghasilan sampai 80 persen. “Cari makan sekarang ini, semakin susah aja dah!” Begitu keluh kakek berusia 70 tahun tersebut.

Kesulitan mencari penghasilan juga dirasakan rekan Nisin (pekerja serabutan), yakni Ismail (buruh petani kebun) dan Antra. Ketiganya merupakan sahabat sejati sejak kecil. Mereka sama-sama merasakan kesulitan untuk mendapatkan penghasilan yang cukup demi kehidupannya sehari-hari. Oleh karenanya, mereka berdua jadi sering mengandalkan bantuan dari anak-anaknya.

“Saya cuma pekerja serabutan. Dari dulu kerja saya cuma jadi buruh petani kebun di Desa Babelan Kota. Kalau tanaman kangkung, bayam atau terong sudah dipanen, ya harus nunggu waktu lama lagi untuk mendapatkan penghasilan dengan cara bagi hasil,” ucap Ismail.

Hal senada juga dirasakan Ramadi (tukang kebun) dan Solih (penjaga sekolah). Masa pandemi bikin kegiatan sekolah atau belajar dan mengajar sempat terhenti lama. Sementara sang istri jadi tidak bisa jualan makanan atau jajanan. Padahal itu lumayan buat penghasilan tambahan.

Ada lagi Sontani (50 tahun), pemulung yang sebelumnya jadi tukang ojek. Motor miliknya terpaksa harus ditarik debt colector. “Dan, baru dua bulan ini, kerja jadi pemulung barang-barang bekas. Lumayan, bisa dapat antara Rp 40 sampai Rp 60 ribu seharian, hasil dari menjual barang yang dipulung,” tuturnya.

Aryati, ibu rumahtangga, mengaku terpaksa harus bantu-bantu suami untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Ia menjajakan atau menjual bambu dan sejumlah aneka bendera merah putih untuk acara Agustusan. Hasilnya, kata dia, sehari-hari bisa dapat untung antara Rp 50 ribu atau Rp 100 ribuan.

“Suami saya juga kerja. Jaga dagangan tanaman hias di sekitar sini. Tinggal di Babelan, Bekasi sebagai perantau. Saya dan keluarga sudah meninggalkan kampung halaman, Cirebon, Jawa Barat,” tutur Aryati yang didampingi suaminya, Nasib.

Beda lagi yang dirasakan Gunawan, perantau dari Majenang (Cilacap), Jawa Tengah. Sudah setahun jadi pedagang hewan burung dara di sekitar Masjid At-Taqwa Ujung Harapan, Kelurahan Bahagia, Babelan, Bekasi. Pembeli tak seramai sebelum masa pandemi.

“Saya dulu jualan di sekitar PUP (Pondok Ungu Permai). Terus pindah ke sini. Karena suasana pandemi, penghasilan merosot tajam. Saya dan keluarga sudah pindah ke Bekasi semua,” tutur pria berusia 50 tahun dan ayah dari 3 anak tersebut.

Boleh jadi ada ratusan atau bahkan ribuan warga seperti Sontani, Engkong Manta dan Engkong Suan di wilayah Babelan yang tak pernah tersentuh bantuan sosial (Bansos). Mereka seperti ‘dibiarkan‘ hidup dalam kesulitan oleh Pemerintah, akibat perekonomian di masyarakat ikut ‘jeblok‘ gegara (gara-gara/red) ada pandemi. Jangankan untuk menabung atau punya persediaan makanan buat sehari-hari. Buat makan satu hari ini saja, kadang kagak punya.

Program aksi sosial keagamaan ini mencoba untuk terus perduli dengan cara berbagi ke warga masyarakat, khususnya di wilayah Babelan, Bekasi. Untuk sementara komunitas jamaah dan warga yang tergabung di ‘SEJADAH BABE‘ dikomandoi Agus Santosa (Ketua), Pujo Gandung (Sekretaris), Muharom (Bendahara Umum), Slamet Sahuri (Bendahara Event), Cecep Supriatna (Korlap 1 Event) dan M. Zein Malawat (Korlap 2 Event). Sedangkan basecame sementara di Jalan Anggrek 3 Blok AN-14/No.6 RW 025 Perum Villa Gading Harapan (VGH) Pintu Timur, Kebalen, Babelan, Bekasi. □ RED/GOES

Related posts

Sholat Taraweh Pertama, WARGA RW 25 VGH KEBALEN BEKASI Semangat Memadati Mesjid Al-Ikhlas

Redaksi Posberitakota

Gelar ‘Festival Ramadhan’, IKRAR RW 025 VGH Layani Warga Pesan Kebutuhan Buka Puasa

Redaksi Posberitakota

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ‘APA ITU ALAM MITSAL?’ (1)

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang