28.2 C
Jakarta
27 April 2024 - 09:12
PosBeritaKota.com
Syiar

APALAGI KETEMU MODEL DAKWAH HITAM PUTIH, USTADZ MILENIAL IMADDUDDIN BILANG ANAK ZAMAN SEKARANG TAK CUKUP MODAL AGAMA SAJA

JAKARTA (POSBERITAKOTA) – Pemahaman teks agama yang kaku, hitam-putih dan tekstualistik – cenderung mengarah pada kemungkinan terjadinya tindak kekerasan. Klaim-klaim kebenaran pun kerap menimbulkan sikap anti-pluralisme.

Pandangan tersebut diungkapkan Ustadz Milenial, Imadduddin, saat diwawancarai melalui sambungan telepon oleh POSBERITAKOTA, Minggu (10/10/2021).

Nah, bagaimana menurut ustadz, bentuk dakwah yang ideal bagi masyarakat Indonesia yang pluralis? “Tidak menghakimi sesama. Apalagi menghakimi orang-orang yang dinilai berbuat dosa. Tapi memberi contoh secara nyata. Dimulai dari pola fikir dalam memahami setiap masalah dalam hidup di jalan Allah SWT,” ucap dia.

Perintah taqwa itu sendiri, ditambahkan Ustadz Imadduddin, merupakan pesan langit yang harus diraih – diikhtiarkan dan sekaligus diusahakan. Ketaqwaan itu akan berdampak pada kesetaraan sosial di lingkungan masyarakat. Ber-Islam yang implementatif berupa amal (perbuatan) nyata dan juga langsung dirasakan.

“Kitab suci tidak disikapi sebagai dogma mati (tekstual). Melainkan kontekstual. Memberi kontribusi nyata untuk kemanusiaan. Agama hadir untuk memenuhi panggilan kemanusiaan, yaitu melayani,” tutur Ustadz Milenial asal Banyuwangi yang menetap di Pulau Dewata (Bali) tersebut.

Menurutnya sebagai generasi yang lahir di era Milenial, sadar betul hidup di era generasi Z. Berbeda misalnya dibanding generasi sebelumnya, generasi X dan generasi Y. Generasi Milenial (generasi Z), imbuhnya, memiliki hidup yang sangat digital.

“Untuk generasi Z bisa dengan mudah mengadopsi trend global, lantaran akses internet sangat mudah. Terlebih setelah Facebook dan Twitter, sosial media (Sosmed) seperti Instagram, Snapchat dan aplikasi Tiktok makin digandrungi anak-anak masa kini,” beber ustadz muda pengagum penyanyi dan musisi Aunur Rofiq Lil Firdaus alias Opick dan Ustadz Jefri Al Buchori (UJE) tersebut.

Ustadz yang juga dikenal sebagai seorang motivator ini, kemudian menilai bahwa generasi Z berada di kategori kreator. Seluruh konten yang diunggah ke sosial media, ia bilang sama dengan artinya menyebarkan karya ke ruang publik.

“Yang jelas, anak muda saat ini banyak memanfaatkan ruang di sosial media secara kreatif. Kemudian mereka gunakan untuk berkreasi, termasuk menyampaikan risalah dakwah,” kata penyuka warna hitam dan maroon serta penggemar Moge (Motor Gede) dan Adventure off-Road itu lagi.

Ustadz Imadduddin juga tidak mau ketinggalan memanfaatkan Sosmed sebagai kreatif dakwahnya. Ia memiliki sejumlah akun di sejumlah sosial media yang dapat diakses. Antara lain adalah Fb.imadduddin, Tiktok .imadduddin05, Ig.Imadduddin05, youTube.bang imadduddin real dan snack vidio.imadduddin05.

Meski begitu, motivator yang pernah menjadi tenaga volunteer untuk pengembangan sumber daya manusia masyarakat lokal Papua satu ini, berharap agar sahabat hijrah sudah harus memikirkan untung dan ruginya ketika share sesuatu di sosial media.

“Kenapa? Karena apapun yang dishare jika hal baik akan mendapat pahala, begitu sebaliknya. Makanya, mari kita menggunakan Sosmed untuk mencari pahala jariah dengan membagikan sesuatu yang bermanfaat di jalan Allah SWT,” ungkapnya, panjang lebar.

