31.5 C
Jakarta
27 April 2024 - 19:25
PosBeritaKota.com
Syiar

Goresan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, PUASA : Recharging Energi Spiritual (2)

OLEH : PROF DR KH NASARUDDIN UMAR MA

SEBAGAI orang yang berpuasa, selayaknya bukan saja menaruh dan perhatian kepada sesama manusia, melainkan juga kepada makhluk-makhluk Tuhan yang lain. Idealnya, orang yang berpuasa sudah dapat menciptakan kualitas ukhuwah basyariyah, ukhuwah Islamiyah, dan ukhuwah makhluqiyyah sebagai sesama ciptaan Tuhan.

Kualitas mutaqin yang dijanjikan Tuhan bagi mereka yang menjalankan puasa secara ikhlas dan baik bukanlah janji sederhana. Kualitas mutaqin merupakan dambaan setiap orang. Selain akan dilihat sebagai rahmat oleh sesama manusia dan sesama makhluk Tuhan, yang bersangkutan juga akan mengalami pengalaman spiritual yang mengasyikkan.

Seorang yang memiliki takwa akan merasakan kelapangan dada, meniru sifat Tuhan yang Mahalapang (Alwasi’). Hujatan dan celaan atau pujian dan sanjungan, apapun yang ditujukan orang kepadanya, tidak lagi akan ditanggapi dengan emosi yang berlebihan karena dadanya sedemikian lapang hingga mampu menampung semuanya.

Berbeda dengan orang yang tidak memiliki unsur ketakwaan, selalu diwarnai suasana batin yang fluktuatif. Jika dihujat, dadanya terasa sumpek dan jika disanjung, lehernya akan bertambah panjang. Orang yang bertakwa sulit dikenali kapan ia ditimpa musibah dan kapan ia dikaruniai rezeki. Ia memberikan respons yang biasa untuk semua yang datang kepadanya.

Bagi orang yang bertakwa, musibah dan bala serta berbagai bentuk penderitaan dan kekecewaan lainnya dianggap sebagai ‘surat cinta‘ Tuhan. Mungkin selama ini Tuhan ingin menyapanya, tetapi ia tidak sensitif karena ditutupi oleh berbagai kecukupan hidup. Lalu, Tuhan mengirim trigger berupa musibah atau cobaan untuk mendekatkan dirinya kepada Tuhannya.

Tidak sedikit orang yang ditimpa musibah dan bencana kemudian menjadi lebih dekat dengan Tuhannya. Malah jauh lebih dekat, dibanding sebelum musibah dan bencana itu datang.

Bahkan, bagi orang yang bertakwa, dosa dan maksiat pun dijadikan pintu masuk untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan penyesalan yang mendalam, ia berikrar untuk menjadikan dosa dan maksiat yang baru saja dilakukannya sebagai dosa terakhirnya.

Ia betul-betul menyesali serta meratapi dosa dan maksiat itu sehingga membuat dirinya lebih pasrah kepada Tuhan. Kalau Tuhan akan memasukkannya ke dalam neraka, ia pasrah karena memang merasa pantas masuk ke dalam neraka dengan dosanya itu.

Respons para pendosa seperti ini mengundang pengampunan dan kasih sayang Tuhan terhadapnya sebagaimana hadits Nabi yang dikutip Al-Gazali di dalam Iyya Ulum al Din, “Tuhan lebih senang mendengarkan jeritan tobatnya para pendosa daripada gemuruh tasbihnya para ulama.” © (***/goes)

Related posts

Kutbah Jumat di Istiqlal, KH. MUHAMMAD CHOLIL NAFIS Bicara Tentang Menjaga Keseimbangan Diri dengan Muhasabatun Nafs

Redaksi Posberitakota

MASUK PEKAN KE-16 JUM’AT BERKAH, PROGRAM ‘SEJADAH BABE’ MULAI SASAR PEMUKIMAN WARGA BABELAN BEKASI

Redaksi Posberitakota

Sebanyak 26 Personil, POLRES METRO Jakbar dan DANDIM 0503/JB Ikut Lomba Adzan

Redaksi Posberitakota

Leave a Comment

Beranda
Terkini
Trending
Kontak
Tentang