JAKARTA (POSBERITAKOTA) □ Dalam momentum bulan suci Ramadhan 1444 Hijriyah/Tahun 2023 Masehi kali ini, jelas berbeda apa yang dilakukan artis kondang yang juga dikenal sebagai kader Partai NasDem, Ageng Kiwi. Demi membangkitkan kenangan masa lalunya, ia sengaja ‘berburu takjil‘ di 3 kota besar seperti Jakarta, Purwokerto hingga Cilacap (Jawa Tengah).
“Dari kedua kota di Jawa Tengah, yakni Purwokerto dan Cilacap, bisa disebut masa lalu aku yang penuh kenangan. Sebab, sebelum aku hijrah ke Ibukota Jakarta untuk meraih obsesi jadi artis terkenal, justru di sanalah banyak kenangan yang sulit untuk dilupakan,” curhat Ageng Kiwi yang punya nama asli Ageng Wahono itu kepada POSBERITAKOTA, Rabu (12/4/2023).
Artis serba bisa satu ini, mengaku lahir di Kota Cilacap (Jawa Tengah). Masa kecil dan remaja dihabiskan di sana. Kemudian, sempat tinggal beberapa waktu lamanya di Kota Purwokerto. Dari situlah, darah seni untuk bidang vokal (nyanyi) mulai tumbuh. Sampai akhirnya memutuskan harus hijrah ke Ibukota Jakarta di tahun 90-an akhir, tentu demi melampiaskan tekadnya jadi seorang artis.
Bagaikan ingin mengangkat alam bawah sadarnya alias kenangan terindah masa lalu kehidupannya, Ageng Kiwi terinspirasi melakukan semacam ‘turing‘ di 3 kota tersebut di atas. Karena bertepatan di bulan suci Ramadhan, ia pun berburu dan berbagi takjil ke warga masyarakat yang ditemui.
“Sebenarnya sih, turing berburu takjil seperti ini, saban tahun selalu aku lakukan. Sebab, ini adalah cara aku untuk mensyukuri dan menikmati Ramadhan. Yang pasti, sangat nikmat saat berburu takjil yang dulu pernah aku nikmati dimasa kecilku. Kenikmatannya sungguh sangat luar biasa,” ungkap pelantun tembang hits berjudul ‘Irama Cinta‘ itu lagi.
Pada saat di Jakarta artis, diakui aktor yang pernah ikut main dalam produksi film ‘Hantu Gudang Cibubur‘ dan memproduseri film ‘Santet Goyang Dangdut’ – justru berburu Kolak Pisang, Bubur Sumsun, Asinan dan Kerak Telor. Berbeda ketika di kota kelahirannya di Cilacap, Ageng Kiwi malah berburu Tempe Bongkrek, Kepiting Blenes, Sate Ayam Cilacap, Tempe Mendoan serta Donat Gembus.
Kemudian, lain lagi begitu berada di Kota Purwokerto. Ageng Kiwi malah berburu dan menyantap makanan khas Kraca, Candil, Kembang Pacar, Mie Tayel, Getuk Goreng dan banyak lagi. Makanan khas yang dijajakan setiap bulan puasa.
Sejatinya, pedangdut asli asal Kota Cilacap (Jawa Tengah) satu ini, sejak lama sangat menggemari Kuliner Nusantara. Contohnya manakanan khas Indramayu, yakni Pindang Ikan Kepala Manyung atau yang populer dengan sebutan Pindang Gombyang. Nah, kalau soal taste kuliner, Ageng Kiwi tak sungkan-sungkan berburu ke mana saja, meski harus keluar kota.
Hal lain yang cukup menarik, karena Ageng Kiwi tak sungkan-sungkah pula merangsek hingga ke pelosok desa, gang sempit dan bahkan pasar tradisional yang becek. Sedangkan yang terpenting adalah bisa menemukan atau mendapatkan makanan atau takjil yang dicari.
Namun nniknya lagi, keikmatan itu tidak cuma dinikmati sendiri. Takzilan yang dibeli malah disantap bersama masyarakat sekitarnya. Tak jarang, ia juga sengaja mengundang teman masa kecil atau sekolahnya untuk sekedar bereuni kecil di tempat itu.
“Yang pasti Jakarta, Cilacap dan Purwokerto punya kenangan tersendiri buat aku. Berkarier, masa kecil, masa remajaku ya di 3 kota tersebut. Khususnya Cilacap, dimana kedua orang tuaku berasal,” kenang penyanyi yang dikenal supel bergaul tersebut.
Pada bagian lain, ternyata Ageng Kiwi bukan cuma berburu dan membagi-bagikan takjil. Malah di 3 kota itu juga tampil sebagai bintang tamu dalam pelbagai acara yang tengah digelar. Biasanya, ia cukup membawakan 2 atau 3 lagu lagunya. Salah satunya lagu miliknya sendiri yang berjudul ‘Allah Maha Segalanya’.
Sosok Ageng Kiwi memang tergolong sebagai seniman produktif. Hal ini dibuktikan dengan sejumlah kiprah dan karya yang dihasilkannya dengan gemilang. Tembang ‘Allah Maha Segalanya’ itu menjadi momentum yang tepat, karena bergenre musik religi dan dibawakan di bulan suci Ramadhan.
“Bahkan lewat lagu itu, aku mencoba menggugah hakekat manusia sebagai tempatnya salah, khilaf dan perlu selalu bersyukur,” imbuh Ketua Komunitas Amal Sedekah Ikhlas Hati (KASIH) itu, lagi.
Tentang lagu religi berjudul ‘Allah Maha Segalanya‘, menurut Ageng Kiwi, juga memiliki spirit doa. Justru pada saat momentum Nuzulul Qur’an dan malam-malam Lailatul Qadar, jelas dia, sebagai waktu-waktu mustajabnya berdoa, terutama untuk meminta ampunan kepada Allah SWT. □ RED/AGUS SANTOSA