Berbeda dari kebanyakan ustadz atau da’i yang selama ini kerap menerima upah dari dakwahnya. Sebaliknya Ustadz Imadduddin – selain tidak menerima bayaran, ia justru banyak membantu serta menganjurkan semangat berderma dan menolong orang. Ustadz juga melakukan edukasi tentang urgensinya sikap filantropi untuk meraih kebahagiaan hidup dunia akhirat.

“Ikutilah mereka yang berdakwah (amar makruf) tidak meminta upah. Merekalah sesungguhnya hamba Tuhan yang diberi hidayah,” kata ustadz Imadduddin, mengutip nash Al-Quran Surat 36:21.

Lantas darimana ia dapat memenuhi kebutuhan hidup? Ia bekerja sebagai profesional di sebuah perusahaan multi internasional di bidang jasa hotels, hospitals, catering, banking serta bisnis pertambangan. Ustadz Imadduddin menduduki jabatan strategis, sebagai Project Design Expertise.

Spirit filantropis, kedermawanan ini masih memerlukan penguatan agar berdampak terhadap kehidupan masyarakat luas. Kesadaran berinfaq, bershodaqah dan berwakaf. Sekaligus mengubah mental orang yang senang menerima sedekah menjadi pemberi sedekah,” tegas motivator yang meraih sejumlah penghargaan. Antara lain sebagai Manager Terbaik PT. Pangansari CSTS Project Tahun 2020 lalu.

Bahkan Ustadz Imadduddin juga tengah mengembangkan hobi berkeseniannya. Apa itu? Diantaranya di dunia seni peran. Belum lama ini ia didapuk menjadi aktor klip penyanyi Ageng Kiwi.

Tidak tanggung-tanggung, ia juga dikontrak membintangi 3 klip sekaligus. Masing-masing berjudul; Allah Maha Segala’, ‘Terlalu’, dan lagu Daripada Daripada’. Lagu yang juga diciptakan Ageng Kiwi ini aransemen musiknya dikerjakan musisi Echal Gumilang.

“Sebagai bentuk mensyukuri nikmat Allah SWT, saya berharap ada sinkronisasi dan integrasi antara profesi, hobi dan pengabdian. Bagaimana menggabungkan semua potensi ini berguna, sebagaimana harapan saya bisa menjadi manusia bermanfaat di dunia dan akhirat,” harapnya.

Pekan lalu, Ustadz Imadduddin juga tampil memberi ceramah di acara konser “Malam Kasih Untukmu, Pray for Pekerja Seni” yang diselenggarakan Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan dan Komunitas Amal Sedekah Ikhlas Hati (KASIH). Acara yang melibat puluhan artis Ibukota ini disiarkan secara live streaming dari DK Musik Lab, Karawaci, Tangerang Banten, Rabu (06/10/2021) lalu.

Sedangkan pada penghujung obrolannya, Ustadz Imadduddin, menyampaikan bahwa anak zaman sekarang pemahaman agama saja tidak cukup. Apalagi model dakwah hitam-putih yang hanya ‘nakut-nakuti’ : dosa; pahala; surga; neraka.

“Anak-anak sekarang perlu teladan. Sosok panutan yang mereka percayai. Di sinilah pentingnya sosok yang dapat menjadi panutan. Memiliki kompetensi serta tidak bersikap otoriter dan merasa paling benar,” bebernya.

Harapan ustadz sederhana, yakni bagaimana kita menata hati. Islam disikapi sebagai ajaran cinta kasih; rahmatan lil’alamiin. Lebih ke budi pekerti; ahlaqul karim. Bagaimana komunikasi sosial kita kondusif ditengah bangsa yang pluralis; majemuk, beda suku, beda agama dan lain-lain.

“Amalan yang kita kedepankan menurut saya bagaimana kita menata al-Qalbu; hati; jiwa, hiasannya al-Jalal (kemuliaan). Dengan begitu, Insya Allah atas izinNya sampailah kita di gerbang al-Ra’fah (kesantunan); innama buistu liutammima makarimal akhlaq. Teruslah bersyukur dan perhatikanlah kepentingan orang lain,” pungkasnya. ■ RED/AGUS SANTOSA

Related posts

Bersama Para Artis & Komedian, PESANTREN KOBONG AL FAQIH DEPOK Gelar Malam Nisfu Sya’ban

Redaksi Posberitakota

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, PUASA Bicara al-Sukut wa al-Shumt (1)

Redaksi Posberitakota

ACARA MAULID NABI MUHAMMAD SAW, BAH KASPIN ISI TAUSIYAH DI MASJID AL-MUNA DESA CENGKONG PURWASARI KARAWANG

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang