27.8 C
Jakarta
29 March 2024 - 21:25
PosBeritaKota.com
Syiar

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, ‘RELASI TUHAN & HAMBA’ (2)

OLEH : PROF. DR. NASARUDDIN UMAR, MA

DENGAN kata lain, tanpa lokus maka nama-nama dan sifat Tuhan tidak mungkin dapat teraktualisasi. Jika itu semua tidak bisa teraktualisasi, nama-nama dan sifat itu menjadi tidak berarti. Selanjutnya, seandainya nama-nama dan sifat itu tidak punya arti, untuk apa Tuhan memperkenalkan kapasitas Wahidiyat-NYA?

Padahal, Tuhan dengan penuh perencanaan menciptakan makhluk-makhluk-NYA untuk mengenal diri-NYA, sebagaimana disebutkan dalam hadist qudsi yang terkenal dalam dunia tasawuf, “Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu“. Artinya : “Barang siapa mengenal dirinya, maka pasti mengenal Tuhannya“.

Dalam perspektif tasawuf, hubungan primer Allah dan makhluk-NYA terjalin bagaikan langit dan bumi, jiwa dan roh serta Yang dan Yin. Tuhan adalah Maha Agung, Maha Tinggi, Maha Terang dan Maha Kreatif. Sedangkan makluk-NYA kecil, rendah, gelap dan reseptif atau menerima pengaruh (ma’tsur/Yin).

Di dalam mengimplementasikan kapasitasnya sebagai khilafah alam semesta (khalaif al-ardi), manusia (mikrokosmos) juga mempunyai kapasitas Yang, karena ia harus memberi pengaruh terhadap alam semesta (makrokosmos) sebagai Yin.

Kapasitas Yang yang diperoleh manusia tentu berbeda dan tak dapat dibandingkan dengan kapasitas Yang Tuhan. Sedangkan kapasitas Yang pada diri manusia tetap dalam kapasitasnya sebagai hamba (‘abid) yang manusia secara total harus tunduk dan patuh kepada Tuhan sebagai Ma’bud.

Allah SWT sendiri dalam kapasitasnya sebagai Tuhan (Rab dan Ilah) mempunyai kapasitas Yin, karena Ia mencipta dan memelihara makhluk-NYA dengan penuh kasih sayang. Dengan demikian, selain memberi pengaruh (mua’atstsir) dalam kapasitasnya sebagai al-Jalal, Ia juga menerima pengaruh (ma’tsur) dalam kapasitasnya sebagai al-Jamal.

Namun kapasitas jamaliyyah Tuhan tentu tidak bisa disetarakan dengan jamaliyyah manusia. Bagaimana pun manusia sebagai bagian dari makhluk dan hamba terikat kepada subhanahu wata’ala. Allah SWT sebagai Tuhanmembutuhkan‘ hamba untuk disebut sebagai Tuhan, karena sulit membayangkan sosok Tuhan tanpa hamba.

Sebaliknya, manusia tidak mungkin ada dan mewujud sebagai hamba tanpa adanya Tuhan yang menciptakan dan sekaligus sebagai Tuhannya. Dengan demikian, Tuhan dan hamba saling membutuhkan dalam kapasitas yang berbeda. Relasi hamba kepada Tuhan adalah menyembah (ta’abbud) dan relasi Tuhan terhadap hamba-NYA adalah memberikan anugerah (isti’anah). □ (***/goes)

Related posts

Demi ‘Amar Ma’ruf Nahi Munkar’, Maka Janganlah Bosan Menyampaikan Kebaikan

Redaksi Posberitakota

Bisa di Masjid atau Lapangan, MENAG FACHRUL RAZI Izinkan Masyarakat Gelar Sholat Idhul Adha 1441 H

Redaksi Posberitakota

Hadirkan Ustadz Dasim SPd.I, MUSHOLA BAITUL JANNAH di Perumahan Desa Cengkong Karawang Gelar Talim Rutin & Halal Bi Halal

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang